Inflasi Diprediksi 3 Persen

Inflasi Diprediksi 3 Persen

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Inflasi di Bengkulu diprediksi hanya sebesar 3 persen hingga akhir tahun ini. Hal ini mengingat saat ini inflasi masih berada di level 2,23 persen (year on year).

\"Perkiraan kami sekitar 3 sampai 3,5 persen masih bisa dicapai,\" kata Pakar Ekonomi Unib, Prof Dr Kamaludin, kemarin (4/9).

Ia mengatakan, untuk mengendalikan inflasi, terutama pada volatile food yang harus diperhatikan adalah proses produksi dan distribusi pangan.

\"Itu masalah berapa besar kebutuhan dan berapa besar suplainya. Suplai itu tidak cuma bicara soal produksi, tetapi bicara juga soal distribusi. Selalu upaya mengurangi inflasi harus fokus kepada produksi dan distribusi dari bahan pangan yang bergejolak,\" ujar Kamaludin.

Sebelumnya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI), Endang Kurnia Saputra mengaku telah memiliki sejumlah langkah untuk pengendalian inflasi agar berada di level maksimal 3,5 persen. Salah satunya adalah dengan mengendalikan volatile food atau inflasi harga pangan.

\"Langkah pendeknya adalah melakukan volatile food atau inflasi harga pangan dengan menjaga posisi cadangan beras maupun pasokan komoditas pangan, daging, ayam ras maupun telur dan lain lain termasuk kerja sama antar daerah,\" kata Endang.

Untuk langkah panjangnya, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bengkulu telah memfokuskan kepada 4K. Yakni melalui keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, maupun koordinasi dan komunikasi yang efektif.

\"Itu adalah langkah-lngkah jangka panjangnya seperti itu. Yang terpenting adalah selalu memastikan ketersediaan pasokan, melalui optimalisasi sarana produksi pertanian maupun infrastruktur pasca panen maupun lain-lain, itu fokus dilakukan termasuk perdagangan antar daerah dan juga menjadi program TPID,\" sebut Endang.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu mencatat pada Agustus 2018 Indeks Harga Konsumen mengalami deflasi sebesar -1.80 persen. Ini merupakan deflasi kedua pada 2018 yaitu Februari dan Agustus, sedangkan pada 2017 terjadi sebanyak tiga kali yaitu pada April, September, dan Oktober.

\"Pada Agustus 2018, terjadi deflasi sebesar -1.80 persen. Ini merupakan deflasi kedua pada 2018,\" ujar Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Bengkulu, Budi Hardiyono SSi ME.

Ia mengungkapkan, dalam dua tahun terakhir, pada Agustus selalu mencatatkan tren inflasi yang rendah. Namun tidak menutup kemungkinan di bulan-bulan selanjutnya akan kembali terjadi deflasi. \"Kemungkinan pada bulan berikutnya juga akan terjadi deflasi,\" kata Budi.

Syaratnya, lanjut Budi, pemerintah harus bisa menjaga harga pangan terus turun dan tidak kembali bergejolak. Sehingga Pemerintah harus bisa benar-benar mengendalikan harga pangan agar tidak bergejolak dan menurun dari waktu ke waktu.

\"Kalau ternyata harga-harga bahan makanan tidak bisa dikendalikan ya bisa inflasi. Di sini pengaruh besar pada bahan makanan,\" tutupnya.(999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: