BTKL PPM Kelas I Palembang Ambil Sampel Jentik Nyamuk

BTKL PPM Kelas I Palembang Ambil Sampel Jentik Nyamuk

\"Ary, CURUP, BE - Guna memastikan rumor yang beredar terkait dengan peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rejang Lebong, Kamis (28/1), tim dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) PPM Kelas I Palembang turun langsung ke Rejang Lebong untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data yang dilakukan baik data sekunder yang berasal dari Puskesmas-Puskesmas yang merawat pasien DBD hingga turun langsung ke lapangan untuk mengambil sampel jentik nyamuk dari daerah yang warganya dinyatakan positif DBD. \"Kita turun ke sini (Curup) untuk memverifikasi rumor terkait dengan DBD ini, apakah rumor yang beredar selama ini benar atau tidaknya,\" ungkap Kepala Seksi Survailance Epidemiologi BTKL Palembang, dr Hj Rahmayani MKes didampingi Kepala Bidang Pengendalian, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinas Kesehatan Rejang Lebong, Nunung Tri Mulyanti SKM MKes. Namun menurut Rahmayani, berdasarkan pengumpulan data selama tiga tahun terakhir, pihaknya memastikan tidak ada peningkatan kasus DBD di Rejang Lebong, meskipun pada tahun 2015 kemarin terjadi peningkatan kasus DBD di Rejang Lebong. Namun untuk memastikan data tersebut pihaknya langsung turun ke lapangan untuk mengambil sampel jentik nyamuk di pemukiman warga. Sasaran pengambilan sampel adalah Kelurahan Timbul Rejo Kecamatan Curup Tengah karena da beberapa warga di kawasan tersebut yang dinyatakan positif menderita DBD. \"Pengambilan sampel yang kita lakukan unutk mengetahui bahwa warga yang terserang DBD benar-benar dari lingkungan rumah atau tempat lain, karena sebagaimana kita ketahui nyamuk penular DBD ini menggigit pada jam kerja atau jam sekolah,\" jelas Rahmayani. Dari beberapa rumah yang dijadikan sampel secara acak kemarin, Rahmyani bersama tiga orang dari BTKL Palembang lainnya berhasil menemukan setidaknya 7 jentik nyamuk. Ketujuh jentik nyamuk tersebut langsung diteliti menggunakan peralatan yang telah mereka siapkan. Dari hasil penelitian yang mereka lakukan tiga dari tujuh sampel jentik tersebut dinyatakan positif adalah nyamuk Aedes Aegypti sebagai penular DBD. \"Dengan melihat hasil ini, maka langkah yang harus segera dilakukan yaitu dengan pemberantasan sarang nyamuk, karena bila tidak segera dilakukan dikhawatirkan masyarakat akan semakin banyak yang terkena DBD, mengingat daerah ini (Timbul Rejo) memiliki nyamuk aedes Aegypti,\" tegas Rahmayani. Penanganan yang dilakukan dengan melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan secara menyeluruh agar tidak ada lagi sarang nyamuk untuk berkembang. Menurut Rahmayani hal tersebut bukan saja menjadi tugas Dinas Kesehatan saja melainkan oleh seluruh dinas intansi terkait mulai dari desa atau kelurahan, kemudian kecamatan dan dinas lainnya. Lebih jauh ia menjelaskan, penangan yang dilakukan harus secara serentak, karena bila dilakukan secara sepihak-sepihak maka dikhawatirkan saat membersihkan dibagian lain nyamukny akan kabur ketempat yang tidak dibersihkan karena menurutnya proses pertumbuhan nyamuk ini sangat cepat. \"Kegiatan ini harus dilakukan secara berkala dan berkelanjutan, karena telur nyamuk ini bisa bertahan hingga 6 bulan hingga 2 tahun,\" papar Rahmayani. Dalam kesempatan tersebut ia juga meminta peran Penjabat Bupati Rejang Lebong sebagai pengambil kebijakan tertinggi di Pemerintah Rejang Lebong untuk memberikan kebijakan terkait dengan penangan DBD ini. Karena menurutnya bila dibiarkan saja maka dampaknya akan luas.(251)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: