Ajak Petani Gunakan Pupuk Organik dan Wirausaha Tani

Ajak Petani Gunakan Pupuk Organik dan Wirausaha Tani

CURUP, Bengkulu Ekspress- STKIP PGRI Lubuklinggau bekerjasama dengan Ristekdikti menggelar kegiatan Program Kemitraaan Masyarakat Stimulus (PKMS). Dalam kegiatan PKMS tiga dosen STKIP PGRI Lubuklinggau mengajak para petani menggunakan pupuk organik dan berwirausaha tani.

Tiga dosen STKIP PGRI Lubuklinggau yang melaksanakan PKMS tersebut adalah Destien Atmi Arisandy, MPd, Linna Fitriani, MPd dan Maria Lutfiana, MPdMat. Sasaran dari kegiatan PKMS ini adalah Kelompok Tani di Desa Sumber Bening Kecamatan Selupu Rejang.

\"Dalam kegiatan ini kami melakukan sejumlah kegiatan mulai dari sosialisasi, kemudian mengedukasi para petani terkait cara pengolahan, pemasaran hingg manajemen usaha pupuk organik,\" sampai Destien Atmi Arisandy, MPd salah satu dosen STKIP PGRI Lubuklinggau yang terlibat PKMS.

Menurut Destien, bahan baku pupuk organik yang mereka gunakan dalam program tersebut adalah kulit buah kopi, mengingat kulit buah kopi banyak ditemukan di daerah tersebut namun belum dimanfaatkan oleh masyarakat.Selain itu, menurut Destien, dengan adanya kegiatan tersebut mereka berharap bisa mengatasi permasalahan kurangnya persediaan pupuk yang dibutuhkan dalam pertanian semakin langka dan juga harga pupuk buatan/kimia (non organik) yang semakin melambung tinggi harganya.

\"Karena ini adalah pupuk organik yang berasal dari kulit buah kopi, sehingga aman unntuk lingkungan dan bisa dimanfaat secara berkelanjutan dengan biaya yang ringan,\" tambah Destien.

Sementara itu, Linna Fitriani, MPd dosen lainnya juga mengungkapkan bahwa pemanfaatan pupuk limbah kulit kopi tersebut juga bisa meningkatkan kembali kualitas tanah dibandingkan dengan pemanfaatan pupuk kimia yang justru bisa merusak kualitas tanah jika terus menerus digunakan oleh masayrakat.\"Pemanfaatan limbah kulit buah kopi ini selain untuk meningkatkan produktifitas pertanian juga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat,\" terang Linna.

Karena menurut Linna, pupuk organik berbahan dasar limbah kulit biji kopi yang mereka ajarkan kepada petani tersebut, selain bisa mereka gunakan dikebun mereka, juga bisa mereka jual kepada petani lainnya sehingga bisa memberikan pendapatan tambahan bagi petani selain dari bertani yaitu kopi dan sayuran.\"Selain itu pemanfaatan limbah kulit kopi ini juga sebagai jawaban karena selama ini limbah kulit kopi hanya dibiarkan saja, karena dibiarkan saja limbah kulit buah kopi ini justru membuat kerugian,\" terang Linna.

Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh limbah kulit buah kopi, karena menurutnya selama ini limbah kulit kopi juga banyak dialirkan ke perairan yang menyebabkan perairan sekitar menjadi dangkal dan tercemar. Maria Lutfiana, MPdMat menambahkan, limbah kulit kopi dapat dijadikan bahan dasar pupuk organik karena memiliki kandungan nitrogen, fosfor dan kalium yang sangat bagus digunakan sebagai pupuk.

pupuk merupakan kebutuhan yang utama bagi petani di desa sumber bening yang mayoritas pendapatannya 80 % berasal dari hasil pertanian. \"pupuk dari limbah kulit kopi diolah menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan juga memperbaiki kulitas tanah yang telah menurun akibat pupuk non organik yang dipakai petani selama ini,\" terang Maria.

Terkait dengan prosfek kegiatan yang mereka laksanakan, menurut Maria kegiatan yang mereka mulai Bulan Mei kemarin dan ditargetkan selesai pada Oktober mendatang sudah berjalan sekitar 70 persen. Dimana menurutnya saat ini sudah masuk proses produksi.\"Kami berharap kegiatan ini bisa bermanfaat khususnya bagi petani sumber bening, kemudian kualitas tanah pertanian kembali meningkat karena penggunaan pupuk organik.

Sementara itu, ketua kelompok tani yang mendapat pendampingan dari dosen-dosen STKIP PGRI Lubuklinggau M Almustofa Thohirin bersama sekretaris Yudi Risdianto dan Bendahara Sulaiman menyampaikan terima kasih atas ilmu yang diberikan kepada kelompok tani yang sudah berdiri sejak tahun 2016 tersebut.\"Kami sangat berterima kasih atas kegiatan ini karena masyarakat menjadi tahu cara membuat pupuk organik dan mengetahui pentingnya pupuk organik,\" terang Almustofa.

Almustofa berharap kegiatan serupa tidak hanya mereka terima satu kali saja, mereka berharap berharap ada program lanjutan guna peningkatan lebih lanjut. Karene menurut Almustofa selama ini belum pernah ada kegiatan pembinaan yang langsung mendampingi sampai produk jadi sampai ke manajemen usaha. \"Kami berharap ada program lanjutan setelah ini, sehingga ilmu kami semakin bertambah dan kami siap menerima program selanjutnya,\" demikian Almustofa.(251/krn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: