Rahasia Meningkatkan Kecerdasan Balita

Rahasia Meningkatkan Kecerdasan Balita

Balita yang aktif kadang memang sulit sekali dikendalikan dan tak bisa diam. Tetapi biarkan saja, jangan dimarahi. Sebenarnya saat itu anak sedang berusaha mengenali sekitarnya. Sebagai orangtua, Anda bisa mengarahkan anak untuk bermain sambil belajar dengan cara efektif. Ajak bicara Kebanyakan balita belajar satu kata baru per minggu di usia 18 bulan dan 2 tahun. Pada usia 2 tahun, mereka dapat mengucapkan sekitar 50 sampai 100 kata. Tracy Cutchlow, editor buku Brain Rules for Babies,  mengatakan, semakin sering Anda bicara pada balita, semakin banyak kata baru yang ia pelajari. Para ahli menyarankan orangtua untuk menceritakan kegiatan Anda ketika sedang tidak bersamanya. Kata Cutchlow, itu adalah cara yang bagus untuk mengekspos berbagai kata baru kepadanya. Selain itu, bacakan balita Anda buku-buku cerita. Jangan ragu untuk bersenang-senang dengan menggunakan suara yang berbeda untuk menggambarkan karakter dalam buku tersebut. Pastikan juga ia belajar bahasa yang mengalir. Hindari memelajarinya dari televisi, karena bahasa televisi terlalu cepat atau sulit diuraikan anak. Selain itu tidak interaktif. Padahal saat mendengarkan orang berbicara, anak juga butuh interaksi untuk membangun pengalamannya. Arahkan emosinya Menurut Ross Flom, profesor psikologi dan ilmu saraf di Universitas Brigham Young di Provo, Utah, mengembangkan kecerdasan emosional penting untuk perkembangan kognitif dan sosial anak. Ketika Anda membantunya belajar membaca isyarat emosional, libatkan ia dalam segala sesuatu yang Anda lakukan. Misalnya, ketika anak sedang bermain di kotak pasir, tidak sengaja ada anak lain yang menabraknya. “Maaf ya, sayang, temanmu tidak sengaja. Ayo, bilang ke dia kalau kamu tidak apa-apa.” \"Bantu anak untuk melihat hal itu sebagai kecelakaan, sehingga ia tidak perlu marah, dendam, atau berpikir itu disengaja,\" kata Ross. Kalimat Anda tadi bisa membingkai situasi, membantu anak mengidentifikasi apa yang terjadi, dan memahaminya. Respons anak perlu diarahkan. Jika anak sempat berpikir bahwa kejadian itu disengaja, ia cenderung akan tumbuh dengan kemampuan akademis, sosial, dan kognitif yang buruk. Ajar dan tunjukkan emosi positif lain pada anak. Misalnya, ketika anak berbagi sesuatu dengan anak lain, tunjukkan konsekuensi dari perilaku sederhananya. \"Lihat, deh, teman kamu senang sekali ketika kamu pinjamkan mainanmu.” Dengan membantu anak menghubungkan perasaan dan tindakannya, berarti Anda sedang membangun kecerdasan emosional yang akan terus dimiliki anak seumur hidup. Membuat ruang kreatif Untuk menumbuhkan kreativitas alami balita, ciptakan lingkungan yang imajinatif dan bersahabat. Namun bukan berarti tempat itu harus berada di ruang yang sangat besar dan penuh mainan. Ahli biologi molekuler perkembangan dan penulis buku Brain Rules for Babies  John Medina mengatakan, Anda bisa menggunakan sebuah kotak kosong dan beberapa krayon. Anda juga dapat mencoba menawarkan beberapa “ruang” lain pada balita untuk membangun “ruang” kreativitasnya menjadi lebih besar lagi. Contohnya, satu untuk musik, menggambar, dan melukis; satu untuk blok dan mainan konstruksi; dan satu lainnya untuk apa pun yang bisa mendorong kreativitasnya. Puji anak Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak bekerja lebih keras dan melakukan hal lebih baik di sekolah ketika orangtua memuji upaya mereka, bukan kecerdasan mereka. Jadi, daripada mengatakan, “Uh, anak Ibu pinter sekali,” lebih baik katakan, \"Wow, kamu pasti bekerja sangat keras sekali ya, untuk mendapatkan hasil ini.\" Fokusnya adalah pada apa yang dilakukan anak untuk menghasilkan karya daripada hasilnya. Kemudian, bantu anak mengasosiasikan kerja keras dengan sukses. Cutchlow mengatakan, hal itu akan lebih baik, karena seiring dengan bertambahnya usia anak, mereka memiliki apa yang disebut growth mindset  (keyakinan bahwa mereka bisa berbuat lebih banyak jika mereka mencoba), bukan fixed mindset (keyakinan bahwa apa yang bisa mereka lakukan ditentukan oleh kemampuan bawaan mereka atau IQ). Studi selama lebih dari 30 tahun menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan growth mindset  konsisten menunjukkan perkembangan secara akademik. Mereka juga cenderung mampu mengatasi kegagalan, merenungkan kesalahan, serta memandang sebuah kesalahan sebagai masalah yang harus dipecahkan dan diatasi. Tunjuk dan sebutkan Ross mengatakan, di usia 9 bulan, anak mulai mengikuti jari Anda untuk mencari tahu apa yang Anda tunjuk. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak belajar bahasa lebih cepat jika Anda mengucapkan suatu benda sambil menunjuk ke arah benda tersebut. \"Anak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan Anda tentang sesuatu (dan seseorang) di luar Anda berdua. Dan sekali anak memiliki kemampuan ini, komunikasi Anda berdua akan menjadi lebih luas,” paparnya. Sesekali ajak anak ke kebun binatang. Di sana Anda bisa menjelaskan sambil anak memerhatikan objek yang dijelaskan. Cara ini baik untuk menjelaskan pembangunan sosial, kognitif, dan bahasa anak. Jangan Terpancing Saat Anak Bicara Kasar Mengawasi anak yang suka mengumpat, berkata kasar, atau ngomong jorok, seringkali menjadi masalah yang sangat sulit dihadapi para orangtua. Di sisi lain, mereka juga harus berjaga-jaga agar jangan “jatuh” pada kesalahan yang sama, agar anak tidak menganggap mereka munafik. Amy McCready, seorang pendidik, pengasuh anak, dan penulis buku If I Have To Tell You One More Time… The Revolutionary Program To Get Kids To Listen Without Nagging, Reminding, or Yelling , mengaku sudah pernah mengalami “dilema” dalam pola pengasuhan seperti ini. Pendiri Positive Parenting Solutions ini menawarkan beberapa tips bagi orangtua untuk mengatasinya. 1. Jangan bereaksi berlebihan! Kadang anak-anak sengaja menggunakan bahasa yang kasar untuk memancing amarah dan menunjukkan kalau ia punya kuasa atas dirinya dan Anda. Jika Anda marah, itu pertanda ia menang dan berkuasa atas Anda. Kemungkinan besar, ia akan menggunakan kata-kata itu lagi di waktu lain. 2. Ketika anak mengucapkan kata-kata kotor, semakin jelaslah bagi Anda kata mana yang boleh dan tidak boleh dalam keluarga Anda. \"Anda bisa saja mendengar anak-anak lain mengatakan kata itu, tapi tidak dalam keluarga kami,\" katanya. 3. Ketika anak bersumpah, coba cari tahu dari mana kata itu berasal. Apakah mereka memang mengerti maknanya atau sekadar ingin bertindak dingin? Apakah saat itu mereka sedang berusaha mengekspresikan kemarahannya? 4. Tentukan apa yang akan Anda lakukan. Anda tentu tidak dapat membuat anak serta merta berhenti bicara kotor. Sebaliknya, putuskan apa yang akan Anda lakukan ketika mendengar bahasa yang kasar. Katakan pada anak, ketika Anda mendengar bahasa yang tidak sopan, Anda akan meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Meninggalkannya tanpa kata-kata bukan berarti membiarkan ia bebas menggunakan kata-kata kotor, tapi menunjukkan sikap, “Ibu layak diperlakukan dengan hormat, dan ibu memilih untuk tidak mendengarkan pembicaraan ‘sampah’ itu.” (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: