Perang Sosmed Pilpres, 27 Ribu Akun Robot Muncul

Perang Sosmed Pilpres, 27 Ribu Akun Robot Muncul

JAKARTA, BE - Jelang Pilpres mendatang, ribuan akun palsu atau yang biasa disebut akun robot bermunculan di media sosial. Menurut Direktur Indeks Digital, Jimmi Kembaren dari hasil penelusuran pihaknya, jumlah akun-akun robot itu berbeda setiap hari. Paling banyak mencapai 27.164 dalam sehari. \"Pada tanggal 19 Juni kemarin jumlahnya sampai 27 ribu. 18 Juni mencapai 23.629,\" ujar Jimmi dalam diskusi \'Perang Media Sosial\' di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, (21/6). Menurut Jimmi, akun-akun robot ini menulis berbagai tema yang berbeda. Ada yang mendukung capres-cawapres baik dari Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Maupun menjelek-jelekkan pasangan capres-cawapres tersebut. Meski begitu Jimmi mengklaim, tidak bisa terlihat siapa pihak atau dari kubu mana yang menciptakan akun robot tersebut Menurutnya akun robot ini biasanya bertujuan menggiring opini sehingga diliput oleh media massa konvensional dan mengincar pemilih baru. Pihak official seperti Twitter pun tidak dapat mengontrol menjamurnya akun-akun robot tersebut Jimmi mengungkapkan sulit untuk mengenali akun palsu tersebut. Mengingat akun palsu juga memiliki tampilan layaknya akun asli. Kendati demikian, Jimmi mengaku, pihaknya memiliki sistem dan parameter yang dapat mengendus keberadaan akun robot tersebut. ”Kalau lihat langsung susah karena dia punya foto, punya follower, punya bio tapi yang paling gampang itu kalau dari mesin, kami tahu kapan dibuatnya akun itu kapan dibuatnya, (contohnya) kalau buatnya seminggu yang lalu tapi tweetnya sudah 2000 itu pasti robot,” imbuh Jimmi. Jimmi menambahkan, fenomena akun - akun robot ini merupakan pembohongan publik lantaran mengarah kepada pembentukan opini. Untuk itu masyarakat atau pengguna sosmed diimbau jeli dalam melihat isu di sosmed. ”Makanya saya tekankan, masyarakatnya lebih pintar melihat, hanya by design karena kalau kita melarang agak susah,” tandas Jimmi. Tim Sosial Media Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mengakui saat ini sosial media menjadi sarana utama publik mendapatkan informasi terkait capres. Meski demikian, tim tersebut khawatir masyarakat justru mendapat informasi yang tidak valid di sosmed. Karena itu, anggota tim sosmed pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Noudhy Valdryno, meminta masyarakat menyaring terlebih dahulu informasi yang didapat dari sosmed. Masyarakat diminta hanya percaya pada informasi yang berkualitas. \"Untuk belakangan ini sosial media menjadi atmosfir sumber informasi para Capres, banyak yang debat, dan semua orang sedang membela Capresnya masing-masing. Tapi kita harus sama menjaga kualitas informasi di sosmed,\" ujar Noudhy dalam diskusi Perang Sosial Media\' di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (21/6). Noudhy pun menilai banyak data yang berada di sosial media tidak valid, karena dimainkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Salah satunya ia merujuk pada dokumen pemecatan Prabowo dari militer yang sempat menuai kontroversi di tengah masa kampanye capres-cawapres. \"Beberapa hari ini mengejutkan dokumen negara yang beredar dengan cepat, asli atau palsu bisa dipertanyakan. Kita harus menjaga kualitas Sosmed,\" lanjutnya. Noudhy pun menambahkan, bahwa Tim Social Media Prabowo Subianto-Hatta Rajasa telah resmi terstruktur untuk mengontrol sosial media. Dia juga memastikan tidak ada black campaign yang dilakukan timnya dalam kampanye capres. Sementara itu Capres-cawapres PDIP Joko Widodo dan Jusuf Kalla juga memiliki tim media sosial, khusus untuk berkampanye. Menurut anggota tim itu, Kartika Djoemadi tim media sosial terdiri dari kelompok-kelompok relawan. Kelompok-kelompok ini kemudian dibagi menjadi tiga bagian. \"Relawan Pak Jokowi-JK ada tiga kelompok besar. Pertama teman-teman yang suka \'tweet\' atau posting mengenai prestasi Jokowi-JK. Mereka kami sebut tim suporting,\" ujar Kartika saat menjadi pembicara dalam diskusi \"Perang Sosial Media\' di Cikini, Jakarta, Sabtu (21/6). Kedua, lanjutnya, adalah kelompok defensif. Kelompok ini, ujarnya, memiliki  karakter suka berargumentasi atau tahan berdebat berjam-jam. Salah satunya adalah para relawan yang memiliki akun di Kaskus. Sedangkan kelompok ketiga adalah relawan yang suka menyerang dengan fakta-fakta negatif. Menurut Kartika, dalam aturan kampanye pemilu, \'negative campaign\' tidak dilarang. Oleh karena itu, pihaknya pun tidak berkeberatan dengan adanya tim ini. \"Negative campaign tidak apa-apa. Teman-teman yang suka mengumpulkan informasi itu kemudian mengeleborasi sendiri. Mereka kita sebut offensive tim. Mereka sudah kumpulkan data-data yang valid dulu,\" kata Kartika. Pasangan Jokowi-JK ini memang termasuk pasangan capres-cawapres yang memiliki banyak relawan di sosial media. Di antaranya Jasmev, gerakcepat.com, kawanjokowi.com, bravo 5 dan sebagainya. Para relawan ini tersebar di berbagai jenis media sosial seperti Facebook, Twitter, Google+, Path, dan Instagram. (flo/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: