Potensi Radikalisme di Bengkulu Tertinggi
CURUP, Bengkulu Ekspress - Meskipun selama ini tidak ada aksi terorisme di Provinsi Bengkulu, namun potensi radikalisme di Provinsi Bengkulu tertinggi di tanah air.
\"Berdasarkan survei yang dilakukan beberapa waktu lalu, potensi radikalisme di Bengkulu ini tertinggi,\" sampai Sekretaris Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Bengkulu, Ir Usman Yasin MSi saat berkunjung ke Rejang Lebong belum lama ini.
Menurut Usman Yasin, potensi Radikalisme di Bengkulu tertinggi dikarenakan beberapa faktor, salah satunya karena karena beberapa otak pelaku pengeboman seperti Azhari dan Nurdin M. Top pernah tinggal di Bengkulu. \"Kemudian pelaku bom Hotel JW Mariot, Asmar Latin Sani merupakan orang Bengkulu,\" tambah Usman Yasin.
Dijelaskan Usman Yasin, potensi radikalisme di Provinsi Bengkulu masih ada dan berkembang di sebagian masyarakat. Potensi tersebut dikembangkan bukan oleh orang asli warga Bengkulu tetapi dibawa oleh orang luar yang masuk ke Bengkulu dan membuka komunitas-komunitas keagamaan.
Usman Yasin mencontohkan salah satunya terdapat di Kabupaten Mukomuko. Dimana menurutnya di kabupaten yang berbatasan langsung dengan Sumatera Barat tersebut terdapat kelompok yang mana kelompok tersebut anak-anaknya tidak disekolahkan pada pendidikan milik pemerintah, tidak boleh menyanyikan lagu Indonesia Raya, tidak berobat di instansi pemerintah, tidak mau mengikuti Pemilu dan menghormati bendera merah putih.
Lebih lanjut Usman Yasin menjelaskan, pada prinsipnya Radikalisme tidak hanya semanya mengenai terorisme, namun juga bisa menjadi positif. Ia mencontohkan bila radikalisme seseorang digunakan untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan Al Quran dan Hadis maka tidak menjadi masalah. Tetapi ketika digunakan pada hal negatif, seperti bom bunuh diri maka agama manapun akan menentang. \"Radikalisme negatif harus sama-sama dicegah, tidak hanya pemerintah tetapi semua kalangan masyarakat,\" papar Usman Yasin.
Dalam upaya pencegahan radikalisme negatif tersebut, Usman mengaku FKPT bersama organisasi lain dan instansi pemerintah berusaha melakukan pendeteksian dini. Karena kelompok tersebut walaupun jumlahnya kecil, tetapi jika sudah berubah dari radikal ke terorisme akan berdampak besar bagi orang banyak.
\"Paling potensi paham radikalisme adalah ditanamkan pada anak-anak usia 10 hingga 19 tahun. Sehingga golongan tersebut harus diselamatkan, sedini mungkin,\" demikian Usman Yasin.(251)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: