BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Pemerintah Pusat telah memiliki rencana strategis untuk menyelesaikan masalah inflasi di Sumatera dengan menjaga arus distribusi salah satunya membangun tol laut. Tetapi pembangunan tol laut tersebut akan menuai kegagalan jika tidak didukung oleh Infrastruktur transportasi darat yang memadai serta pelabuhan yang mumpuni di Provinsi Bengkulu.
Plt Gubernur Bengkulu, Dr drh H Rohidin Mersyah MMA mengatakan, pembangunan tol laut Sumatera tidak akan mampu berjalan maksimal tanpa didukung oleh sektor transportasi darat dan pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu. Untuk itu, dibutuhkan jalan tol yang memotong pulau Sumatera dari Bengkulu hingga ke Sumatera Selatan dan peningkatan Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
\"Tol laut tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan bagi perekonomian Sumatera tanpa adanya jalan tol yang memotong Sumatera dan Pelabuhan Pulau Baai,\" kata Rohidin, kemarin (29/5).
Tol Laut bisa berpengaruh menumbuhkan ekonomi Sumatera jika ada tol tengah yang memotong Pulau Sumatera seperti Bengkulu, lubuk linggau, Jambi hingga ke Sumatera Selatan. Sehingga Jalan lintas Barat dan Tengah Sumatera juga berkontribusi menumbuhkan ekonomi karena arus distribusi barang menjadi lancar. \"Kenapa harus melalui Bengkulu, karena Bengkulu itu memiliki pelabuhan yang potensial di Sumatera dengan letak yang strategis,\" ujar Rohidin.
Bengkulu harus berubah pergerakan ekonominya, KEK di Pelabuhan Pulau Baai harus terjadi karena bukan hanya ekonomi Bengkulu tetapi mampu membuka gerbang barat ekonomi Pulau Sumatera. Pembangunan KEK di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu sangat potensial dengan ketersediaan lahan mencapai 1.200 ha ditambah terintegrasi dengan kawasan ekonomi mampu menjadi penggerak akselerasi Pulau Sumatera. \"Bukan hanya inflasi terjaga, pertumbuhan ekonomi juga akan besar dan ekonomi kawasan tengah Sumatera akan ikut terdorong dengan bantuan tol dan kereta api,\" jelas Rohidin.
Pelabuhan Pulau Baai yang di kelola oleh PT Pelindo II Bengkulu diharapkan menjadi pelabuhan yang bisa membawa produk pertanian dan perkebunan, termasuk hasil bumi dari Bengkulu dan Provinsi lainnya, seperti batu bara yang selama ini di bawa ke Pelabuhan di Sumatera Barat atau Lampung, bisa langsung ekspor keluar melalui Pelabuhan Pulau Baai. Selain itu, dengan dilakukan pengembangan kawasan industri juga diharapkan industri-industri berbasis Kepala Sawit misalnya, bisa masuk ditambah Pemerintah Pusat mendorong agar kawasan Pelabuhan Pulau Baai dimanfaatkan untuk karantina hewan. \"Sehingga kedepan dapat memberikan multiplayer efek bagi daerah dan masyarakat Bengkulu serta Sumatera pada umumnya,\" ujar Rohidin.
Disamping itu Rohidin menambahkan, pengembangan ekonomi ini tidak dipungkiri tidak secara instan. Artinya selalu perlu waktu, tapi diyakininya Bengkulu sudah memiliki modal seperti telah adanya kebun sawit, kopi, karet yang akan menjadi bagian proses pengembangan ekonomi Bengkulu kedepannya. \"Dari dahulu diketahui rempah-rempah di Bengkulu sangat banyak. Sehingga dengan adanya kawasan industri, industrin bisa di bangun,\" tukasnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Endang Kurnia Saputra mengatakan, pihaknya mendukung rencana Pemerintah Provinsi Bengkulu untuk menjadikan Pelabuhan Pulau Baai sebagai pintu gerbang barat pulau Sumatera. Hal tersebut tentu akan memberikan dampak yang cukup besar bagi perekonomian Bengkulu dan Sumatera.
\"Pembangunan pelabuhan Pulau Baai saja mampu menyumbangkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.7 persen, jika Bengkulu mampu dibangun tol darat dan jalur kereta api maka kontribusinya akan cukup besar untuk Bengkulu dan Sumatera,\" jelas Endang.
Endang mengaku, Provinsi Bengkulu jika didukung dari sektor pelabuhan maka bisa meraih pertumbuhan ekonomi sebesar 5.7 persen. Pihaknya berharap jika pembangunan pelabuhan ini selesai maka diharapkan ada 1 BUMN yg bisa mengelolah Pelabuhan agar semakin baik kedepannya. \"Kami berharap pembangunan pelabuhan bisa segera terwujud agar ekonomi Bengkulu dan Sumatera semakin baik,\" tutupnya.