Optimis Ekonomi 2020 Membaik

Optimis Ekonomi 2020 Membaik

Pengusaha Bengkulu

BENGKULU, bengkuluekspress.com - Pengusaha optimis di tahun 2020 Ekonomi di Bengkulu akan semakin membaik dan berimbas kepada meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Optimisme tersebut didukung dengan banyaknya sinyal positif sektor usaha di daerah. Pengusaha Sarang Burung Walet, Yogi Pramadani mengaku, meskipun perang dagang antara China dan Amerika Serikat masih berlangsung pada 2020 dan menyebabkan pelemahan ekonomi global termasuk Indonesia, namun hal tersebut tidak akan berpengaruh signifikan kepada perekonomian daerah.

Hal ini disebabkan pemerintah pusat telah membuat berbagai kontrak kerjasama dengan China pada ajang Pameran Impor Internasional China (CIIE) di Shanghai 5-10 November 2019 lalu. Dimana Pemerintah dengan pengusaha China telah menandatangani kesepakatan kontrak impor dari Indonesia senilai 2,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 35,1 triliun.

\"Penandatanganan kontrak impor tersebut yaitu untuk komoditas batu bara, kemudian sarang burung walet, bijih plastik daur ulang, dan produk makanan lainnya,\" kata Yogi.

Dengan adanya kontrak tersebut, menyebabkan komoditas dari Indonesia akan di ekspor ke China pada 2020 ini. Sehingga membuka kesempatan bagi komoditas asal Bengkulu seperti batu bara dan sarang burung walet dapat di ekspor ke China. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. \"Kita perkirakan pertumbuhan ekonomi Bengkulu pada 2020 ini bisa diatas 5,1 persen,\" ujar Yogi.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Provinsi Bengkulu, Basri Muhammad, mengatakan ekonomi Bengkulu akan tumbuh 5,10 persen pada tahun 2020 ini. Angka ini lebih tinggi daripada pertumbuhan pada 2019 yang diprakirakan mencapai 5 persen. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan faktor dalam negeri dan luar negeri. Faktor dalam negeri masih dipengaruhi oleh belum membaiknya sistem perizinan yang diterapkan oleh Pemerintah. Sementara faktor luar negeri yaitu disebabkan oleh perang dagang antara China dan Amerika Serikat. \"Oleh karena itu, Kami berharap, DPR bisa menyetujui omnibus law pada tahun 2020 ini. Karena selain mampu menyederhanakan regulasi juga ramah bagi para pelaku usaha. Kami perkirakan kalau omnibus law berjalan lancar, maka ekonomi kita bisa tumbuh 5,1 persen,\" ujar Basri.

Selain itu, Pengusaha Perhotelan sekaligus Ketua Himpunan Pengusaha Indonesia (HIPMI) Provinsi Bengkulu, Yuan Degama mengaku, tanpa adanya omnibus law, Bengkulu masih menarik bagi investor. Tetapi dibutuhkan pembenahan di beberapa sisi seperti Perizinan. Pemerintah harus selalu membuat perizinan semakin mudah. Dengan begitu, investor akan bersedia berinvestasi di Bengkulu. \"Bengkulu itu masih menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya. Saya perkirakan tahun 2020 ini kondisi investasi Bengkulu akan semakin membaik dan akan berimbas pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang dua tahun belakangan sempat melambat,\" tuturnya.

Membaiknya perekonomian Bengkulu diakuinya tidak terjadi pada sektor usaha pertambangan dan pertanian saja, akan tetapi sektor perhotelan pada 2020 ini juga akan semakin baik. Pasalnya beberapa event pariwisata yang diselenggarakan oleh Pemerintah akan meningkatkan okupansi hotel di Bengkulu. Bahkan tiga hotel yang dimilikinya pada 2019 ini sudah mencatatkan okupansi mencapai 80 persen lebih. Ini menunjukkan berbagai event pariwisata yang diselenggarakan oleh pemerintah telah berhasil menarik wisatawan ke Bengkulu. \"Kalau untuk sektor perhotelan kita yakini pada 2020 akan semakin baik, semua tidak lepas dari peran pemerintah,\" tutupnya.

Tidak hanya industri perhotelan saja yang diprakirakan tumbuh membaik, sektor perkebunan kelapa sawit juga di prakirakan akan membaik pada 2020 ini. Pengusaha Kelapa Sawit Bengkulu, John Irwansyah mengaku, ada optimisme bagi komoditas kelapa sawit pada 2020. Meskipun terjadi pelemahan harga selama dua tahun terakhir, harga kelapa sawit akan meningkat pada 2020 ini seiring dengan berkurang pasokan akibat dari meningkatnya serapan domestik melalui program bio diesel. Bahkan kondisi tersebut telah memacu kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO) hingga US$700 per ton. \"Kita optimis kelapa sawit pada 2020 masih bersinar,\" tutupnya.

Sementara itu, Pengusaha Otomotif di Bengkulu, Meriani mengaku, pada 2020 ini diharapkan lebih baik dari 2019. Pasalnya 2019 merupakan tahun yang berat untuk penjualan kendaraan bermotor di Indonesia termasuk Bengkulu. Meski banyaknya ujian yang datang, tahun 2020 ditatap oleh industri otomotif tetap mengalami pertumbuhan. Setidaknya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memperkirakan pasar otomotif akan tumbuh sebesar 5% pada 2020 ini. \"Tahun ini kami berharap penjualan kendaraan tetap bisa tumbuh dan lebih baik dari 2019,\" tutupnya.(999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: