Dulu Jualan Soto Ayam Keliling, Sekarang Omzet Miliaran Rupiah
Walau cukup direpotkan, Sadi akhirnya bisa merasakan hasil dari kerja kerasnya. Dia bisa membeli sebuah rumah di Jalan Ambengan 3A, dan mendirikan sebuah warung soto yang lebih permanen di sana.
Perjalanan usaha Sadi, bak sebuah mobil Ferrari yang menanjak. Tepat tahun 1989, Sadi membuka cabang di Jakarta. Tawaran itu ia dapat sama seperti sebelumnya.
Berasal dari pelanggannya yang mengenalkan dia dengan orang Jakarta. Melihat kesempatan melebarkan sayap itu, ia menerima tawaran kerja sama dari pemilik sebuah rumah di Jalan Wolter Monginsidi, Kebayoran itu.
“Saya tidak menyangka di Jakarta banyak rumah makan yang menamai Soto Ayam Ambengan cabang Surabaya. Padahal saya tidak membuka cabang di manapun,” ujarnya.
Sadi mengaku sempat geram. Ia ingin mematenkan nama usahanya itu. Namun, nama jalan tidak bisa dipatenkan sebagai rumah makan. Akhirnya, ia menambahkan namanya di belakang tulisan soto Ambengan, menjadi Soto Ayam Ambengan Pak Sadi (Asli).
Kerja sama dengan orang Jakarta itu tidak berjalan sampai satu tahun. Karena pandangan yang berbeda akhirnya kerja sama tidak dilanjutkan. Tapi, ia tidak langsung menutup cabangnya di Jakarta.
Potensi yang sangat besar menjadi pertimbangannya ia tetap membuka warung soto di daerah Kebayoran. Sampai akhirnya dia sempat mengontrak rumah lalu membeli tanah dan dibangunnya rumah makan Soto Ayam Ambengan Pak Sadi (Asli) keduanya.
“Yang dulunya hanya sebuah warung. Sekarang rumah makan Soto Ayam Ambengan Pak Sadi (Asli) baik di Surabaya maupun di Jakarta berbentuk bangunan tiga lantai. Ia juga mempersilakan karyawannya untuk tinggal di lantai dua dan tiga.
Sadi sendiri saat ini hanya bertugas mengawasi karyawan. Dia tidak lagi turun ke dapur untuk memasak, atau menjadi kasir menerima uang pelanggan seperti awal ia lakukan.
Tidak heran puluhan tahun berdiri, banyak pelanggan setianya yang bahkan hingga anaknya dan cucunya menjadi pelanggannya kembali. Dulu satu porsi hanya seharga Rp 250 sampai Rp 28.000.
“Ya dulu, awal mula saya hanya memotong ayam lima ekor saja untuk soto. Sekarang untuk Surabaya saja satu harinya sekitar 100 ekor ayam dipotong,” bebernya.
Kegigihan dan tidak menyerah untuk mencoba menjadi kunci suksesnya. Tawaran untuk membuka cabang terus berdatangan. Permintaan franchise kerap ia terima.
Diungkapkannya, untuk franchise saat ini ia banderol mulai dari Rp 250 juta Rp 350 juta selama lima tahun.
Namun ia meyakinkan, dalam sebulan satu cabang Soto Ayam Ambengan Pak Sadi (Asli) jika ramai bisa memperoleh omzet hingga Rp 300 juta per bulan. Jika sepi, hanya Rp 150 juta.
Total, saat ini ia sebutkan ada 20 cabang Soto Ayam Ambengan Pak Sadi (Asli). Di luar Jakarta dan Surabaya adalah di Balikpapan, Lombok, dan Sorong. Kalau ditotal ya omzetnya bisa menyentuh angka miliaran per bulan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:

