Sejarah Muhammadiyah di Bengkulu

Sejarah Muhammadiyah di Bengkulu

Dibawa Orang Minang, Tantang Hindia Belanda

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Menjelang Tanwir Muhammadiyah di Bengkulu yang digelar 15-17 Februari mendatang, banyak kisah dan perjuangan dari berdirinya organisasi Islam ini yang bisa dikenang. Sejarah mencatat, kehadiran Muhammadiyah di Bengkulu telah membawa perubahan, baik dalam tatanan kehidupan maupun perkembangan daerah.

Sejarawan Muhammadiyah Bengkulu, Hardiansyah SPd mengatakan, Muhammadiyah hadir di Bengkulu sejak tahun 1915 M yang dibawa oleh orang Minangkabau, Sumatera Barat. Dari sejarah panjang tersebut, tercatat ada beberapa kali Haji Muchtar, dari HB Muhammadiyah Yogyakarta datang ke Bengkulu untuk \"menjinakkan\" gerakan Muhammadiyah yang dinilai oleh Pemerintah Hindia Belanda terlalu keras terhadap pemerintah.

\"Memang pada awal sejarahnya, Muhammadiyah Bengkulu lebih didominasi oleh kaum muda Minangkabau yang lebih menampakkan sikap tidak suka terhadap pemerintahan,\" kata Hardi kepada Bengkulu Ekspress, kemarin (12/2).

Sehingga membuat Konsul Muhammadiyah Bengkulu yang pertama, Haji Yunus Jamaludin ikut terpengaruh dengan gagasan kaum muda yang berasal dari Minangkabau tersebut. Untuk mengimbangi pengaruh dari Sumatera Barat, maka diutuslah ke Bengkulu perwakilan kader-kader Muhammadiyah dari Jawa dengan pendekatan yang lebih lembut, seperti Bapak Djalal Suyuthie. Sehingga mampu meredam pertentangan yang dilakukan kaum tradisionalis dan adat.

\"Pada masanya, terjadi pertentangan, kamudian diutus kader Muhamadiyah dari Yogyakarta untuk meredam hal tersebut,\" tutur Hardi.

Dengan meredanya kerusuhan, membuat Muhammadiyah Bengkulu hadir sebagai salah satu organisasi keagamaan yang dapat berbaur dengan beragam etnis yang ada. Tidak hanya etnis Minang, Jawa, dan Bugis, etnis Tionghoa juga diterima dengan baik. Tercatat nama Oey Tjeng Hien seorang Tionghoa yang masuk Islam dan lebih dikenal dengan nama Haji Abdul Karim Oey ikut menjadi bagian dari Muhammadiyah di Bengkulu.

\"Beliau mungkin satu-satunya orang Tionghoa yang pernah menjadi konsul Muhammadiyah di Bengkulu,\" kata Hardi. Bahkan, perjuangan Oey Tjeng Hien di Bengkulu telah mengajak beberapa orang Tionghoa lainnya untuk masuk Islam dan bergerak di Muhammadiyah. Salah satunya adalah Tjong A Tjin yang merupakan anak angkat beliau.

Di saat daerah lain terdapat \"gap\" dengan sebutan \"pri-\" dan \"non-pri\", Muhammadiyah Bengkulu telah mengikis hal tersebut.  \"Itu terbukti ketika terjadi gelombang kerusuhan anti China tahun 1998, Bengkulu merupakan salah satu daerah yang tidak ikut dalam gejolak nasional tersebut,\" ungkap Hardi. Selain itu, nilai historis khusus Muhammadiyah Bengkulu jika dibandingkan Muhammadiyah lainnya adalah dengan bergabungnya Soekarno, Presiden pertama RI saat diasingkan di Bengkulu dan menjadi Majelis Pengadjaran Muhammadiyah cabang Bengkulu.

Terjadi semacam simbiosis mutualisme antara Bung Karno dan Muhammadiyah. Dari Muhammadiyah, Bung Karno memperoleh ruang gerak untuk menanamkan nasionalisme dan banyak belajar bagaimana gerakan modernisme Islam yang un-theoritic, sedangkan Muhammadiyah mengambil semangat kebangsaan untuk memupuk rasa cinta tanah air para anggotanya.

\"Bahkan Bung Karno menggagas konferensi Daeratul Kubro, salah satu konferensi terbesar pada saat itu yang mengundang hadirnya para tokoh Muhammadiyah se-Sumatera, dan beliaupun memperisterikan aktivis Nasyiatul Aisyiyah, Fatmawati, putri dari Bapak Hassan Din yang merupakan penggerak Muhammadiyah Bengkulu,\" terang Hardi.

Selain itu, ciri inklusif Muhammadiyah yang terlihat di Bengkulu menegaskan bahwa organisasi ini siap bekerjasama dengan siapa saja untuk mencapai cita-citanya.  Tercatat banyak guru-guru Muhammadiyah yang mengajar agama Islam di sekolah Taman Siswa Bengkulu, sedangkan guru Taman Siswa banyak pula yang mengajarkan tentang ilmu-ilmu umum di sekolah Muhammadiyah. Sehingga gerakannya tidak rigid dengan meninggalkan doktrin \"kelompok sini\" dan \"kelompok sana\". \"Muhammadiyah itu saling bekerjasama, cita-cita idealnya yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang saling membutuhkan,\" tutupnya.(999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: