Didominasi Anak-anak, Beli Boots Hingga Jutaan Rupiah
Ketika Demam Sepatu Roda Melanda Bengkulu Dalam beberapa bulan terakhir, warga Kota Bengkulu menggandrungi sepatu roda, atau dikenal dengan istilah inline skate. Sejauh ini, belum ada tanda-tanda olahraga yang menekankan aspek keseimbangan tubuh ini bakal surut. Bahkan beberapa orang rela merogoh kocek uang jutaan rupiah untuk bersepatu roda. RUDI NURDIANSYAH, Kota Bengkulu MATAHARI telah menuju peraduannya di ufuk barat, Minggu (19/10) sore, di Tugu Thomas Parr. Meski hari mulai tampak gelap, namun ratusan anak-anak dari penjuru Kota Bengkulu tetap memainkan sepatu rodanya atau lebih dikenal dengan istilah boots. Dibantu pencahayaan lampu jalan, sejumlah anak-anak terus bermain hingga malam hari. Olahraga yang dikenal cukup ekstrem ini sebenarnya dilakoni oleh semua kalangan. Namun disaat-saat hari libur, mayoritas arena bermaian didominasi anak-anak dan para remaja. Meski belum ada kejuaraan olahraga ini di Bengkulu, namun Inline Skate terus menunjukkan perkembangan yang cukup pesat di Bengkulu. Terdapat tiga titik utama yang dijadikan arena bermain Inline Skate di Kota Bengkulu. Selain di Tugu Thomas Parr, khalayak juga memainkannya di View Tower dan Sport Center. Tidak ada arena khusus atau skatepark yang dibangun di Kota Bengkulu. \"Sebenarnya patut disayangkan, karena kayak arena Tugu Thomas Parr ini belum begitu nyaman sebagai arena bermain. Selain banyak kendaraan bermotor di sekitarnya, beberapa lantainya juga sudah dalam keadaan rusak,\" kata Ramahdian Catur Putri, warga Penurunan yang melihat anak-anak bermain, sore itu. Beberapa orang mengaku memainkan olahraga yang mengandalkan kepiawaian memainkan otot-otot kaki yang kuat dan kecepatan berpikir ini karena hobi. Demi menyalurkan hobi tersebut, tak heran sebagian orang rela membeli peralatan boots dengan harga 1 hingga 8 juta rupiah. \"Yang paling terkenal merk Roller Blade. Tapi harganya bisa mencapai Rp 8 juta. Kalau yang anak saya pakai merk Solomon 237 Inline Skate, harganya Rp 1,1 juta. Saya belikan waktu pas ada di Surabaya sebagai kado ulang tahunnya,\" kata Fredy Siswanto, warga Padang Harapan. Sebagai penggila olahraga Inline Skate, Fredy mengetahui persis kualitas sepatu roda. Menurutnya, membeli boots jangan hanya asal murah. Dia yakin, sepatu dengan kualitas rendah tidak akan tahan lama dan berisik ketika digunakan. Disamping itu, Fredy juga memperhatikan jenis roda dalam membeli boots. Ada boots yang beroda plastik dan karet keras. Menurut Fredy, perbedaannya jenis plastik lebih licin sementara karet lebih empuk dan tidak licin. \"Ukuran rodanya juga bervariasi, ada yang 100 mm lebih, ada yang 60 mm. Untuk menjadi mahir, harus punya sepatu sendiri, jangan pinjam,\" urainya. Umumnya, setiap orang dapat bermain sepatu roda karena belajar secara otodidak. Mulanya hanya dengan melihat cara bagaimana orang-orang terampil bermain. Perlahan-lahan mulai berjalan sendiri dengan jalan lurus, lantas belajar berbelok, mundur, hingga berhenti mendadak. \"Saya latihan sendiri. Bermain biasanya diajak ibu bapak bersama kakak. Dalam seminggu ke sini biasanya 3 sampai 4 kali,\" kata Dina (12), siswa SMPN 3 Kota Bengkulu. Dahulu, pada era tahun 1980an, sepatu roda pernah menjadi permainan yang mengasyikan. Saking terkenalnya, beberapa penulis terkenal bahkan pernah mengetengahkan ikon sepatu roda dalam cerpen dan novel. Sebut saja Novel \'Olga dan Sepatu roda\' yang akhirnya difilmkan. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: