Wawali Bongkar Tempat Maksiat

Wawali Bongkar Tempat Maksiat

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Wakil Walikota Dedy Wahyudi SE MM memimpin langsung proses pembongkaran paksa di warung-warung yang penjual tuak, di terminal Sungai Hitam, kemarin (7/11). Pembongkaran ini menggunakan alat berat yakni Ekskavator dan dalam hitungan menit seluruh bangunan yang sebelumnya sudah diberikan tanda X rata dengan tanah.

\"Ini sudah berkali-kali dan bertahun-tahun tidak ada penyelesaian, bahkan pak RT sudah demo disini tidak didengarkan, diberikan peringatan keras juga tidak diikuti. Ini bangunan punya pemerintah mereka menunggu tanpa izin, tidak ada jalan lain maka kita ratakan bangunan ini,\" tegas Dedy yang didampingi Kasatpol PP, Kadishub kota, Alim ulama, ketua adat, Ketua RT, Kadiskominfo, saat membongkar bangunan tersebut.

Dijelaskannya, hal ini sebagai langkah tegas dari pemerintah kepada masyarakat yang tidak mengindahkan peringatan sebelumnya. Sebab yang melatarbelakangi Pemkot membongkar paksa bangunan tersebut karena banyaknya desakan masyarakat setempat yang resah dengan terminal sungai hitam itu. Setiap malam, tempat-tempat itu menjual tuak, minuman keras (miras), karaoke, prostitusi dan perjudian ditambah lagi banyaknya preman-preman yang nongkrong di tempat tersebut setiap malam.

\"Sebelumnya, kita bersama tim sudah beberapa kali turun tengah malam melakukan survei dilokasi ini, dan ditemukan wanita yang menjajakan dirinya, kemudian ada jual tuak, jadi sudah cukup bukti. Jadi ini langkah terakhir kita robohkan,\" jelasnya.

Pengamatan Bengkulu Ekspress di lapangan, jumlah bangunan sekitar 50 buah, namun hanya ada 12 bangunan yang dirobohkan dan bentuk bangunan tersebut memang tidak permanen karena didirikan oleh pemiliknya sendiri menggunakan papan dan kayu serta triplek, menurut Dedy, 12 bangunan ini merupakan pusat-pusat penjualan tuak dan tempat protitusi karena sudah ada beberapa kamar yang disekat-sekat sebagai fasilitas pria hidung belang menyalurkan hasratnya dengan wanita-wanita bayaran hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasur-kasur. \"\"

Sementara untuk bangunan lainnya sebagian hanya sebagai tempat tinggal saja dan ada beberapa yang memang memiliki usaha warung kelontong sehingga masih dibiarkan oleh pemerintah untuk tidak dibongkar dulu. \"Ini sebagai tanda/peringatan di tempat lain, kalau ada yang sama seperti ini maka kita bongkar juga gunakan alat berat nantinya. Ini bangunan milik pemerintah, selama pemerintah belum membutuhkan silahkan tempati, dengan syarat tidak digunakan sebagai tempat prostitusi ataupun jual tuak, makanya masih ada beberapa yang tidak kita apa-apakan,\" terang Dedy.

Selama proses pembongkaran ini tidak ada aksi perlawanan dari siapapun, dan sesuai dengan peringatan sebelumnya para pemilik sudah mengeluarkan seluruh barang-barang seperti kursi-kursi, meja, kasur, dispenser, kulkas minuman dan sebagainya sehingga bangunan tersebut dalam keadaan kosong. Namun, saat Wawali baru tiba dilokasi 3 orang ibu-ibu memprotes sekaligus memohon kepada Wawali untuk tidak membongkar bangunannya karena tidak memiliki tempat tinggal lagi.

Seperti yang disampaikan Een seorang janda berusia 50 tahun yang mengaku bahwa dirinya baru tinggal sekitar 5 tahun di tempat itu, dan membeli bangunan sebesar Rp 2 juta dari pemilik pertama. Ia membeli bangunan tersebut memang untuk usaha tempat hiburan malam seperti karaoke dan menjual tuak dan miras lainnya.

Ia sempat meminta agar Wawali membatalkan pembongkaran, dan ia berjanji untuk tidak menjual tuak lagi, namun permohonan tersebut tidak dapat dikabulkan lagi oleh Wawali karena pembongkaran ini merupakan langkah terakhir setelah diberikan toleransi/peringatan sebelumnya. \"Kalau seluruhnya dibongkar gak apa-apa, kenapa yang punya saya saja yang dibongkar. Tapi kami mohon jangan dibongkar, kami janji hanya dijadikan sebagai tempat tinggal saja, barang-barang karaoke sudah kami keluarkan dan tidak lagi jual tuak dan sebagainya,\" harap Een sebelum warungnya dibongkar.

Hal yang sama juga disampaikan Fatimah pemilik warung lainnya, ia mengaku bahwa tidak ada tempat tinggal lainnya, dan jika tempat ini sudah dibongkar ia akan terlantar. \" Kami gak akan buka kafe lagi, biar kami cari pekerjaan lain saja, tapi tlong jangan dibongkar kami mau tidur dimana malam ini,\" ucap Fatimah.

Pemkot Bangun Pasar

Sementara itu, lahan yang sudah diratakan tersebut akan dibangun pasar tradisional sesuai dengan rencana Pemkot di tahun 2019 menggunakan dana pinjaman dari PT SMI.Dan pasar itu nantinya akan menjadi fasilitas bagi masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, karena memang selama ini belum ada pasar di kawasan sungai hitam tersebut.

Sedangkan nasib masyarakat yang terkena dampak pembongkaran ini belum dipikirkan pemkot apakah akan direlokasi ke tempat baru atau tidak. Namun yang jelas rata-rata penghuni bangunan di terminal sungai hitam tersebut adalah orang-orang dari luar daerah. \"Kalau belum ada tempat tinggal, silahkan tidur di Masjid, kita berdoa mereka semuanya bisa dapat hidayah,\" kata Dedy. (805)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: