25 Tahun Pengajar Tanpa Status PNS

25 Tahun Pengajar Tanpa Status PNS

Pengabdian Guru Pedalaman \"IMG_1040\"Kecintaan Nisdar (46) sebagai seorang guru telah teruji waktu. Bahkan tanpa menyandang status Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan gaji sangat kecil, ia tetap setia datang untuk mengajar para siswa-siswinya. Pengabdian sebagai pengajar dijalaninya sejak tahun 1988 hingga saat ini. Simak Laporannya. MANSUR, SINDANG KELINGI SETIAP hari, sekitar pukul 04.00 WIB, Nisdar sudah terjaga untuk bergegas menjalankan aktivitas hariannya. Sholat subuh, kemudian sibuk menyiapkan kebutuhan rumah tangga dan tugas tambahan menyiapkan jajanan gorengan yang akan dibawanya ke SDN 02 Kelurahan Pasar Padang Ulak Tanding (PUT) Kecamatan PUT. Gorengan itu disiapkan Nisdar untuk dijual di sekolah tempat Ia mengajar. Berjualan gorengan harus dilakukan Nisdar, karena gajinya sebagai seorang guru honorer hanya Rp 350 ribu/bulan. \"Kalau tidak jualan seperti ini, mana cukup gaji saya untuk transport ke sekolah dari Desa Belitar Muka ke Pasar PUT pulang pergi sudah Rp 8 ribu,\" ucap Nisdar ditemui Bengkulu Ekspres disela kegiatannya mengajar, Sabtu (11/10). Namun siapa menduga, rutinitas yang dilakukan dengan rasa syukur dan iklas tersebut membuat Nisdar mampu menyekolahkan dua anaknya hingga lulus sebagai sarjana, dan mencukupi kebutuhan sekolahkan anak bungsunya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Karir Nisdar sebagai guru dimulai tahun 1988, sebagai guru taman kanak-kanak (TK) Kecamatan Perwakilan Kota Padang hingga tahun 1989 dengan gaji Rp 2.500/bulan. \"Waktu itu cari murid susah, jadi saya bertandang dari rumah ke rumah penduduk untuk mengajak orang tua menitipkan anak-anak mereka ke TK tempat kami mengajar,\" kenangnya. Tahun 1990 hingga 1992, Nisdar juga menyibukkan diri untuk membantu para guru di SD 57 Desa Lubuk Mumpo Kecamatan Perwakilan Kota Padang dengan gaji hanya Rp 7.500/bulan. \"Selain jadi guru TK, saya juga mengajar di SD 57 Lubuk Mumpo, karena waktu itu hanya ada 3 guru sedangkan siswa cukup banyak,\" terangnya lagi. Sayangnya, Nisdar sempat berhenti mengajar sehingga status honor terputus tampa SK karena melahirkan. Wanita lulusan Sekolah Pendidikan Guru itu kembali melanjutkan aktivitas mengajar tahun 2004 hingga 2013 sebagai guru kelas satu SDN 02 PUT. \"Saya sebenarnya sudah pernah mendaftar tes CPNS, namun tidak pernah dapat nomor. Juga pernah masuk data base kategori II, tetapi di usia saya yang hampir setengah abad ini belum juga ada pengangkatan,\" katanya. Bagi Nisdar, profesi guru merupakan sebuah kebanggan, meski kehidupannya tidak terlalu baik dari sisi ekonomi. Hingga kini Nisda dan suaminya Sukirman (59) yang berprofesi sebagai karyawan Kantor Pos Desa Belitar Muka, tinggal di perumahan sedernaha milik PT Pos Indonesia. \"Saya tidak menyangka, anak didik saya sudah ada yang jadi polisi, bidan bahkan juga jadi guru. Meski saya tidak ingat lagi wajah mereka, ketika mereka menyapa air mata ini seakan tidak mampu dibendung karena rasa bangga yang luar biasa. Sedangkan saya sudah 25 tahun masih berstatus guru tampa status PNS, terkadang saya sedih melihatnya karena honorer baru sudah diangkat,\" ungkapnya. Di sekolah tempat Ia mengajar, Nisdar begitu dicintai siswa-siswanya karena pengajaran yang dilakukannya dengan penuh kasih sayang sehingga Ia dipercaya mengajar siswa kelas 1 SD. \"Namanya anak sekolah dasar, kadang nangis kita gendong. Ada juga yang buang air besar kita juga yang menanganinya,\" kata Nisdar lagi. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: