Air Mata Korban Investasi “Bodong”

Air Mata Korban Investasi “Bodong”

JANJI manis bisa bikin \'sukses\'. Apalagi kalau bukan \'money game\' berkedok investasi online. Meski korban sudah banyak berjatuhan, money game berkedok investasi ini kian marak dan terus tumbuh subur. Masyarakat, baik kalangan menengah hingga ke bawah tidak kapok-kapoknya \"terjebak\" dalam investasi \"bodong\", meski contoh nyata sudah ada, yang mengalami kerugian hingga ratusan juta. Seperti halnya kisah sedih dicurahkan seorang DH, ibu rumah tangga asal Lampung.

\"Kapan duitku dikembalikan, nyesel banget aku ngijinkan suami mengikuti bisnis gak jelas kayak gini. Gak ada penjelasan kapan cairnya. Disuruh sabar mulu, capek aku udah sabar terus. Hidupku berantakan gara-gara ikut (bisnis) ini,\" curhatnya di akun FB grup Nesia 2016.

Akibat mengikuti bisnis ini, dia malah terbebani utang,\" utangku banyak yang harus dibayar setiap bulannya dan itu pakai duit suamiku. Kalau gaji suami buat bayar utang tiap bulan, biaya sehari-hari dari mana. Tolong dong kasih penjelasan yang bikin aku ngerti ada apa sebenarnya dengan bisnis ini. Kenapa gak keluar-keluar duitnya, dua bulan ku menunggu cuma dapat Rp 250 ribu, itu tanggal 2, 11, 14 Maret,\" tulisnya lagi. Kerugian yang dia alami tidaklah sedikit, yakni sekitar Rp 40 juta.

\"Kami ikut 4 gold (40 Juta) sedangkan setiap bulan kami harus menyediakan uang Rp 2.200.000. Gimana gak pusing ini kepala, belum buat biaya seharu-hari, makan, bayar listrik, belum buat keperluan anak. Sekarang udah tanggal berapa. Ya Allah pengen nangis kayaknya aku ni mikirin semua ini mau beli apa-apa sekarang balik lagi mikirin utang..\" ujarnya mencurahkan kesedihan.

Kisah pilu ini juga dialami seorang dosen Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Kota Bengkulu. Saat mendengarkan obrolan mengenai bisnis investasi saling membantu di sebuah angkringan, tiba-tiba dia yang sedang membeli nasi kucing itu juga menceritakan kesedihannya.

\"Saya mengalami kerugian Rp 100 juta. Awalnya, saya ikut Rp 30 juta, waktu itu kok benar ada hasilnya per 15 hari 15 persen. Sudah berjalan tiga bulan, saya masukan lagi untung-untungnya, kemudian nambah lagi uang dingin Rp 50 juta. Hingga total uang saya masuk Rp 100 juta. Setelah itu, macet,\" cerita pria tak mau menyebutkan nama ini. Lebih parah lagi, investasi online yang kini tak mampu membayar bonus partisipan ini ternyata tidak hanya diikuti oleh masyarakat perkotaan. Di pedesaan juga banyak mengikuti bisnis ini, berkat promosi aktif dan masif para owner dan foundernya.

\"Kasian, di dusun terpencil ini, ternyata keberadaan investasi bodong marak. Mendengar keluhan ibu-ibu menjadi korban sampai menggadaikan kebun. Uang Rp 30 juta tidak kembali,\" ujar Suhanderi, Pegawai BPS Provinsi Bengkulu ini, menceritakan bagaimana di sebuah kampungnya di Lebong, banyak warga menjadi korban. Padahal, sertifikat kebun dia telah digadaikan, namun janji keuntungan tidak dia dapatnya.

Meski banyak korban dirugikan akibat investasi \"bodong\" ini, rata-rata enggan melapor ke pihak kepolisian. Alasannya, tidak mau \"ribet\" berurusan dengan penegak hukum, dan berharap ada keajaiban uangnya kembali. Di Bengkulu, baru ada dua korban melaporkan ke Polda Bengkulu, salah satunya, GN (53) warga Kelurahan Kebun Tebeng Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu, mengalami kerugian sebesar Rp 220 juta, setelah menginvestasikan uangnya di D4F. Naasnya, bukannya untung, GN malah buntung. GN tertarik ikut investasi dengan janji 15 persen per 15 hari ini, karena ajakan, AR, yang terlebih dahulu menjadi anggota. Karena terbujuk rayuan dan janji manis D4F, akhirnya dia tertarik. Terlebih, ada jaminan aman dan keuntungan besar.

Tidak tanggung-tanggung, dalam mengikuti bisnis tersebut korban langsung memasukan uang miliknya sebesar Rp 220 juta lebih. Akan tetapi setelah memasukan uang sesuai diarahkan AR, hingga saat ini uang dimasukan korban ke dalam bisnis D4F tidak kunjung dikembalikan.

Bukannya mendapatkan keuntungan besar, korban harus merugi. Sehingga pada hari Jumat (01/4) korban meloporkan kejadian dialaminya ke Polda Bengkulu.

Anggota DPRD Kota Bengkulu berinisial Rk dilaporkan ke Polda dalam kasus dugaan penipuan bisnis D4F. Anggota Komisi III dari Partai Gerindra tersebut dilaporkan Refelita Fithri (48) warga Kecamatan Tangerang Selatan Kota Tangerang Provinsi Banten. Rk dilaporkan atas tuduhan penipuan uang sebesar Rp 60 juta.

Penelusuran BE, tidak sedikit korban menagih janji ke para owner agar mengembalikan uang mereka. Akibatnyam banyak para owner yang telah menikmati untung dari partisipan kabur menghindari amukan partisipan. \"Mereka (korban) enggan melapor, karena masih berharap uang mereka kembali. Sebagian up line mereka sudah tidak bisa dihubungi, ujar seorang mantan partisipan investasi online.

Korban Harus Melapor

Kapolda Bengkulu Brigjend Pol Drs M Ghufron MM MSi mengatakan secara tegas, dirinya telah mengatakan sejak adanya D4F masuk ke Provinsi Bengkulu, dirinya menegaskan bahwa D4F tidak masuk didalam perdagangan maupun perbankan.

\"Sejak awal sudah saya sampaikan baik melalui media maupun pertemuan bahwa D4F adalah money game,\" tegas Kapolda.

Untuk itu, Kapolda sekali lagi menyampaikan kepada seluruh masyarakat, untuk melaporkan kepihaknya jika telah menjadi korban dari D4F atau bisnis online sejenisnya. \"Kami sebagai pihak penyidik Polri dengan senang hati menerima laporan-laporan ini, karena dengan adanya laporan kita bisa menguak yang sebenarnya investasi bodong,\" tegasnya.(614/100/151)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: