Masa Depan Bangsa Di Pundak Perempuan
Hj Asmiar Amir SSos I Tidak asing bagi warga Kota Bengkulu, khususnya bagi para kaum hawa yang tergabung dalam kelompok-kelompok pengajian. Sebagai ustadzah, ibu dengan 5 anak ini dinilai oleh lingkungannya sebagai sosok yang pandai bergaul, ramah, lurus, rendah hati dan sederhana. Karakternya yang demikian itulah membuat banyak organisasi perempuan mendorong ibu 57 tahun ini untuk menjadi pimpinan, meskipun tidak semua ia terima. Terlahir di Baturaja, 15 Juli 1955 di Rumah Sakit Belanda, awal mulanya Asmiar Amir hanya seorang ibu rumah tangga. Sebagai istri dari Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kebun Dahri Almarhum H Yesmi Sutan Pamenan, ia juga berperan membantu suaminya mengembangkan Muhammadiyah di daerah sekitar rumahnya. Kemudian pada tahun 1990, ia diminta oleh seorang pemuka Muhammadiyah Hj Nurjanah Ismail untuk memberikan ceramah rutin setiap Jum\'at di Masjid Babussalam di Jalan P Natadirdja km 8. Disinilah ia memulai karirnya sebagai juru dakwah atau ustadzah. Meledaknya reformasi 1999 yang menghasilkan sistem politik baru di Indonesia, ikut merubah karir Asmiar Amir secara drastis. Sebagai salah satu pimpinan Aisyiah ia ikut terlibat dalam mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN), sebuah partai asuhan mantan Ketua Umum Muhammadiyah Amien Rais, di Bengkulu. Dengan posisinya itu, ia lantas diberikan amanah sebagai anggota legislatif kota dari PAN periode 1999-2004. Selama menjabat sebagai wakil rakyat selama 5 tahun, Asmiar dikenal gigih membela hak-hak kaum pinggiran. Ia membuka pintu rumahnya 24 jam sehari untuk menampung keluh kesah dan aspirasi masyarakat. Pernah suatu kali sekitar pukul 11 malam, Asmiar didatangi oleh seorang pemilihnya yang meminta agar Asmiar memperjuangkan tanahnya yang diserobot oleh salah satu pejabat. Setelah persoalan tersebut dibawanya ke ranah hukum, tanah itupun kembali kepada pemiliknya yang sah. Pada tahun 2003, Asmiar juga pernah mendampingi Pedagang Kaki Lima KZ Abidin untuk mempertahankan lapak tempat mereka berjualan. Ia sendiri yang memimpin demonstrasi penolakan penggusuran waktu itu. Ia juga pernah tercatat membantu kenaikan gaji penyapu jalanan. Hal ini dilakukannya karena perasaan senasib dengan para penyapu jalanan yang umumnya adalah kaum perempuan. \"Sejak kecil, saya bercita-cita menjadi anggota masyarakat yang baik. Menurut saya, setiap orang mempunyai kesamaan derajat. Tidak pandang suku, golongan dan sekat-sekat sosial lainnya. Makanya, semua orang harus diperlakukan sama. Bagi saya, apabila ada orang yang tidak diperlakukan secara sama atau tidak adil, maka sudah menjadi kewajiban siapa saja untuk membelanya. Itu sesuai dengan perintah Al-Qur\'an untuk selalu melakukan Amar Ma\'ruf Nahi Mungkar,\" paparnya. Buah dari kegigihannya itu, Asmiar Amir mendapatkan penghargaan sebagai Indonesia Women Executive Golden Award di Kartika Chandra Hotel, Jakarta pada tahun 2003. Setahun berikutnya, ia juga memperoleh Anugrah Kharisma Wanita Kartini 2004 di Bengkulu. Dalam menjalankan semua itu, tidak sedikit ujian hidup yang harus ia lewati. Salah satunya tatkala ia harus menggantikan posisi almarhum suaminya dalam mencari nafkah ketika suaminya itu menghadapi stroke selama 7 tahun sebelum akhirnya pergi meninggalkannya kehadirat ilahi pada tahun 2010. Pun demikian, semua itu ia jalani dengan tabah dan sabar. Selain menekuni profesinya sebagai ustadzah, Asmiar juga masih terus aktif dalam banyak organisasi sosial khususnya yang beranggotakan kau perempuan. Baginya, organisasi merupakan rumah semesta tempat dimana ia dapat memperluas persaudaraan dan kekerabatan. Dalam penilaiannya, perempuan Bengkulu cukup aktif dalam banyak pengajian dan masjid taklim. Hanya menurutnya, keimanan mereka harus terus dipupuk. Sebab, ia sangat yakin bila masa depan suatu kaum terletak pada kaum perempuan. \"Masa depan suatu bangsa itu terletak pada kualitas kaum perempuan. Merekalah yang memiliki kewajiban dalam membimbing generasi selajutnya, puteri-puteri mereka. Untuk itu, saya selalu mengajak agar kaum perempuan harus bisa membimbing putera-puterinya menjadi orang yang beriman, beramal soleh dan menjadi pemimpin yang amanah ditengah-tengah masyarakat,\" katanya. Sembari terus menjalankan tugasnya, perempuan lulusan Universitas Muhammadiyah Bengkulu ini merasa bersyukur dapat mendidik kelima anaknya menjadi orang yang dapat berguna bagi masyarakat, meski hidup dalam kesederhanaan. Ia mengaku tak dapat dipisahkan dengan dunia dakwah dan organisasi. \"Dunia dakwah adalah dunia yang mengindahkan perasaan. Saya senang dapat berbagi ilmu dengan masyarakat, terlebih bila ilmu itu dipraktekkan oleh yang mendegarnya. Bagi saya dunia dakwah mencerdaskan kehidupan banyak orang. Dengan cara itulah kita dapat mengubah perilaku seseorang dari yang tidak baik menjadi baik,\" tutupnya. (rudi) Biodata Nama : Hj Asmiar Amir S Sos I Profesi : Ustadzah TTL : Baturaja, 15 Juli 1955 Anak :
- Andriyadi YS
- Yenni Fitriani S Sos MM
- Lenni Herawati S Psi
- Benni Hidayat SH
- Rudi Nurdiansyah S IP
- SD Pandan Maninjau, Sumatera Barat
- PGA Sungai Batang Maninjau, Sumatera Barat
- SP IAIN Maninjau, Sumatera Barat
- S1 Universitas Muhammadiyah Bengkulu
- Ketua Aisyiah Cabang Bengkulu IV
- Ketua Forum Silaturahim Antar Pengajian (Forsap) Kota Bengkulu
- Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Perempuan Amanat Nasional (PUAN)
- Ketua Bundo Kanduang Ikatan Keluarga Minang Kota Bengkulu
- Angota DPRD Kota Bengkulu 1999-2004
- Indonesia Women Executive Golden Award, Kartika Chandra Hotel di Jakarta 2003
- Anugrah Kharisma Wanita Kartini 2004
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: