Harga Sembako Terus Melonjak

Harga Sembako Terus Melonjak

  BENTENG, BE - Mahalnya harga kebutuhan pokok di beberapa pasar, dikeluhkan masyarakat di wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng). Pasca lebaran lalu, belum ada tanda-tanda turunnya  harga kebutuhan pokok tersebut. Tempo 1 minggu, harga barang malah mengalami kenaikan, tidak seperti harapan masyarakat yang meminta adanya penurunan harga. Uliyati, warga Kembang Seri mengatakan, mahalnya harga barang kebutuhan pokok  membuat dirinya kewalahan. Apalagi hasil pertanian dan perkebunan masyarakat banyak menurun dan tidak sebanding dengan harga sembako. “Mulai dari BBM, hingga kebutuhan sehari-hari sudah naik semua. Warga banyak tidak bisa membeli, karena harga karet sawit menurun,” katanya. Menurutnya,  komoditi pertanian yang menjadi kebutuhan pokok naik drastis, seperti cabe keriting dari harga Rp 30 ribu per kilogram akhir 13 Juni lalu, naik menjadi Rp 35 ribu per kilogram. Bawang merah harganya 13 Juli lalu Rp 40 ribu per kilogram, sekarang sudah naik menjadi Rp 42 ribu per kilogram. Ketela pohon Rp 3000 ribu per kilogram, naik jadi Rp 4000 per kilogram. \"Hampir semua barang harganya naik,\" tandasnya. Begitu juga, sambungnya dengan  harga beras juga mengalami kenaikan Rp 9500 per kilogram, sebelumnya Rp 8000 ribu. Gula pasir Rp 13.000 per kilogram, sekarang sudah naik menjadi Rp 15.000 per kg, minyak goreng Rp 12.500 per kg, sudah naik menjadi Rp 14.000 per kg. Daging sapi murni Rp 80 ribu, naik Rp 100 ribu per kg, juga ayam broiler Rp 34 ribu per kilogram, naik Rp 40 ribu per kg, ayam kampung Rp 35 ribu per kg sudah naik Rp 45 ribu. Pemerintah atau dinas terkait harus mengatasi terjadinya lonjakan harga, bisa melaksanakan berbagai upaya untuk membantu masyarakat. Misalnya bisa menyetarakan harga kebutuhan pokok dengan kondisi keuangan di masyarakat.“Belum ada upaya atau tindakan pemerintah untuk mengatasi lonjakan harga, bahkan bertambah parah harganya di warung dan di pasar,” keluhnya. Senada diutarakan, Nasarudin warga Karang Tinggi, harusnya pemerintah lebih terampil dan mengawasi perkembangan harga. Bisa meminta distributor atau penjual menyamakan harga barang dengan kondisi keuangan masyarakat. “Kalau penghasilan masyarakat tinggi tidak jadi masalah, dipersoalkan, harga naik semua, BBM naik dan masukan kami menurun,” tuturnya.(111)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: