RSUD Krisis Obat

RSUD Krisis Obat

CURUP, BE - Para pasien yang berobat ke RSUD Curup, sepertinya harus memiliki anggaran lebih untuk menyembuhkan penyakit mereka. Pasalnya, sejak akhir Desember 2013 lalu pasien terpaksa harus membeli sendiri obat-obatan ke apotek. Hal itu diungkap Mirzan (30) warga Desa Bumi Sari Kepahiang yang rutin melakukan cuci darah untuk orang tuanya. \"Bukan soal mampu tidak mampu, seharusnya pihak rumah sakit menyediakan obat yang penting harus ada, karena jika kami mencari di Apotek lain tidak juga bertemu obat yang dibutuhkan, kemana kami harus mencarinya,\" terangnya. Hal yang sama juga diungkap Restu (29) warga Kampung Jawa, yang menyesalkan pelayanan rumah sakit dan ketersediaan obat. Akibatnya ia harus membawa anak kesayanganya yang rutin harus mendapatkan pengobatan ke rumah sakit di Bengkulu. \"Seharusnya RSUD Curup selaku rumah sakit induk lebih baik dari daerah lain, sehingga masyarakat tidak jauh-jauh ke luar daerah.  Kami terpaksa membawa anak kami ke Bengkulu karena obat tidak ada dan pelayanan kami nilai jelek,\" sesalnya. Direktur RSUD Curup Almaini dikonfirmasi Bengkulu Ekspress, Jum\'at (10/01) di Curup menjelaskan, sejak pemberlakuan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada 1 Januari 2014 semua obat harus menggunakan sistem elektronik catalog (e-Catalog) obat-obatan. Hanya saja kendalanya, sambung Almaini, pengadaan e-Catalog tersebut harus melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan Unit Layanan Pengadaan (ULP), sedangkan pihak RSUD Curup ingin memasukkan rencana umum pengadaan (RUP) pihak LPSE belum berani menayangkan sedangkan kami tidak bisa daftar. \"Solusinya beli obat reguler, konsekuensinya kami rugi karena obat-obatan bermerek tersebut lebih mahal,\" jawabnya. (999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: