\"Sayuran pakis ini tumbuh liar di desa kami, nanti kalau sudah terkumpul mau dikasihkan ke mamak (ibu) untuk dimasak,\" jawab Rosi, saat ditanya Bengkulu Ekspress.
Sayur pakis yang dikumpul dua sekawan ini, sangat bernilai bagi mereka. Pasalnya, orang tua mereka hanya bekerja sebagai buruh pembuat batu bata dengan upah yang tidak seberapa. Terkadang orang tua Rosi dan Redo harus mencari upahan merumput demi mendapatkan uang untuk makan dan kebutuhan sekolah anak-anak mereka hingga tamat.
\"Bapak saya kerja upah buat batu bata, mamak nunggu di rumah mengurus rumah dan adik-adik saya. Makanya saya cari sayur untuk makan kami nanti,\" terang Rosi, yang mengaku anak tertua dari tiga bersaudara.
Sementara itu, Redo mengaku pernah mendapatkan tanaman pakis cukup banyak, bahkan pernah mendapatkan uang dari hasil menjual tanaman pakis. \"Kalau ada yang mau beli, kami jual. Jadilah untuk bantu jajan kami kalau di sekolah,\" tutur Redo. (999)