Riri Gelar FGD Bersama Pemuda, Selamatkan Kekayaan Bengkulu

Riri Gelar FGD Bersama Pemuda, Selamatkan Kekayaan Bengkulu

\"Riri

BENGKULU, BE - Tak kenal berhenti, Senator Belia asal Provinsi Bengkulu, Riri Damayanti John Latief SPSi kembali mengkonsolidasikan para pemuda dan pemudi di Provinsi Bengkulu, Senin (25/5). Bertempat di Kantor Perwakilan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) RI Provinsi Bengkulu, jebolan Universitas Indonesia ini menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama para pemuda kampung, mahasiswa dan rakyat miskin perkotaan.

\"Meninjau Kembali Keberadaan Kekayaan Alam Bengkulu untuk Kepentingan Rakyat,\" demikian tema yang diangkat dalam FGD ini.

Dalam pemaparannya, Riri John Latief mengatakan, kekayaan alam Bengkulu selama ini belum mendatangkan keberkahan bagi rakyat Bengkulu.

\"Saya pernah masuk ke daerah tambang terpencil di Kabupaten Lebong. Di sana ada sebuah aset daerah yang cukup besar nilainya dan saat ini sudah dieksploitasi. Tapi keuntungannya bukan buat rakyat Lebong, melainkan dilarikan ke Korea,\" kata Riri.

Sebagai anggota Komite II DPD RI, lanjut buah hati H John Latief dan Leni Haryati SE MM ini, ia telah menyampaikan seluruh permasalahan ini kepada Pemerintah Pusat sesuai kewenangan yang ia miliki sebagai anggota senator. Aspirasi rakyat Bengkulu tentang kebutuhan lahan, jalan rusak, pembangunan pasar, air bersih, tercemarnya lingkungan, daerah tertinggal, hingga potensi penggusuran tanah rakyat di Pulau Baai.

\"Di pusat sana, para senator memperjuangkan provinsinya masing-masing. FGD ini saya selenggarakan agar lebih banyak masukan dan aspirasi yang bisa saya serap. Mari kita terus bertukar pikiran. Walau mungkin hasilnya belum dirasakan saat ini, tapi yakin dan percaya, masa depan bangsa ini ada di pundak kita, di pundak para pemuda,\" ujarnya mantap.

Ia pun mengajak para pemuda untuk tidak anti terhadap politik. Menurutnya, kaum muda harus berperan aktif untuk menentukan kehidupan politiknya dimana salah satu hal yang penting dalam politik ini adalah dengan memilih calon pemimpin yang benar.

\"Di pusat banyak program yang terhambat karena tingkah kepala daerah kita. Katanya di Bengkulu ini dikit-dikit kepala daerah minta jatah pelicin proyek baru mau membangun. Ini tidak boleh terjadi lagi. Sebagai pemilik suara terbesar, kaum muda harusnya ikut aktif untuk memilih pemimpin yang bersih, yang di dalam kepalanya tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi dan golongan,\" tegasnya.

Sementara salah satu narasumber dari Institut of Social Justice (ISJ), Agus Pranata SE, mengungkapkan, bila ingin kekayaan alam Bengkulu dapat mendatangkan kemakmuran bagi rakyat, maka pemerintah daerah harus membangun industri turunan dari potensi-potensi kekayaan yang ada. Dengan demikian, Indonesia bukan hanya negara yang mengimpor bahan-bahan mentah. \"Sumatera ini pemasok 65 persen batubara di Indonesia, 80 persen karet di Indonesia, tapi daerah kita tetap miskin dan terbelakang. Makanya kita butuh terobosan, kekayaan alam kita jangan dijual-jual murah lagi sembarang. Harus kita olah sendiri dengan mewajibkan investor untuk membangun industri turunannya di Bengkulu,\" sampainya.

Disamping itu, ia juga mengusulkan agar tanah-tanah di Bengkulu tidak dimonopoli oleh kelompok-kelompok tertentu dan lahan-lahan yang tidak terpakai dapat didistribusikan kepada rakyat. Ia juga mengusulkan agar pemerintah daerah dapat melikuidasi aset-aset asing yang sebenarnya bisa dikelola sendiri oleh penduduk Bengkulu.

\"Ke depan pemerintah juga harus memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mengelola hutan-hutan lindung sebagai hutan-hutan tanaman rakyat. Berikan rakyat kesempatan untuk mengelola bumi mereka sendiri. Jangan lagi berikan kepada modal asing yang hanya menghasilkan kerusakan lingkungan dan kemiskinan,\" paparnya.

FGD ini sendiri berjalan sangat dinamis. Sejumlah peserta ikut memberikan sumbangsih mereka. Diantaranya mahasiswa Universitas Dehasen Efron Syaputra, mahasiswa Akutansi Univeristas Bengkulu Renda Putri HS, aktifis Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Laiman Akhiri, Pemuda Jang Pat Petulai Feri Iskandar, mahasiswa Universitas Gajah Mada Yogyakarta Aleksander, mahasiswa Sosiologi Universitas Bengkulu Warda Nuraini. (026/rls/adv)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: