Kartini ; Potret Pejuang Nan Santun dan Elegant

Kartini ; Potret  Pejuang Nan Santun dan Elegant

Oleh : Eni Khairani* \"EniPada bulan ini kita kembali memperingati Hari Kartini. Hari tentang sejarah salah seorang di antara banyak srikandi yang dimiliki bangsa ini. Meski telah banyak dan sering diulas kiprah patriotik dari sosok  ini, sebagai sejarah dan makna, tetap saja banyak yang bisa digali dari tokoh Kartini. Di antaranya nilai adat dan falsafah timur yang dipegangnya kuat yang salah satunya tampak lewat kebersahajaan dan kesederhanaan yang dipraktekkannya serta jati dirinya sebagai seorang penganut agama yang kuat dan taat alias santri. Adat dan tradisi serta falsafah ketimuran yang begitu kuat dipegang oleh Kartini ditampakkan secara nyata lewat kebersahajaan dan kesederhanaannya. Contoh, meski begitu kuat akses dan pergaulannya dengan teman-temannya yang orang Barat, Kartini tidak larut dengan cara dan tradisi mereka. Tidak serta merta mengikuti pola laku mereka dan meninggalkan tradisi asalnya. Pernyataan di atas juga bukan serta merta untuk menghakimi bahwa semua yang dari Barat itu haram atau jelek. Tetapi adalah untuk menegaskan tentang prinsip dan sumber moral pedoman yang mampu menjadi inspirasi keteladanan. Karena faktanya, banyak diantara kita yang gagal dalam mendialogkan antara apa yang diharapkan dengan realita di masyarakat. Banyak yang kemudian kembali beku tak bergerak karena tak mampu berdialog dengan fenomena sosial dan banyak juga yang justru tercerabut dari akarnya karena menentang tradisi di masyarakat. Tapi Kartini bisa. Cantiknya, tulisannya yang diterbitkan dalam buku “habis gelap terbitlah terang” justru bukan dengan teriakan perlawanan. Perjuangannya membela hak-hak perempuan sukses justru dengan kekuatannya sebagai seorang perempuan Timur yang total penuh bertindak dalam kepasrahan. Ia menahan pedih perih perjuangannya dalam hati sembari melakukan evaluasi diri. Ia tidak memaki-maki orang lain sembari unjuk kekuatan dan kebolehan dirinya. Ia justru menjalani dengan penuh kesederhanaan dan kebersahajaan. Hasilnya, simpati yang datang dari berbagai pihak yang merasa peduli akan keteladanan yang ia berikan. Sebagai buah dari perjuangannya yang santun dan elegant. Keteladanan memang menjadi persyaratan perjuangan. Dan sumber keteladanan ini sejatinya adalah falsafah ketimuran dan moralitas agama. Falsafah dan nilai moral yang dihayati dan dilakoni. Pedoman yang menuntun seorang tokoh teladan, seperti Kartini, untuk mengetahui batas-batas kewajaran sikap baik sebagai individu maupun sebagai warga bangsanya. Meski tidak persis seperti Rahmah El Yunusiyah, juga salah satu srikandi negeri yang berasal dari Sumatera Barat yang berhasil merintis dan mengelola lembaga pendidikan nasional berbasis agama dan termasuk pahlawan nasional, praktek keberagamaan yang diterapkan Kartini, menurut klasifikasi corak keberagamaan yang diterapkan Clifford Gertz, tak ubahnya keluarga santri umumnya di Jawa. Melakukan sholat lima waktu, menerima pelajaran dari guru (Jawa : kyai) serta giat membaca Al Quran. Seiring momentum refleksi sejarah perjuangan Kartini yang tengah diperingati, sudah saatnya perempuan-perempuan indonesia pada umumnya dan perempuan bengkulu pada khususnya untuk mengaktualisasikan diri tidak hanya sebatas pada ranah domestik, tetapi juga diranah publik. Aktualisasi diri ini harus dimaknai dari sisi yang positif, bahwa keberadaan perempuan sebagaimana spirit yang sudah ditunjukan Kartini senantiasa mengilhami setiap gerak langkah perempuan dalam mengarungi kehidupannya. Semangat, capaian prestasi tertinggi, tidak berpangku tangan dengan kondisi apa adanya, adalah sisi terang dari apa yang dicita-citakan Kartini. Kesemuanya dilakukan dengan penuh kesederhanaan dan kesahajaan, karena yang utama adalah hasil maksimal. Potret perempuan seperti inilah yang dicita-citakan Kartini, sehingga semangat dan spiritnya harus tetap terjaga. Disisi yang lain, masih beragamnya paradigma tentang perempuan diranah domestik dan diranah publik, menyebabkan peran perempuan sebagaimana cita-cita kartini masih kurang menggembirakan. Adanya stigma negatif bagi perempuan yang aktif diranah publik bagi sebagian kalangan, menyebabkan gerak langkah aktualisasi diri perempuan menjadi tersendat. Meski sebenarnya aktualisasi diri yang dimaksud bukanlah dalam arti melupakan kewajibannya diranah domestik, tetapi tetap saja bagi sebagian kalangan itu tidak bisa diterima. Alhasil, support dan dukungan baik secara sosial dan politik kurang maksimal. Inilah sebenarnya tantangan perempuan Indonesia dan perempuan Bengkulu saat ini. Bagaimana perempuan mampu menjawab stigma negatif dari sebagian kalangan ini dengan kemampuannya mengelola peran gandanya diranah domestik sebagai istri dan ibu bagi anak-anak, maupun perannya diranah publik yang harus bersentuhan dengan dunia diluar kehidupan keluarganya secara seimbang. Sehingga diharapkan, dengan kemampuanya mengelola dan menyeimbangkan kedua ranah tersebut, lambat laun stigma negatif ini akan berangsur menghilang. Ini tugas berat, yang harus dipahami oleh perempuan, dan juga harus dihayati oleh kaum adam, sehingga dalam perjalanannya saling melengkapi untuk pencapaian kesempurnaan kehidupan yang harmonis dalam keluarga, dan prestasi yang tinggi diruang publik. Inilah sisi dari spirit yang sudah Kartini telandankan kepada kaum perempuan; sudah selayaknya keteladanan ini senantiasa melingkupi derap perempuan dalam mengarungi kehidupannya, sehingga akan tercapai keseimbangan peran yang signifikan, bukan peran yang saling menghilangkan antara yang satu dengan yang lainya. Hari ini adalah momen bagi perempuan untuk melakukan introspeksi dan evaluasi diri, apakah perannya selama ini baik diranah domestik maupun diranah publik sudah mencerminkan spirit yang Kartini teladankan kepada kita. Moment hari Kartini tidak lagi hanya sebatas seremonial, tetapi lebih kepada bagaimana perempuan mengimplementasikanya atas dasar semangat dan keteladanan Kartini. Selamat untuk perempuan Indonesia dan terkhusus bagi perempuan Bengkulu. Jayalah Indonesiaku, Jayalah Bengkulu ku.   *) Anggota DPD RI.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: