Mengunjungi Objek Wisata Tebat Besak, Luasnya 100 Hektar, Dibangun 9 Puyang

Mengunjungi Objek Wisata Tebat Besak, Luasnya 100 Hektar, Dibangun 9 Puyang

\"rekreasi

DESA Bandar Agung, Ulu Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan (BS), memiliki objek wisata alami yang indah yakni Tebat Besak. Namun karena jalan menuju lokasi jurang dan terjal, belum banyak yang mengenal keindahan tebat yang luasnya 100 hektar ini. Asrianto, Bengkulu Selatan Tebat Besak dalam bahasa Serawai merupakan waduk besar yang dibangun lebih dari 1 abad lalu. Awalnya dibuat sekitar tahun 1775 oleh 9 puyang atau leluhur warga BS.

Menurut ceita Lukman Mawi (73), yang merupakan jaguk atau juru kunci Tebat Besak, tebat tersebut dibangun oleh 9 puyang, yaitu Basin Rajab berasal dari Desa Bandar Agung, Puyang  Suka Kompeni dari Desa Senaning, Puyang Genta Raja dari Desa Merambung, Puyang Kemala Bincil dari Desa Lubuk Rabang, Puyang Depati Mirun dari Desa Batu Kuning, Puyang Batu Panco dari Desa Batu Panco, Puyang Celanguk dari Desa Gunung Mesir yang sekarang sudah menjadi kelurahan, Puyang Badin dari Desa Kota Bumi dan terakhir Puyang Ratu dari Desa Gedung Agung. Pendirian tebat atau waduk itu didasari karena kala itu minimnya pengairan untuk ribuan hektar sawah pertanian di kawasan Bandar Agung dan sekitarnya.

Saat itu pertanian warga masih sangat sederhana dengan memanfaatkan sumber air seadanya. Padahal di bagian hulu sawah ada 7 sumber mata air yakni ada Sungai Buluh Nipis, Ada Tebat Surap, ada Sungai Batang Hari atau biasa disebut Sungai Air Manna, Tebat Kuning Panarsaw, Air Siwak Padang, ada Air Siwak Buntu dan Air  Siwak Jembatan Panjang.

Melihat sumber air yang melimpah, ini, sembikan puyang tersebut sepakat membendung ke-7 sumber mata air ini menjadi tebat. Sehingga di bawah pimpinan Puyang Ratu, tahun 1750, tebat tersebut dibangun agar bisa mengairi sawah petani.

Setelah selesai dibangun, 9 puyang bersama warga melakukan penyembelihan 1 ekor kerbau yang diserahkan oleh Puyang  Celenguk. Hingga sekarang tebat tersebut masih ada, sebab selalu direnovasi oleh keturunan dari 9 puyang tersebut.

Renovasi pertama dilakukan oleh Puyang Remala pada tahun 1915. Lalu rusak dan diperbaiki lagi oleh Puyang Mawi dan Puyang Geratuk pada tahun 1947. Terakhir diperbaiki oleh Puyang Mawi pada tahun  1955. Puyang Mawi ini ayah kandung dari Lukman.

Sementara Jon Sitabran, Kepala Desa Bandar Agung, mengatakan, dengan Tebat Besak ini telah menjadi sumber penghidupan bagi warga Kecamatan Ulu Manna dan Pino. Sehingga sebagai wujud kebersamaan, setiap 3 hingga 5 tahun sekali airnya dikeringkan, ikan di tebat tersebut dibagi rata untuk 315 keturunan 9 puyang tersebut. Hinga tahun ini, Tebat Besak sudah dibubus atau dikeringkan sebanyak 20 kali. Objek Wisata Menjanjikan

Di sisi lain, selain sebagai sumber air irigasi, Tebat Besak ini bisa menjadi objek wisata alami yang menjanjikan. Sebab, suasana alam di sekeliling Tebat Besak, masih asri dan alami. Selain bisa menghirup udara segar dan memandang air tebat yang jernih, pengunjung bisa mendengar kicauan burun di sekitar Tebat.

Apalagi, waktu tempuhnya dari Kota Manna, ibu kota Kabupaten BS, menggunakan mobil atau sepeda motor hanya sekitar 40 menit. Bahkan kendaraan bisa sampai hingga ke pinggir tebat. Sementara itu, dari pinggir jalan raya Desa Bandar Agung, jaraknya sekitar 2,5 km.

Namun karena jalannya belum sepenuhnya dibangun, pengendara harus  hati-hati. Apalagi di sisi kanan dan kiri jalan, terdapatb jurang yang terjal.

Jon berharap, akses jalan menuju Tebat Besak ini dibangun oleh Pemda, supaya kedepan menjadi objek wisata andalan Desa Keban Agung dan menambah PAD bagi Kabupaten BS. \"Kalau dibangun, saya yakin Tebat Besak ini menjadi objek wisata yang ramai dikunjungi, karena lokasinya bisa dijangkau dengan kendaraan dan suasana alamnya masih sangat terasa,\" ujar Jon.(***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: