Pakan Mahal, Telur Melonjak
BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Kenaikan harga telur di Bengkulu pada beberapa waktu terakhir disebabkan oleh melonjaknya harga pakan ayam petelur. Sehingga menyebabkan produksi telur ayam ditingkat peternak semakin menurun diakibatkan jumlah pakan yang mampu dibeli terbatas.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bengkulu, Dewi Dharma MSi mengatakan, naiknya sejumlah harga telur ayam di sejumlah Pasar Tradisional di Kota Bengkulu disebabkan oleh mahalnya pakan ayam di Bengkulu. Hal tersebut menyebabkan menurunnya produksi telur ayam.
\"Harga pakan ternak ayam naik kemudian produksi turun, itulah penyebab telur ayam mahal,\" kata Dewi, kemarin (12/7)
Harga pakan ayam saat ini berada dikisaran Rp 350 ribu sampai Rp 380 ribu per 50 kilogramnya. Penyebab mahalnya pakan ayam karena Provinsi Bengkulu tidak memiliki sendiri perusahaan yang memproduksi pakan ternak. Sehingga mengharuskan membeli dari beberapa perusahaan pakan di Lubuk Linggau, Palembang dan Lampung. \"Kalau harga pakan ayam mahal wajar, soalnya mesannya dari luar Bengkulu,\" jelas Dewi.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Disperindag Kota Bengkulu akan berkoordinasi dengan pihak terkait agar dapat menekan harga telur di Pasar. Beberapa strategi yang dilakukan yaitu bekerjasama dengan distributor telur dan Bulog. \"Kami akan berkerjasama dengan OPD terkait untuk menekan harga telur yang berfluktuatif di Pasar,\" tukasnya.
Sementara itu, Peternak Ayam Petelur di Desa Tanjung Terdana Kabupaten Bengkulu Tengah, Sukiarto (52) mengatakan, wajar kalau harga telur di pasar berfluktuatif hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya jumlah produksi telur ayam. Bahkan dalam sehari ayam petelur miliknya hanya mampu memproduksi sebanyak 50 butir telur. \"Produksi telur kami menurun karena harga pakan mahal,\" terang Sukiarto.
Untuk mengatasi mahalnya harga pakan ayam, pihaknya meracik sendiri pakan ayam. Tetapi racikan pakan tersebut tidak sebanding dengan jumlah produksi telur yang dihasilkan. \"Gimana mau beli pakan, mahal jadi kami buat sendiri pakannya karena mampu menghemat biaya operasional,\" tuturnya.
Biaya meracik pakan yang dilakukan Sukiarto menghabiskan Rp 275 ribu untuk 50 kilogram pakan. Sementara itu jika membeli pakan buatan pabrik maka biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 325 ribu sampai Rp 345 ribu per 50 kilogramnya. \"Jelas kami rugi kalau beli pakan buatan pabrik, soalnya dalam sehari kurang lebih satu ton pakan untuk makan ayam petelur,\" jelas Sukiarto.
Sukiarto saat ini memiliki lebih kurang 6.000 ekor ayam petelur dimana dalam satu hari saja menghabiskan kurang lebih 1 ton pakan. Besarnya biaya operasional pakan ayam yang dikeluarkan tidak sebanding dengan produksi telur yang dihasilkan sehingga jika peternak menjual telur dengan harga murah maka mereka akan rugi besar. \"Kalau kami jual telur murah maka kami yang akan rugi besar,\" imbuh Sukiarto.
Seperti diketahui, harga telur ditingkat peternak saat ini sudah mencapai Rp 43 ribu perkarpet untuk ukuran kecil sedangkan untuk ukuran medium mencapai Rp 46 ribu perkarpet dan jumbo mencapai Rp 47 ribu. \"Kami jual selisih sedikit dengan dipasar karena kalau lebih murah maka belum balik modal,\" tukasnya.
Sementara itu, Pedagang Ayam di Kota Bengkulu, Amir (43) mengaku, lebih memilih membeli telur ayam diluar Kota Bengkulu yaitu di Padang Sumatera Barat. Hal tersebut diakuinya lebih murah ketimbang membeli telur dari Peternak di Bengkulu.
\"Kalau kami beli dari peternak di Bengkulu maka kami cuma untung sedikit, paling tidak hanya Rp 2 ribu dalam satu karpet, kalau beli diluar setidaknya masih untung Rp 5 ribu,\" kata Amir.
Amir berharap persedian telur di Padang bisa kembali normal, sehingga harga telur ayam tidak tinggi. Selain itu, pihaknya berharap para ayam di Jawa bisa kembali untung sehingga pemasok telur dari Jawa tidak mengambil telur dari Sumatera lagi. \"Semoga peternak ayam petelur di Jawa bisa kembali memproduksi telur lagi sehingga para pemasok telur di Jawa tidak memborong telur di Sumatera,\" tutup Amir.(999)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: