Dua rumah penduduk ambruk, 4 irigasi jebol, sekitar 60 hektar kawasan persawahan rusak, 2 motor rusak dan puluhan ternak milik warga sekitar ikut disapu oleh derasnya terjangan banjir bandang air Sungai Rindu Hati. Meski tak ada korban jiwa, banjir yang terjadi sekitar pukul 7.00 WIB Rabu (23/1) tersebut menyebabkan kerugian ratusan juta rupiah.
Hingga saat ini banjir masih mengenangi rumah-rumah warga. Tak hanya itu, para petani di sekitar akan mengalami gagal panen. Hal itu, dikarenakan areal persawahan yang merupakan mata pencarian warga ludes disapu oleh air Sungai Rindu Hati tersebut.
Mengetahui kejadian musibah kebanjiran itu, pihak BNPB (Badan Nasional Penangulangan Bencana) Kabupaten Benteng langsung terjun ke TKP untuk melakukan evakuasi. Bersama dengan ratusan warga, BNPB membersihkan puing-puing bekas banjir. \"Begitu mendapatkan informasi itu kami langsung meluncur ke lokasi bersama tim untuk melakukan evakuasi bersama warga,\" ujar Kepala BNPB Benteng, Fairoeszaman, kemarin di TKP.
Dikatakan Fairoeszaman, untuk mengantisipasi kejadian serupa, pihaknya telah melakukan pendataan terhadap jebolnya beberapa titik irigasi dan lainnya. Hal itu, untuk dilaporkan kepada BNPB Provinsi Bengkulu dan pusat. Sehingga dalam waktu dekat kerusakan terhadap fasilitas petani itu akan segera diperbaiki. Soalnya hal ini termasuk ke dalam kasus bencana.
Selain itu, Fairoeszaman mengimbau kepada warga agar tidak panik namun tetap waspada terkait jika adanya banjir susulan. \"Kerusakan terhadap fasilitas di Desa Rindu Hati ini akan segera kita perbaiki karena hal ini termasuk dalam bencana,\" terangnya.
Sementara itu, Rizal, warga setempat menceritakan, sebelum musibah banjir itu melanda desanya terjadi hujan lebat yang disertai dengan angin yang cukup kencang. Kemudian air di Sungai Rindu Hati mulai naik dan semakin deras. Puncaknya beberapa irigasi yang terdapat di desa itu diterjang banjir dan jebol, air kemudian menyapu sejumlah rumah warga.
Untung saja warga yang sudah mengetahui hal itu langsung berlarian untuk menyelamatkan diri. Kendati berhasil menyelamatkan duri, tetapi harta benda tidak berhasil diselamatkan, melainkan hanyut terbawah deras aliran air tersebut. \"Awalnya kami tidak menyangka jika luapan air sungai ini akan menyapu kami. Namun setelah genangan air d isungai itu semakin deras dan tinggi, barulah kami berhamburan menyelamatkan diri,\" terangnya.
Untuk penyebab kejadian secara pasti belum diketahui secara persis. Namun, dari informasi yang diperoleh koran ini, bencana banjir itu diakibatkan oleh kondisi gundulnya kawasan hutan yang terdapat di sekitar TKP. Apalagi di sekitar lokasi diduga sudah banyak terjadinya aksi illegal logging secara besar-besaran. Belum lagi ditambah dengan kondisi di daerah itu yang terdapat banyak lokasi tambang batu bara.
Untuk mengetahui penyebab pastinya, pihak DPRD Benteng akan menerjunkan tim ke lapangan untuk melakukan investigasi terkait penyebab peristiwa yang cukup menggegerkan warga tersebut. \"Kita telah terjunkan tim ke lapangan untuk melakukan pengecekan sebenarnya penyebab kejadian musibah yang menimpa puluhan warga itu,\" ujar Ketua DPRD Benteng, Suharto SE, kemarin.
Akibatnya sekitar 600 rumah di 5 desa yang ada di dekat sungai tersebut yakni Desa Lemeu Kecamatan Uram Jaya, Desa Nangai Amen, Kelurahan Pasar Muara Aman Kecamatan Lebong Utara, Desa Payambik, Desa Muara Ketayu Kecamatan Amen, dan Desa Suka Bumi Kecamatan Lebong Tengah terendam banjir dengan kedalaman 20 cm hingga 1 meter.
Kondisi terparah terjadi di Desa Lemeu yakni sekitar 290 rumah terendam banjir, di Desa Lebong Donok dan Kelurahan Pasar Muara Aman sekitar 250 rumah terendam dengan ketinggian air sekitar 50 cm.
Kondisi terparah terjadi di Desa Lemeu karena 2 aliran sungai yakni Sungai Air Ketahun dan Air Uram masuk ke pemukiman warga dengan ketinggian mencapai 1 meter. Kondisi ini terjadi karena ada 1 titik tembok penahan banjir di pinggir desa jebol lebih kurang sepanjang 40 meter.
Berdasarkan pantauan di beberapa titik lokasi banjir, aktivitas warga terhenti. Terlihat warga sibuk memindahkan barang-barang mereka ke lokasi yang lebih tinggi. \"Air sungai mulai naik sekitar jam 3 dini hari kemarin (Rabu, 23/1) dan ketinggian air sekitar 50 cm. Memang sebelumnya kita sudah memperkirakan kalau air sungai akan naik karena derasnya hujan yang turun, jadi beberapa barang-barang di rumah sudah kita pindahkan ke tempat yang lebih tinggi,\" ungkap Ridwan, salah satu warga Desa Nangai Amen.
Sementara Camat Uram Jaya, Jafri SSos mengatakan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Hanya sejumlah barang milik warga yang terencam. \"Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut namun sebanyak 290 rumah warga di Desa Lemeu terendam banjir dan ini termasuk banjir terbesar sejak 5 tahun terakhir ini,\" kata Jafri di lokasi banjir.
Ditambahkan Jafri, melihat kondisi cuaca yang terjadi beberapa hari belakangan ini, ia mengharapkan agar diberikan bantuan berupa perahu karet ke Desa Lemeu. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya banjir susulan. Dengan adanya perahu karet tersebut maka akan memudahkan untuk melakukan evakuasi warga pada saat terjadi banjir.
Sementara untuk kerugian akibat banjir ini cukup besar namun belum dapat kita hitung satu persatu. \"Kerugian terbesar terjadi karena banyak kolam warga yang berisi ikan ikut terendam,\" demikian Jafri.
Wabup dan Istri Pantau Banjir Mengetahui, adanya ratusan rumah terendam, Wakil Bupati Lebong Panca Wijaya beserta istri Rabu (23/1) sekitar pukul 04.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB langsung memantau kondisi di lapangan. \"Kejadian ini cukup berdampak besar bagi warga yang terkena banjir.
Dari beberapa wilayah yang terkena dampak banjir ini harus ada penanganan khusus sehingga kejadian yang sama tidak terulang lagi di kemudian hari.
Misalnya untuk wilayah Desa Nangai Amen aliran sungai harus diupayakan untuk meluruskan alian air sehingga ketika air tinggi, tidak berhenti dan meluap kemana-mana. Mudah-mudahan pelebaran alur sungai ini bisa di lakukan secepatnya,\" kata Wabup.
Kapala Desa Batu Kuning, Haryono Hidayat saat meninjau jembatan putus tersebut mengungkapkan, jembatan gantung itu putus karena sebelumnya Sungai Manna itu banjir dengan ketinggian air hingga mencapai papan jembatan itu. \"Diperkirakan debit air itu bertambah lebih dari satu meter dari biasanya. Dan ketinggian itu tidak pernah terjadi setelah 10 tahun lalu,\" ujarnya. Air sungai itu kemudian menghantam badan jembatan dan juga tembok semen atau abomen tempat penahan jembatan itu hingga hancur.
Akibat bencana itu, warga yang ingin menuju ke tempat usahanya yakni sawah dan kebun terpaksa melewati jembatan darurat yang ada di hilir jembatan yang putus itu yang berjarak sekitar 50 meter.
Dirinya berharap agar Pemkab BS dapat segera memperbaikinya supaya warga yang ingin ke kebun ataupun ke sawah di seberang Sungai Air Manna itu dapat melewatinya kembali. \"Jembatan ini satu-satunya akses warga kami ke tempat usaha dan harapan kami pemda dapat segera membangunnya,\" harapnya.
Sementara Ketua Komisi C DPRD BS Hadiar saito SSos kemarin langsung meninjau lokasi bencana setelah mendapat informasi dari masyarakat. Hadiar mengaku prihatin dengan putusnya jembatan gantung tersebut. Sehingga dia mengimbau agar Pemkab BS dapat cepat tanggap dan segera memperbaikinya.
\"Setelah mendapat informasi jembatan putus saya langsung mengeceknya. Saya juga berharap pemda cepat tanggap untuk segera memperbaikinya,\" himbaunya.
Di sisi lain Kepala BPBD BS, Nopian Andusti MSi yang juga ke lokasi jembatan yang putus tersebut mengatakan, pihaknya mengharapkan agar pemerintah desa dapat segera mengajukan proposal perbaikan jembatan ke BPBD BS.
Setelah itu pihaknya akan menyampaikannya ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat. \"Kami sudah mengeceknya dan akan kami usulkan ke BNPB agar dapat membangun jembatan yang putus itu,\" jelasnya.
Tembok Pustu Ambruk Sementara itu, di Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Gunung Selan, Bengkulu Utara sejak hujan akhir tahun 2012 lalu hingga Januari 2013 ini terus kebanjiran. Ketinggian air hingga mata kaki orang kaki dewasa dan menyebabkan tembok Pustu ambruk. \"Disini selalu banjir karena di pinggir badan jalan tidak ada siring. Jadi larinya air ke Pustu kita ini yang memang kebetulan sedikit rendah dari badan jalan,\" ujar perawat Pustu Gunung Selan Rama Uli AMdKep.
Selain itu, kata dia, tembok bagian belakang pustu yang berbatasan dengan SDLB roboh akibat banjir dan angin kencang Rabu (23/1) lalu. Menurutnya, untuk mengurangi banjir di daerah Pustu, harus dibuatkan siring saluran air. Supaya jika hujan turun, maka airnya tidak menggenangi badan jalan dan pustu, tetapi hanyut melalui salurang siring tersebut.(111/369/***/117)