Lebih Dekat Bersama Dahlan Iskan

Lebih Dekat Bersama Dahlan Iskan

\"DCIM103GOPRO\"

Tak menyangka bisa berpapasan dan berdialog langsung dengan mantan Mentri Badan Usaha Milik Negara(BUMN) Dahlan Iskan di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Tokoh yang yang terkenal dengan pola hidup sederhananya dan senyum ramahnya ini menyambut hangat saat BE menyapanya. Dia pun tidak menolak saat sejumlah orang ingin bersalaman dan berfoto dengannya. BE pun sempat mendapat wejangan dari Dahlan Iskan yang bersedia berbagi pengalaman saat ia menjadi wartawan dulu hingga berhasil membesarkan Jawa Pos seperti sekarang. Berikut Laporannya

Jefrianto S Hum -Jakarta

Hiruk pikuk kedatangan penumpang pesawat di aera Gate F2, khusus bagi pesawat plat merah begitu terasa. Mantan Mentri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga petinggi Jawa Pos Dahlan Iskan muncul dari keramaiannya pintu kedatangan  penumpang bandara. Walaupun saat itu kondisi bandara begitu ramai, namun tidak membuat siapapun lengah terhadap sosok Dahlan Iskan yang begitu familiar. Semua orang langsung mengetahui kalau pria yang mengenakan baju kemeja biru dan celana dasar hitam serta bersepatu kets itu Dahlan Iskan.

Sang pemilik  Jawa Pos News Network (JPNN) yang menaungi 134 surat kabar, salah satunya Bengkulu Ekpsres Grup serta puluhan televisi seantero Nusantara. Tanpa dikawal ajudan, Dahlan Iskan tampak santai menenteng tas berwarna kecoklatan. Banyak penumpang di bandara menyapanya tanpa segan. Dahlan Iskan pun menyambutnya dengan ramah dan bersedia berfoto bersama pula. Kepada BE Dahlan Iskan pun bersedia mengobrol cukup lama. Ia pun memberikan wejangan kepada BE bagaimana menjadi seorang jurnalis sejati.

“Tidak ada perusahaan yang akan sukses tanpa adanya motor dan pengendali didalamnya, yaitu wartawan. Hal ini haruslah didirikan setiap perusahaan,” beber Dahlan Iskan.

Dahlan pun menuturkan, jika perusahaan meraih kesuksesan, maka hal itu didapatkan bagi mereka yang benar-benar berjuang. Mengingat keberhasilan tidaklah gampang untuk diraih. Malainkan melalui proses. Dengan proses inilah yang akan menempa karyawan itu sendiri. Disampaikan, peran dari karyawan sangat dibutuhkan. Jika ada satu yang tidak maksimal, maka bisa dipastikan perusahaan tersebut tidaklah akan berjalan dengan baik.

“Meniti karir memang tidak bisa langsung sukses, artinya perjuangan akan menggambarkan level yang akan kita naiki nanti.” sampainya. Dengan singkat, Dahlan memaparkan, dirinya juga pernah merasakan apa yang BE dan kawan-kawan jurnalis rasakan saat ini.

\'\'Bahkan, kondisi saya dahulunya jelas berbeda dengan kalian yang telah lebih maju, tetapi jangan hanya berhenti disitu,\'\' imbuhnya. Generasi muda harus miliki visi jauh ke depan. Meniti karir dengan perjuangan yang melelahkan dari bawah. Keberhasilan tidak akan mudah diraih. Keberhasilan akan diterima setelah melalui beberapa fase.

\'Fase inilah ayang akan membentuk karakter kalian sendiri,” terangnya.

Berbicara kesuksesan dan karir, Dahlan iskan menceritakan, jika dirinya dulu seorang reporter surat kabar di Samarinda, Kalimantan Selatan. Satu tahun kemudian 1976, dirinya beralih profesi menjadi seorang wartawan majalah Tempo. Karirnya berkembang dengan baik, sehingga pada tahun 1982, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai pimpinan surat kabar Jawa Pos.

Namun disatu titik ia harus kerja keras dan memutar otak dan memanej serta memotivasi karyawan Jawa Pos ketika. Mengingat  t perusahaan yang dipimpinnya kala itu hampir karam. Dengan pengurangan jumlah cetak dari oplah mencapai 300 ribu eksemplar turun menjadi 6.000 eksemplar saja dalam kurun waktu lima tahun.

“Ini semua berkat kerja keras dan kalian harus bisa untuk lebih berkembang lagi, yang jelas teruslah berinofasi. Terpenting teruslah membuat jaringan kerja,” pesannya.

Seraya berbincang dengan BE, sebenarnya Dahlan Iskan sedang menunggu mobilnya jemputannya. Ia terlihat tenang dan sabar walaupun jemputannya cukup lama datangnya. Selagi menunggu sopirnya ia pun selalu ramah menyalami ataupun berbincang dengan orang yang menyapanya meskipun tak dikenalnya.

“Saya dari Balik Papan dan sekarang masih menunggu jemputan. Sopir saya sudah menjemput. Kasian kalau ditinggal,” ungkapnya. Setelah sekitar 1,5 jam menunggu akhirnya mobil Sedan Hitam dengan plat L 1 Jp pun datang. Dahlan Iskan pun mendekati mobil itu. Ia memasukkan kopernya ke dalam bagasi tanpa menyuruh sopir yang melakukannya.

“Dua bulan lagi saya akan ke Bengkulu tunggu saya di Bengkulu yah,” singkatnya sembari meninggalkan BE dengan mobilnya.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: