Penyaluran Kredit Melambat

Penyaluran Kredit Melambat

BENGKULU, BE- Senada dengan pertumbuhan perbankan yang mengalami perlambatan, penyaluran kredit yang dilakukan perbankan di Bengkulu pada tahun 2013 lalu, sedikit mengalami perlambatan dibandingkan dengan penyaluran kredit pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penyaluran kredit yang dilakukan perbankan di Bengkulu mengalami pertumbuhan sebesar 26, 5 persen dari Rp 7,398 triliun pada tahun 2011 naik menjadi Rp 9,360 triliun pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2013 ini penyaluran kredit yang dilakukan perbankan di Bengkulu menyentuh angka Rp 11,288 triliun. \"Dilihat dari pertumbuhannya, pada tahun 2013 lalu penyaluran kredit yang dilakukan perbankan di Bengkulu baik konvensional maupun syariah mengalami pertumbuhan sebesar 20,60 persen,\" ungkap Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bengkulu, Yuwono. Dilihat dari jenis penggunaannya lebih dari setengah penyaluran kredit tersebut disalurkan pada kredit konsumsi yaitu sebesar 58 persen atau sekitar Rp 6,389 triliun. Kemudian diikuti modal kerja sebesar Rp 3,558 triliun atau sekitar 32 persen dari seluruh kredit dan yang terakhir adalahinvestasi sebesar Rp 1,341 triliun atau sebesar 12 persen. Sementara itu, dilihat dari sektornya kredit yang disalurkan, perbankan di Bengkulu masih didominasi oleh sektor perdagangan sebesar Rp 2,87 triliun atau 26 persen dari seluruh kredit. Kemudian diikuti oleh pertanian sebesar 7 persen, jasa dunia usaha sebesar 4 persen dan yang terakhir adalah pengangkutan dengan nilai Rp 52 miliar. \"Meskipun penyaluran kredit sedikit mengalami perlambatan, namun perlambatan yang terjadi tidak sesignifikan yang terjadi pada penghimpunan dana yang hanya tumbuh sebesar 4,23 persen,\" tambah Yuwono. Lebih lanjut Yuwono menjelaskan selama tahun 2013 lalu, perbankan yang ada di Bengkulu berhasil menghimpun dana masyarakat Bengkulu sebesar Rp 7,679 triliun. Menurut Yuwono, meskipun penyaluran kredit lebih besar dari penghimpunan dana yang dilakukan perbankan di Bengkulu. Namun hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah, karena selama ini perbankan yang ada di Bengkulu khususnya bank nasional selalu disuplai oleh kantor pusat dalam penyaluran kreditnya. Sementara itu, dilihat dari non performing loang (NPL) atau kredit macet yang ada di Bengkulu saat ini berada pada angka 1,80 persen jauh dari batas maksimal yang ditetapkan bank Indonesia sebesar 5 persen. \"Meskipun saat ini penyaluran kredit lebih besar dari penghimpunan dana, namun tidak menjadi masalah karena seperti yang kita ketahui selama ini perbankan yang ada di Bengkulu ditopang oleh kantor pusat dalam penyaluran kredit. Tingginya penyaluran kredit ini justru mengindikasikan tingginya pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Bengkulu,\" jelas Yuwono.(251)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: