PR Besar BKKBN di 2024, 97 Ribu Keluarga Berisiko Stunting di Bengkulu

PR Besar BKKBN di 2024,  97 Ribu Keluarga Berisiko Stunting di Bengkulu

Pencegahan stunting oleh BBKBN Provinsi Bengkulu-(foto: istimewa)-

BENGKULUEKSPRESS.COM - Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu memiliki PR besar di tahun 2024.

Pekerjaan rumah yang harus dituntaskan itu adalah menurunkan angka stunting dengan mengintervensi keluarga-keluarga yang berisiko stunting alias gagal tumbuh kembang pada anak yang dapat disebabkan faktor kesehatan dan lingkungan yang tidak bersih.

Ketua Tim Kerja Ketahanan Keluarga dan Percepatan Pencegahan Stunting Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu Weldi Suisno mengatakan, berdasarkan hasil pemutakhiran pendataan keluarga (PPK-2023) terdapat sebanyak 97.327 keluarga berisiko stunting di Provinsi Bengkulu dengan berbagai tingkat kesejahteraan. 

Dari angka itu, terdapat di Kabupaten Bengkulu Selatan sebanyak 8.664 keluarga, Rejang Lebong 13.561 keluarga, Kabupaten Bengkulu Utara mencapai 13.780 keluarga dan Kabupaten Kaur sebanyak 6.907 keluarga. 

BACA JUGA:DPRD Kota Bengkulu Minta Dishub Tertibkan Truk Over Kapasitas Sering Melintas di Jalanan Kota

Sementara di Kabupaten Seluma 10.419, Kabupaten Mukomuko mencapai 9.151 keluarga, Kabupaten Lebong terdapat 7.651 keluarga, Kepahiang sebanyak 7.021, Kabupaten Bengkulu Tengah 5.590 keluarga dan Kota Bengkulu mencapai 14.583 keluarga berpotensi stunting.

Melihat data itu, BKKBN perlu meningkatkan kolaborasi lintas sektor dalam mengintervensi program percepatan penurunan stunting secara terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama menyasar kelompok sasaran prioritas yaitu keluarga berisiko stunting yang didasari atas Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting.

"BKKBN bersama mitra kerja melalui peran intervensi sensitif dapat menekan potensi tumbuh kembangnya kasus tubuh kerdil pada anak. Intervensi sensitif merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penyebab tidak langsung stunting yang umumnya berada di luar persoalan kesehatan, tentunya dalam mengintervensinya perlu konvergensi lintas sektor," ujar Weldi Suisno, Selasa (13/2/2024).

Masih kata Weldi, intervensi keluarga berpotensi tubuh kerdil alias stunting, pihaknya bersama Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) memberikan bantuan makanan agar gizi terpenuhi bagi keluarga berisiko tinggi stunting.

BACA JUGA:Pemkot Bengkulu Usulkan Kuota 113 CPNS dan 2.500 PPPK ke Kemendagri 2024

Ia juga menjelaskan bahwa pencegahan stunting menyasar dengan berbagai penyebab baik secara angsung maupun tidak langsung.

Hal ini tentu  memerlukan kerjasama dan koordinasi lintas sektor di seluruh tingkatan pemerintah, swasta dan dunia usaha serta masyarakat.

Salah satu caranya dengan melakukan ntervensi sensitif melalui sosialisasi kesehatan cegah anemia bagi remaja.

Sosialisasi PUP yang menyasar remaja dalam pendewasaan usia perkawinan pertama pada remaja perempuan 21 tahun dan mengatasi stunting pada anak yang paling efektif adalah sebelum usia anak 2 tahun atau masih dalam masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan  (HPK). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: