Dra Deny Asiah
Dua pilihan yang berat, melihat peluang besar pada tes CPNS, P dan K, Deny akhirnya memilih mengikuti tes CPNS itu. Nasih baik berpihak kepadanya, Deny dinyatakan lulus tes dan tertanggal 1 Februari 1991 SK (Surat Keputusan) dari pusat keluar.
Berkat arahan kedua orang tuanya, ia bersama empat saudara menjadi guru, dua orang jadi PNS pemda dan satu orang Bidan. \" Dari delapan bersaudara, satu orang meninggal, dan ketujuh saudara sudah bekerja, 4 orang guru, satu bidan, dan dua orang PNS Pemda Lampung, \" ceritanya.
Pertama kali ditugaskan di SMAN 3 Kota Bengkulu (saat itu SMA Pagar Dewa-red), statusnya saat itu masih lajang, selang beberapa tahun kemudian ia bertemu dengan jodohnya dan menikah, hingga memiliki dua putri cantik, yakni Dhea Febrita dan Ade Riski Oktarina .
Allah berkehendak lain pada tahun 1997, suaminya meninggal, saat itu anak-anaknya masih cukup kecil, pun begitu ia tak mau larut dalam kesedihan, ia tetap fokus dalam karirnya sebagai guru bidang studi Matematika, sekaligus mengurus kedua anaknya hingga besar seperti saat ini, \" Dhea sekarang sudah menjadi mahasiswi di Unib semester 6 dan Ade kelas 3 SMA, \" tutur wanita berjilbab itu.
Tak ada yang berkeinginan menjadi seorang single parent termasuk dirinya, kesabaran, ketegasan, disiplin dan jiwa bertanggungjawab mendidik anak-anaknya tidak dianggap beban, justru dijadikan suport diri untuk lebih maju, sikap tak gampang kecewa, dan selalu bersusaha itu ditularkan kepada kedua putri tercintanya, supaya keduanya menjadi anak yang mawas diri, tidak sombong, dan mampu menjaga nama baik keluarga dan kedua orang tuanya.
\" Seorang Single, dua peran dimainkan, saya harus mampu jadi ayah, dan ibu bagi anak-anak, sehingga terkadang harus bertindak tegas dan ditegaskan, saya juga selalu ingatkan kepada mereka untuk menjaga diri, jaga nama baik orang tua, dan menjaga nama baik keluarga,\" katanya.
Dengan sikap keterbukaan serta pengertian satu sama lain, kedua anaknya mesti tidak memiliki sosok figur sang ayah namun ia mampu terhindar dari segala godaan seperti narkoba.
Diakuinya, menjadi seorang wanita karier cukup menyita waktu, apalagi saat ia di beri tanggungjawab sebagai wakil kepala sekolah di SMAN 3 kota Bengkulu, sekaligus sebagai fasilitator tim supervisi sekolah model binaan tingkat SMA dari Direktorat jenderal (dirjen) kemendiknas, serta tim fasilitator RSBI Dirjend Pembinaan SMA tahun 2012. Ia harus melakukan survey ke lokasi seperti di Padang, Sumsel, dan Bengkulu, banyak waktu yang tersita bahkan harus keluar daerah. \" Meski menjadi wanita karier, keluarga sangat diutamakan, \" terangnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:

