Petani Belum Sejahtera

Petani Belum Sejahtera

NTP Makin Turun

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Meskipun Bengkulu dikenal sebagai daerah pertanian, tetapi sektor ini belum mampu memberikan kesejahteraan bagi para petani.

Berdasarkan data Badan Pusat Stastistik (BPS) Provinsi Bengkulu, indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Bengkulu pada September 2018 tercatat sebesar 92,81 yang berarti daya beli petani di Provinsi Bengkulu masih defisit sebesar 7,19 persen. Bahkan, dalam setahun terakhir indeks NTP Bengkulu tidak pernah mencapai angka 100 yang mencerminkan hasil pertanian tidak pernah impas dengan biaya hidup petani.

Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Dyah Anugrah Kuswardani MA mengatakan, salah satu penyebab rendahnya NTP Bengkulu adalah indeks konsumsi rumah tangga yang terbilang tinggi sebesar 133,71. Pergeseran pola konsumsi ke produk-produk makanan menjadi salah satu penyebab tingginya indeks rumah tangga petani.

\"Bahan makanan di pedesaan memang lebih murah. Tapi pola konsumsi rumah tangga di produk makanan jadi besar sekali, dan kita tahu pusat distribusi makanan ada di kota sehingga untuk sampai di desa pasti ada biaya transportasi yang menyebabkan harga lebih tinggi,\" jelas Dyah.

Sebagaimana diketahui, NTP merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. NTP mengukur kemampuan produk yang dihasilkan petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani, baik untuk produksi maupun konsumsi rumah tangga.

\"Semakin tinggi NTP, kesejahteraan petani semakin tinggi,\" ujar Dyah.Di sisi lain, per September 2018 NTP Bengkulu menurun karena beberapa komoditas seperti cabai merah, jengkol, telur ayam ras, bawang putih, tomat, bawang merah, jeruk dan kacang panjang dan komoditas lainnya mengalami penurunan. Ini tercermin dari penurunan indeks yang diterima petani sebesar 7,19%. Di samping itu, inflasi sebesar 0,59% juga menjadi salah satu penyebab penurunan NTP.

Secara historis, dalam kurun waktu setahun terakhir, NTP Bengkulu tertinggi berada di level 97,27 yang terjadi pada Desember 2017. Selepas itu, NTP terus melandai hingga ke titik terendah pada Juli 2018 sebesar 92,37.

Melihat data historis tersebut, indeks NTP selalu di bawah 100 yang mencerminkan kondisi petani belum menikmati kenaikan harga hasil pertanian. Contohnya, saat harga cabai Rp 20 ribu per Kg, di tingkat petani kurang dari Rp 20 ribu.

\"Menanggapi hal tersebut perlu ada perbaikan pada pola distribusi dan tata niaga pertanian agar NTP Bengkulu bisa mencapai di atas 100,\" tutupnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Serikat Tani Bengkulu (STAB), Muspani SH MH mengaku, petani Bengkulu sebenarnya sudah sejahtera. Hanya saja, saat ini masih ada penekanan harga jual hasil pertanian oleh pemerintah. Ia menjelaskan, harga jual hasil pertanian khususnya beras ditekan oleh Menteri Perdagangan dengan adanya Harga Eceran Tertinggi (HET). Bahkan, ada rencana akan diturunkan lagi.

\"Kalau benar-benar mau menurunkan HET, NTP dan NTUP petani akan turun drastis,\" tegas Muspani.Bila ingin meningkatkan kesejahteraan petani, ia merekomendasikan agar tata niaga penjualan hasil produk pertanian diatur kembali secara baik. Dengan begitu, tidak terjadi harga jatuh di musim panen.\"Termasuk agar tidak terjadi harga tinggi di musim tidak panen,\" tutupnya.(999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: