Mereka Juga Mampu Layaknya Siswa Normal

Mereka Juga Mampu Layaknya Siswa Normal

Dari Pelatihan Desain Grafis untuk Siswa Difabel \"SiswaSetelah 15 hari mengikuti pelatihan desain grafis yang diselengarakan oleh PK-LK Direktorat Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan RI, Dinas Pendidikan Provinsi Bengkulu, bersama LP2K Bengkulu Ekspress. Sejumlah siswa dengan kebutuhan khusus (Difabel) yang berasal dari beberapa sekolah Luar Biasa (SLB) memiliki pengetahuan baru mengenai desain grafis. Bagaimana suka cita mereka dalam mengikuti pelatihan ini?  Berikut laporannya; ================

ARI APRIKO,

Kota Bengkulu ================

KEGIATAN pelatihan desain grafis yang dilaksanakan dari tanggal 16 sampai 30 November 2013 kemarin, memberikan wawasan baru kepada 22 orang siswa Tuna Rungu dan Tuna Grahita dari berbagai SLB yang ada di Kota Bengkulu.  Dibantu oleh seorang guru untuk menterjemahkan melalui bahasa isyarat, Bengkulu Ekspress mencoba untuk wawancara dua orang peserta tuna rungu yang meraih nilai terbaik dari pada kegiatan tersebut, yaitu Sely Widiyasari dari SLB Dharma Wanita dan Raka Septiawan dari SLB Kota Bengkulu. \"Ya mereka senang bisa mengikuti pelatihan ini karena mereka memiliki pengetahuan baru,\" ungkap Resti Aulia guru SLB Dhrama Wanita setelah melakukan percakapan melalui bahasa isyarat. Lebih lanjut Resti menjelaskan menurut Seli dan Raka, dengan adanya kegiatan pelatihan tersebut mereka bisa menunjukkan bahwa mereka anak-anak dengan kebutuhan khusus mampu melakukan layaknya yang dilakukan orang pada umummnya.  Mereka juga mengharapkan dengan adanya kegiatan ini kedepannya mereka memiliki tempat untuk untuk menyalurkan ilmu yang mereka miliki seperti tempat untuk magang.  Karena menurut mereka, saat ini masih sangat sedikit tempat yang bisa menerima mereka. \"Mereka menginginkan adanya wadah khusus bagi mereka untuk menyalurkan hobi mereka,\" tambah Resti. Sementara itu Resti sendiri saat mendampingi siswa-siswa Difabel, menurutnya selama pelatihan mereka tidak memiliki kendala yang berarti. Untuk tuna rungu, kendala mereka mungkin dari segi komunikasi, namun berkat kesabaran para instruktur ditambah kerjasama dengan guru pembimbing yang mencoba untuk menjelaskan kembali penjelasan instruktur melaui bahasa isyarat, sehingga mereka mampu menerima materi dengan baik.  Sementra itu untuk siswa Tuna Grahita Resti juga menjelaskan kendala yang mereka miliki adalah daya tangkap mereka yang memang dibawah rata-rata namun karena kesabaran dan keseriusan instruktur dan guru pembimbing sehingga mereka semua bisa melewati tahap demi tahap pelatihan tersebut hingga selesai. \"Kita semua berharap agar para siswa-siswa dengan kebutuhan khusus ini lebih mudah diterima dunia kerja, pada prinsipnya mereka yang tuna rungu hanya tidak bisa berbicara namun untuk bekerja, mereka akan lebih fokus jika dibandingkan dengan orang biasa,\" jelas Resti. Dalam pelatihan desain grafis ini, para siswa bukan hanya diajari untuk mendesain saja, namun mereka juga diajari untuk membuat karya nyata dari hasil desain mereka berupa paper toys. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: