Human Error Menguat
JAKARTA – Secara resmi penyebab jatuhnya pesawat Lion Air di Bandara Ngurah Rai, Bali masih belum di lansir. Tetapi sejumlah praktisi mulai menduga-duga penyebab jatuhnya pesawat berlogo kepala singa bersayap itu. Diantara analisis dugaan kecelakaan dikeluarkan oleh ahli biomedik penerbangan DR dr Wawan Mulyawan SpBS FS.
Wawan menguraikan analisis jatuhnya pesawat yang memiliki durasi terbang delapan bulan itu. Dia menduga kuat jika pesawat berpenumpang seratus orang lebih ini telah mengalami undershoot atau jatuh karena terlalu cepat mendarat.
Dia menganalisa jika faktor kerusakan mesin sangat kecil kemungkinan menjadi penyebab kecelakaan ini. ’’Sebab sesuai dengan pernyataan pihak Lion Air, pesawat ini baru dan sudah dinyatakan layak terbang. Pesawat ini tidak bermasalah dan masih gres,’’ katanya.
Dengan analisis tersebut, penyebab kecelakaan tinggal ada dua faktor yakni human error dan cuaca (weather). ’’Namun untuk faktor weather, dengan alat navigasi canggih yang dimilikinya, seharusnya sangat kecil akan menimbulkan kecelakaan. Karena sudah diantisipasi dengan baik,’’ jelas dia.
Wawan lantas mengatakan dugaan penyebab kecelakaan ini mengarah pada human error. ’’Faktor ini memang menjadi penyebab terbesar yang paling sering menyebabkan kecelakaan,’’ ujarnya. Dia menguraikan jika ada kemungkinan pilot mengalami kelelahan (fatigue).
Dia menyimpulkan faktor kelelahan itu karena dilihat dari model kecelakaan yang tergolong undershoot. ’’Kecelakaan jenis undershoot jika merupakan kesalahan manusia (human error, red) adalah kesalahan elementer yang seharusnya tidak boleh terjadi,’’ papar Wawan.
Dia menerangkan jika sangat mungkin pilot tidak konsentrasi dalam mendaratkan pesawat. Sehingga ketika diperburuk dengan cuaca yang mulai gelap, terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan pendaratan. ’’Keputusan yang salah saat menduga roda pesawat sudah akan menyentuh landasan, padahal masih di atas laut,’’ kata dia.
Alasan penyebab kelelahan muncul dari sistem manajemen atau rotasi pilot dan co-pilot. Wawan mengatakan perusahaan penerbangan yang tumbuh cepat seperti Lion Air sangat mungkin sulit memenuhi standar 1:4. Yakni setiap 1 unit pesawat harus menyediakan 4 crew setting. Artinya setiap pesawat harus menyediakan 4 pilot dan 4 co-pilot yang dirotasi untuk menerbangkan satu pesawat.
Sehingga jika Lion Air mempunyai sekitar 178 unit pesawat baru Boeing 737 yang telah dipromosikan di mana-mana, Wawan mengatakan harusnya maskapai memiliki sekitar 700 pilot dan 700 co-pilot. ’’Saya mohon maaf tidak yakin Lion Air mempunyai penerbang sebanyak itu. Maaf jika saya salah,’’ kata Wawan.
Karena jumlah penerbangnya kurang, maka terjadi beban kerja yang sangat padat. Kepadatan beban kerja ini memungkinkan sekali menjadi penyebab kelelehan muncul pada pilot. ’’Karena lelah itu kemudian menyebabkan mudah mengambil keputusan yang salah,’’ jelas Wawan. Dia mengatakan terus memperdalam kasus kecelakaan Lion Air ini untuk keselamatan dunia penerbangan di Indonesia.
Mendarat Keras Diketahui pesawat Lion Air jatuh di perairan dekat Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, menjelang mendarat, Sabtu (13/4) sekitar pukul 15.00 WITA. Bandara Ngurah Rai sempat ditutup sekitar satu jam menyusul kecelakaan ini guna memudahkan proses evakuasi. \'\'Kronologisnya pesawat itu sudah akan mendarat tetapi tidak sampai landas pacu jatuh ke air, sekitar 50 meter menjelang landing kalau melihat jaraknya berarti sudah pendek, makanya saat mendarat di air badan pesawat pecah,\'\' kata Dirjen Perhubungan Udara Herry Bakti Gumay saat dihubungi melalui telepon.
\'\'Dugaan awal kami belum bisa kami sampaikan, kami baru mengumpulkan data terlebih dahulu untuk mengetahui faktanya seperti apa.\'\'
\'\'Kami sudah mengirimkan tim (Komite Nasional Keamanan dan Transportasi, KNKT) ke lokasi, kenapa bisa jatuh ? biarkan tim kami bekerja terlebih dahulu, dari sana kami baru bisa sampaikan kenapa ini bisa jatuh, apakah karena faktor pesawat, cuaca atau human error,\'\' tambah Hery Bakti.
Pihak Air Traffic Controller (ATC) Bandara Ngurah Rai Bali, memastikan tak ada informasi yang mereka terima dari pesawat Lion Air beberapa saat sebelum pesawat itu jatuh. Pesawat itu mendarat keras dan akhirnya masuk ke laut.
\"Tidak ada informasi yang diterima bahwa pesawat akan mengalam crash. Tiba-tiba mendarat di laut,\" kata petugas Air Traffic Controller (ATC) Angkas Pura II Bandara Ngurah Rai, Bali, Tri Basuki dalam jumpa pers di Base Ops Lanud Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Sabtu (13/4).
Menurutnya, begitu pesawat Lion Air masuk ke laut, ATC langsung melakukan koordinasi kemudian menutup bandara selama 1 jam. Berhentinya aktivitas bandara ini karena landasan digunakan untuk evakuasi korban.
\"Setelah crash maka manajeman angkasa pura menutup operasi bandara selama 1 jam untuk selesaikan evakuasi korban. Kondisi landasan digunakan untuk operasional,\" ungkapnya.
Ia menuturkan, meski bandara hanya ditutup selama 1 jam, namun penutupan itu berakibat pada aktivitas beberapa maskapai. Di antaranya penerbangan yang tertunda dan pengalihan penerbangan yang hendak menuju Bali. \"Terjadi banyak tertunda landing. 8 Ditunda, 3 penerbangan dialihkan ke bandara alternatif ke Lombok dan 4 penerbangan delay,\" tuturnya. Semua Selamat Jumlah penumpang adalah 179 orang. Terdiri dari 168 penumpang dewasa, penumpang anak 3 orang, dan bayi 1 orang serta 7 orang kru. Semua penumpang dikabarkan selamat.
\"Ada 11 orang penumpang yang alami trauma dan luka ringan dibawa ke rumah sakit Kasih Ibu (Jalan Teuku Umar, Denpasar),\" kata Kapolsek KP3 Ngurah Rai, Kompol Bagus Arta.
Sementara itu, Direktur umum Lion Air Edward Sirait menyatakan, pihaknya belum bisa memastikan penyebab kecelakaan pesawat tersebut. Dalam keterangan persnya kemarin, dia hanya bisa memastikan jika pesawat tersebut masih baru. ’’Pesawat itu didatangkan ke sini pertengahan maret 2013,’’ terangnya kemarin.
Pesawat dengan nomor penerbangan JT 904 itu berjenis Boeing 737-800 NG, dengan kapasitas 180 seat. Namun, manifest menunjukkan jika saat itu pesawat tersebut berisi 101 penumpang plus tujuh awak. Terdiri dari 95 dewasa, lima anak, dan satu bayi. ’’Pilotnya, Kapten Ghazali, punya jam terbang lebih dari 10 ribu,’’ lanjutnya.
Karena masih baru, pesawat tersebut hanya memiliki sedikit jam terbang. Kemarin, pesawat tersebut terbang sejak pagi dari Palu, Sulawesi Tengah. Dari sana, pesawat tersbeut menuju Banjarmasin dan berlanjut ke Bandung. Pesawat itu berangkat dari Bandung pukul 12.30 WIB, dan celaka pukul 15.00 Wita.
Versi Lion Air, 18 dari total 101 penumpang dibawa ke tiga RS, salah satunya RS Sanglah. ’’Satu di antaranya terluka, namun saya belum bisa memastikan apakah itu luka berat atau ringan,’’ katanya. Dia juga tidak bersedia menjelaskan kerusakan apa yang dialami pesawat dengan alasan tidak tahu. Yang jelas, ujarnya, pesawat itu dalam kondisi laik terbang.
Edward memastikan, saat ini kondisi Ghazali selaku pilot baik-baik saja. Namun, saat ditanya apakah Ghazali menjalani tes kesehatan ataupun tes urine sebelum terbang kemarin, Edward terdiam. Dia kemudian mengatakan, setiap pilot menjalani tes kesehatan rutin setiap enam bulan sekali.
Sedangkan, untuk tes urine, dilakukan secara acak. ’’Hari ini (kemarin, red) Ghazali tidak menjalani tes urine,’’ ucapnya. Sedangkan, jumlah pesawat Lion Air yang beroperasi di rute domestik kemarin berjumlah 12 pesawat. Pertanyaan seputar tes kesehatan menyeruak karena tahun lalu Lion Air mendapat aib. Dua pilotnya tertangkap sedang mengoonsumsi sabu-sabu di Makassar dan Surabaya. Ironisnya, kegiatan terlarang itu dilakukan hanya beberapa jam sebelum terbang.
Kepala Badan Nasional Narkotika Provinsi (BNNP) Jatim kala itu, Jan De Fretes, mengungkapkan potensi bahaya jika pilot nyabu sebelum terbang. ’’Pilot yang dalam pengaruh sabu bisa salah mengira jika dia telah mendapat jarak aman untuk mendarat di landasan. Padahal, saat itu dia masih jauh dari landasan,’’ ujarnya kala itu.
Hal itu diistilahkan sebagai disorientasi ruang dan waktu. Jika itu terjadi, pesawat yang dikemudikannya sangat potensial tergelincir atau bahkan mengalami kecelakaan lebih parah. Usai peristiwa pengerebekan tahun lalu, Edward juga menyatakan jika tes urine sebelum terbang dilakukan dengan cara sampling.
Edward menambahkan, untuk informasi teknis mengenai kecelakaan pesawat tersebut pihaknya menunggu hasil investigasi pihak berwenang. Dalam hal ini adalah Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Yang jelas, seluruh penanganan penumpang termasuk pengobatannya menjadi tanggung jawab penuh Lion Air.
Di sisi lain, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merespon insiden pesawat Lion Air yang gagal mendarat. SBY menyatakan telah mendengar adanya musibah yang terjadi di Bali tersebut. \"Saya mengikuti terus,\"ujar SBY di Istana Cipanas, kemarin. SBYmenuturkan, pihaknya telah berkomunikasi dengan Menhub EE Mangindaan terkait upaya penanganan dan evakuasi korban insiden tersebut. SBY mengaku bersyukur, karena insiden pesawat itu tidak sampai memakan korban jiwa. \"Satu yang saya syukuri. Meski ini kecelakaan, tapi tidak aada korban. Saya minta perawatan yang luka-luka itu dan diatasi pesawat yng tidak pada tempatnya dan investigasi mengapa itu terjadi,\"tuturnya.
Tidak sekedar memanfaatkan media massa, SBY yang baru saja melaunching akun twitter pribadinya, juga menuangkan kepirhatinannya melalui akun miliknya @SBYudhoyono. Tweet terkait musibah Lion Air tersebut menjadi tweet kedua yang diunggah SBY
\"Melalui media twitter ini, saya menyampaikan, bisa diketahui mengapa terjadi kecelakaan. Itu over suit melebihi runway yang ada. Saya kirim tweet kedua berkaitan dengan itu,\"jelasnya. \"Terhadap kecelakaan lion air di Bali, saya telah menginstruksikan menhub untuk merawat yang luka dan melakukan investigasi *SBY*\" Investigasi Ketua Sub Komite Udara KNKT Masruri menyatakan, pihaknya telah berada di Ngurah Rai untuk memulai proses investigasi penyebab kecelakaan tersebut. Diharapkan, investigasi tersbeut bisa rampung cepat jika data-data dengan mudah bisa didapatkan. Untuk saat ini, pihaknya tidak membuat kesimpulan awal. ’’Kami menunggu semua data terkumpul, dianalisis, baru boleh membuat kesimpulan,’’ ujarnya saat dikonfirmasi kemarin. informasi yang didapat pihaknya saat ini masih minim.
Masruri juga mengatakan, sebuah kotak hitam pesawat yang terletak di bagian depan telah berhasil dievakuasi. ’’Kalau yang satu lagi, di kabin belakang, mungkin baru besok (hari ini, red) diambil,’’ lanjutnya. Kotak hitam itu merupakan kunci yang bisa mengungkap penyebab kecelakaan pesawat. Jika pilot selamat, kotak berwarna oranye itu bisa menjadi data pendukung atau pembanding.(**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: