Beli 100 N-219, Lion Rogoh Kocek Rp 5 Triliun

Beli 100 N-219, Lion Rogoh Kocek Rp 5 Triliun

JAKARTA - Rencana Lion Air membeli 100 unit pesawat N-219 produksi BUMN PT Dirgantara Indonesia akan segera terwujud. Nota kesepahaman (MoU) pembelian pesawat perintis tersebut akan ditandatangani kedua belah pihak pada pekan depan.

Menteri Ristek Gusti Muhammad Hatta mengatakan, MoU pembelian pesawat akan ditandatangani dirut Lion Air dan dirut PT DI di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi di Jakarta 28 Agustus mendatang. \"Nilai transaksinya belum diketahui karena baru akan disebutkan pada saat penandatanganan MoU,\" kata Gusti di kantornya kemarin (23/8).

Harga pesawat berkapasitas 19 penumpang tersebut diperkirakan USD 4,5 juta hingga USD 5 juta per unit. Dengan demikian, nilai transaksi untuk 100 unit pesawat diperkirakan akan mencapai sekitar Rp 5 triliun. Meski demikian, uang tersebut tidak akan langsung diterima, karena pengiriman tiga unit pesawat baru akan dilakukan mulai 2016 dan tahun berikutnya menyusul akan diserahkan tiga pesawat.

Pada tahap awal, PT DI baru menggunakan 30 persen komponen lokal dan pada tahap berikutnya ditargetkan komponen lokal akan meningkat jadi 60 persen. Komponen yang masih perlu diimpor antara lain mesin pesawat dan peralatan elektronik atau navigasi. Kedua komponen tersebut lebih ekonomis bila membeli dibandingkan membuat sendiri.

Gusti mengatakan, pesanan dari Lion mampu membangkitkan semangat PT DI yang telah merancang pesawat baling-baling tersebut sejak 2006. \"Kalau tidak ada yang membeli maka tentu saja produksi dalam negeri tidak akan berkembang,\" katanya.

Pesawat N-219 merupakan pesawat penumpang yang ditujukan untuk melayani bandara-bandara perintis dan pulau-pulau terpencil. Pesawat ini mampu lepas landas dari landasan pacu sepanjang 600 meter dan berkontur tidak rata. Mesin yang digunakan juga kuat karena berkekuatan 850 shaft horse power.

Sejak tahun lalu, PT DI telah membuat pesawat prototipe senilai Rp 300 miliar untuk static test dan uji produksi mesin. Pesawat purwareka tersebut telah lolos tes aerodinamika di laboratorium Badan Pengkajian Penerapan Teknologi di Serpong serta ditargetkan memperoleh sertifikat laik terbang pada 2014. (wan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: