Kaur dan Rejang Lebong Rawan DBD
BENGKULU, BE- Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2015 ini masih menjadi ancaman sendiri bagi masyarakat Provinsi Bengkulu, khususnya di wilayah Kabupaten Kaur dan Rejang Lebong. Pasalnya, di dua kabupaten itu, penderita DBD pada tahun 2015 ini cukup tinggi.
Berdasarkan data yang dimiliki RSUD Curup, selama tahun 2015 ini atau selama 6 bulan terakhir penyakit yang mematikan ini selalu menduduki urutan 10 penyakit yang banyak ditangani RSUD Curup setiap bulannya.
\"Memang tahun 2015 ini pasien DBD selalu ada setiap bulannya bahkan masuk dalam 10 besar penyakit pasien rawat inap kita,\" ungkap Ksubag Rekam Medis dan Promosi Kesehatan RSUD Curup, Sri Maryati SKM
Menurut Sri, kasus DBD ini tertinggi terjadi pada bulan Februari lalu dimana jumlah pasiennya mencapai 37 orang, dan kasus DBD ini menduduki urutan pertama pasien rawat inap yang ditangani pihaknya. Sementara itu bila dilihat berdasarkan data perbulannya. Selama beberapa bulan terakhir jumlah pasien DBD di Rejang Lebong mengalami penurunan.
Pada bulan Januari jumlah penderita DBD sebanyak 33 orang, kemudian meningkat menjadi 37 orang pada bulan Februari, selanjutnya menurut menjadi 26 orang pada bulan Maret.
Kemudian pada bulan April ditemukan 24 orang yang terkena DBD selanjutnya 23 orang di Bulan Mei dan 9 orang dibulan Juni kemarin.
\"Secara grafik memang sudah mengalami penurunan, hanya saja jumlah pasien yang menderita DBD pada tahun 2015 ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2014 lalu.
Berdasarkan data yang ada, pada tahun 2014 lalu, hanya ditemukan 70 kasus DBD yang menyerang masyarakat Rejang Lebong. Terkait dengan penderitanya menurut Sri berasal dari semua kalangan umur, meskipun ia mengakui penderita pada usia anak-anak lebih banyak dibandingkan dengan usia dewasa.
Untuk lokasi penyebaran penyakit DBD ini, menurut Sri merata di sejumlah kecamatan yang ada di Rejang Lebong. Namun menurut Sri penyakit DBD ini banyak ditemukan di kecamatan yang memang sudah lama ditemukan seperti di Desa Teladan Kecamatan Curup Selatan.
Terkait dengan masih tingginya kasus DBD ini, menurut Sri salah satunya karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Meskipun Dinas Kesehatan sering melakukan pengasapan atau foging, namun menurut Sri hal tersebut tidaklah semerta merta bisa memutus mata rantai penyebaran penyakit ini. Karena menurutnya bisa saja nyamuk dewasa mati karena terkena foging, namun jentiknya yang berada diair masih bisa berkembang.
\"Oleh karena itu kita berharap agar masyarakt bisa menjaga kebersihan lingkungan, salah satunya dengan memperhatikan barang-barang yang bisa menambung air sehingga bisa dijadikan lokasi nyamuk untuk bertelur,\" jelas Sri.
Selain nitu menurut Sri cara sederhana untuk mengantisipasi penyebaran penyakit melalui nyamuk ini adalah masyarakat rajin membakar sampah sehingga asap yang ditimbulkan bisa mengusir nyamuk. Selain itu bila memiliki bak yang sulit dikuras bisa menaburkan bubuk abate atau dengan cara alami yaitu dengan memelihara ikan sebagai predator jentik nyakmuk.
//Kaur 26 Kasus Sedangkan di Kabupaten Kaur, sebanyak 26 kasus demam berdarah dengue (DBD) ditemukan sejak Januari hingga Mei 2015 ini. Kasus terbanyak terdapat di Kecamatan Kaur Selatan (KS) dengan 13 kasus.
“Dari dari kita dapat selama bulan Januari hingga Mei paling tinggi itu kasus DBD di kota Bintuhan Kaur Selatan, dibandingkan dengan kecamatan lain,” kata Kepala Dinkes Kaur M Thabri melalui Kabid Kabid Pencegahan Kesehatan Lingkungan (P2PPL), Fauzi Razak, SKM kemarin.
Fauzi mengatakan, penyebab tingginya kasus DBD yang terjadi di Kaur Selatan ini, dikarenakan secara geografis, wilayah Kaur Selatan memiliki dataran rendah. Sehingga menimbulkan genangan air di mana-mana. Kondisi ini pula yang menjadi percepatan perkembangan nyamuk DBD.
“Ini salah satu penyebab warga Kaur Selatan banyak terkena DBD, dikarenakan di Kaur Selatan memiliki dataran rendah. Hingga mengakibatkan genangan air di mana-mana,” terangnya. Untuk menekan kasus DBD tersebut, Fauzi mengajak warga di Kecamatan Kaur Selatan untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Juga ia meminta kepada aparatur pemerintah kecamatan, bersama pihak desa dan puskesmas, terus melakukan pembinaan kepada masyarakat.
“Ini sebuah tantangan bagi kami, namun secara rutinitas saya bersama kepala puskesmas, selalu memberikan pembinaan pada warga yang ada disetiap desa untuk selalu melakukan pembinaan wawasan, dan melakukan sosialisasi pencegahan dan memberikan pertolongan kepada warga yang terjangkit kasus DBD,” jelasnya.
Sebagaimana kita ketahui, Sebanyak 26 kasus DBD itu terjadi di Puskesmas Linu 1 orang, Bintuhan 13 orang, Padang Guci 2 orang, Tetap 7 orang, Mentering 2 orang dan Kelam Tengah 1 orang.(251/618)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: