Jaringan Terorisme di Bengkulu Sudah Menyebar

Jaringan Terorisme di Bengkulu Sudah Menyebar

  BENGKULU, BE - Jaringan terorisme Jamaah Islamiyah (JI) telah menyebar ke semua lini di Provinsi Bengkulu. Sekretaris Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Bengkulu sekaligus Wakil Ketua Ikatan Alumni Pesantren Darunnaja Bengkulu, Wibowo Susilo mengatakan, jaringan JI ini telah menyebar kesemua lini. Mulai dari pedagang, menyusup ke organisasi masyarakat (ormas), dosen, majelis-majelis, honorer, hingga ke partai politik (parpol). \"Kami juga ikut memantau perkembangan, potensi radikalisme dan terorisme di Bengkulu. JI ini belum terdata berapa jumlahnya, namun sudah masuk ke semua lini,\" tegas Wibowo kepada BE, usai menggelar rapat pengurus FKPT Bengkulu, di Kantor Gubernur Bengkulu, kemarin (11/2). Dijelaskannya, jaringan JI menyebar ke semua lini di Bengkulu itu, memang sudah masuk dalam program JI. Cara-cara itu, memang dilakukan di semua daerah, tidak hanya di Bengkulu. \"Sebaran JI ini sudah umum dalam pemahanan intelijen terorisme dan dalam materi radikalisme dan terorisme itu juga dibahas. Cara meraka (JI) memang seperti itu,\" tegasnya. Wibowo yang juga Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Bengkulu ini mengatakan, jaringan terorisme ke Bengkulu ini, bukan sebagai tempak aksi terorisme. Namun hanya penguatan jaringan JI dan sebagai tempat pelarian, persembunyian serta tempat transit. Termasuk sebagai tempat merekrut anggota baru, untuk memperkuat jaringan JI. \"Maka ketika ada salah satu keluarga ada yang ditangkap, mereka tidak melakukan radikalisme dan terorisme, itu benar. Tapi itu bagian jaringan. Kalau mereka menampakan gerakan jaringan di lingkungan, maka bukan jaringan yang melawan negara. Jadi apa yang dianggap keluarga meraka itu, ya sah-sah saja. Bahwa meraka itu bukan pelaku, tapi jaringan terorisme,\" tutur Wibowo. Jaringan JI sendiri, menurut Wibowo, aktifitas dan targetnya tidak hanya merekrut anggota baru. Namun juga melakukan menyelamatkan jaringannya yang terlibat terorisme. Termasuk melakukan operasi, yang tidak terdeteksi cara-caranya. \"Kalau aktifitas meraka itu, normal seperti masyarakat biasa. Kalau dosen, bekerja sebagai dosen. Kalau berjual, berjualan, termasuk petani, ya beraktifitas tani. Namun dalam kondisi tertentu, mereka melakukan aktifitas operasi jaringan terorisme,\" ujarnya. Untuk sebaran JI di Bengkulu, menurut Wibowo jika berkaca pada tahun 2018 lalu, sebaran terbanyak ada di Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah. Sebab, pada tahun 2018 lalu, berdasarkan data dari survei dari Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Provinsi Bengkulu memiliki potensi radikalisme cukup tertinggi, yakni 58,58 persen. Kemudian disusul Gorontalo 58,48 persen, Sulawesi Selatan 58,42 persen, Lampung 58,38 persen dan Kalimantan Utara 58,30 persen. \"Itu data lama. Setiap tahun diperbaharui, saya belum update data terbaru. Karena pada tahun 2018, Bengkulu masuk 5 daerah rawan potensi radikalisme,\" bebernya. Untuk tahun 2021 ini, Bengkulu tidak lagi masuk 5 daerah rawan penyebaran ideologi radikalisme dan terorisme. Sebab prioritas BNPT di tahun 2021 dan 2022 ini adalah 5 daerah lain, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB dan Sulawesi Tengah. \"Bengkulu tidak masuk urutan ke 5 itu. Sebenarnya kita sudah bebas daerah rawan tahun ini,\" ungkap Wibowo. Meski tidak masuk daerah rawan, atas adanya kejadian penangkapan 3 orang warga Bengkulu yang diduga masuk dalam jaringan terorisme, maka pemerintah daerah harus memaksimalkan pemberantasan radikalisme dan terorisme. Sehingga semua element masyarakat harus dilibatkan, untuk memberikan edukasi. \"Jadi pemerintah tidak berdiri sendiri. Memang sudah ada FKPT, tapi tidak cukup dengan FKPT, harus libatkan semua ormas di Bengkulu. Karena meraka (ormas) itu menyentuhkan sampai ke angkar rumput, kelingkungan,\" tandasnya. //Kemenag: Masyarakat Diminta Tenang Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Bengkulu, Dr H Zahdi Taher MHi terus memantau perkembangan informasi dari pusat, pasca penangkapan tiga warga Bengkulu oleh Densus 88 Antiteror Polri tersebut. \"Saya tidak tahu persis kejadiannya, tapi kejadian sudah mengemparkan Provinsi Bengkulu hingga di kancah nasional tersebut. Saya terus memantau perkembangan informasi tersebut\" ujarnya. Zahdi mengatakan kendati mengaku tak tahu persis kejadian penangkapan ketiga tersangka, namun dalam perkembangan di media, penangkapan dilakukan secara persuasif. Status ketiga warga masih bersifat terduga hingga berstatus hukum tetap. Terlebih disebut-sebut salah satu pelaku berinisial RH dulu pernah menjadi terduga teroris BOM Bali dan tidak terbukti terlibat. Zahdi menghimbau kepada masyarakat khususnya umat islam untuk tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi pihak-pihak tertentu. \"Praduga itukan masih kemungkinan, ada kemungkinan bisa benar sebagai pelaku teroris ataupun bisa juga tidak, kita positive thinking saja, bahwa yang dilakukan densus 88 itu dalam rangka menangkal hal-hal yang tidak diinginkan. Yakni Radikalisme, ekstrimisme dan terorisme, \" terang Zahdi. Mantan Kepala Biro administrasi Umum, Akademik, dan kemahasiswaan IAIN Metro Lampung itu berharap, ketiga orang Bengkulu yang saat ini dimintai keterangan oleh Densus 88 dapat memberikan keterangan sebaik mungkin dan harapannya tidak terlibat dalam dugaan terorisme. Pasalnya penangkapan tiga warga Bengkulu sudah menjadi konsumsi nasional hingga memberikan citra buruk nama Bengkulu dikancah nasional. Kita berkeinginan provinsi Bengkulu, menjadi provinsi yang aman tentram. \"Padahal inikan masih terduga, dan harapannya bukan masuk dalam kelompok teroris, \". Kementerian Agama, kata Zahdi, selama ini selalu melakukan pendekatan-pendekatan dengan moderasi beragama, yakni menanamkan nilai-nilai agama islam atau dikatakan atau modernasi beragama sehingga tidak radikal dan ekstremisme atau dikenal beragama jalan tengah (Wasathiyah). \"Ada empat nilai-nilai moderasi beragama yang akan dikembangkan yaitu menanamkan rasa cinta kepada bangsa dan negara, menanamkan sikap toleransi, anti kekerasan, dan mecintai budaya lokal atau kearifan lokal. Inilai yang perlu dikembangkan bagaimana kita sebagai warga tidak curiga dan saling mencaci dilandasi soal agama, \" katanya. Disinggung terkait penggalangan dana, Zahdi belum mengetahui persis apakah menggunakan lembaga amil zakat seperti yang terjadi di daerah lain atau justru penghasilannya sendiri yang mungkin saja disumbangkan kepada kelompoknya. Untuk itu Zahdi mengingatkan kepada seluruh masyarakat agar Ia mengingatkan belum lama ini Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas telah mengeluarkan kebijakan, melarang mengedarkan kotak amal di masjid, dugaanya dana kotak amal yang terkumpul tersebut disalurkan untuk kelompok garus keras tersebut. \" Makanya hati-hati betul jika ada media sosial yang meminta sumbangan dengan dalih membangun ini itu, membangun rumah tahfidz, siapa tahu hasil sumbangan itu diserahkan pada kelompok garis keras,\" tandasnya. (247/151)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: