PPN Cenderung Tertutup
BENGKULU, Bengkulu Ekspress -United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) bekerja sama dengan UNAIDS, UN Women, Lingkages, PKNI dan Rumah Cemara melakukan dialog tentang pengurangan dampak buruk perempuan pengguna narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (Napza) sekaligus membahas pelayanan terintegrasi bagi Perempuan Pengguna Napza (PPN) di Hotel Santika, Kamis (11/10) pagi.
UNODC memilih Bengkulu karena di Bengkulu banyak PPN, tetapi mereka cinderung hiden population atau tertutup, sehingga tidak terjadi komunkasi yang kuat. Padahal PPN tersebut memiliki risiko tinggi mengalami infeksi termasuk HIV.
\"Bengkulu banyak PPN, tetapi hiden population, mereka tertutup. Sehingga tidak terjadi komunikasi yang kuat dengan penyedia layanan kesehatan,\" jelas Adhe Zamzam Prasasti dari Yayasan Angsamerah yang mewakili UNODC.
Masih dikatakan Adhe, tidak ada data kongkrit yang menyebutkan jumlah PPN di Bengkulu. Hal tersebut dikarenakan istilah PPN di Bengkulu sangat sensitif dikaitkan dengan kriminal dan isu kekerasan. \"Bahkan ada PPN yang berobat ke Jakarta, itu dikarenakan mereka ingin menyembunyikan aib,\" imbuh Adhe.
Sementara itu, Arif dari Persaudaraan Korban Napza Indonesia (PKNI) mengatakan, jika dari keterangan para peserta dialog rata-rata mereka pernah menggunakan narkoba jenis sabu dengan cara dihisap. Cara tersebut cukup rentan terjangkit penyakit Hepatitis C melalui alat hisap (bong). \"Meski tidak suntik, bisa tertular melalui bibir yang terluka jika menggunakan alat hisap bong,\" jelas Arif yang pernah melakukan studi terkait PPN di Indonesia.
Vokal point Persaudaraan Perempuan Korban Napza Indonesia (PPKNI) Bengkulu, Fepi Dahlia mengatakan, PPN di Bengkulu masih membutuhkan layanan yang komprehensif yang ramah dan aman. Terkait harapan PPN di Bengkulu, kerja sama yang baik antara stekholder dan komunitas, bantuan dan pendampingan lembaga hukum, ruang tahanan yang layak mulai dari Polsek sampai Polres khusus PPN, mengingkatkan kapasitas LSM dan komunitas PPN terkait isu kesehatan dan drug.
\"Ada lembaga yang fokus memperhatikan dan membina komunitas PPN,\" jelas Fepi.
Secara keseluruhan, peserta dialog yang beberapa diantaranya adalah mantan PPN mengaku tidak berani untuk mempublis dirinya kepada pihak yang menyediakan layanan kesehatan, mereka takut ditangkap pihak kepolisian. Tetapi setelah dijelaskan perwakilan dari BNNP Bengkulu terkait mekanisme rehabilitasi, mereka nampak lebih paham. Terkait layanan kesehatan bagi PPN juga dijelaskan oleh Dinkes Provinsi, RSMY Bengkulu dan RSKJ Bengkulu. Pada intinya menjelaskan mekanisme untuk berobat bagi PPN di Bengkulu.(167)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: