Merindukan Kehangatan Orang Tua, Berjuang Cari Jalan Hidup Sendiri

Sabtu 29-07-2017,10:50 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Kisah Anak-anak Panti Jalani Hari-Hari Tanpa Keluarga.

Kasih sayang orang tua memang dirindukan oleh semua orang. Tapi tidak untuk Mamat (6), anak panti asuhan yang sudah 4 tahun ini hidup bersama orang tua angkat. Berjuang sendiri dan berfikir mandiri, menjadi hal wajib yang harus ia lakukan diusia dini.

Eko Putra Membara - Bengkulu

RUMAH berbentuk huruf U berukuran 15x20 menter, beratap seng berdinding beton dan berpagar tinggi warna putih menjadi tempat yang tak asing bagi warga yang berada di Kelurahaan Penurunan Kota Bengkulu. Tepatnya rumah itu bernama Yayasan Panti Asuhan Bumi Nusantara. Di rumah inilah, tempat anak berumur 6 tahun bernama Mamat tinggal. Badan kecil berbaju muslim dan berpeci putih itu langsung tersenyum, ketika ada orang baru datang ke rumah tersebut.

Ucapan salam, langsung dilontarkan dari anak laki-laki berwajah imut ini. Cium tangan menjadi tindakan wajib yang dilakukan oleh semua anak panti asuhan, termasuk Mamat. Namanya singat hanya Mamat, tapi ketika berbicara tidak singat yang ia utarakan.

\"Silahkan duduk om,\" ujar Memat sembari terseyum.

Mamat yang ditemani oleh kakak, yang bukan kakak kadungnya itu langsung ikut duduk sambil tersenyum yang tak mau dilihatkan giginya. Maklum, giginya memang sedikit ompong, diusianya yang menginjak 6 tahun. Mamat yang hobbi senyum ini ternyata diketahui lahir di Negara Arab Saudi, 4 Desember 2011.

Mamat sendiri sudah sejak usia dua tahun, dirinya tinggal di panti asuhan. Dirinya belum sangat ingit saat itu, kenapa dirinya berada di panti asuhan. Dirinya hanya mengetahui, Mamat tinggal di panti karena diantar oleh sang kakek ke Panti Asuhan. Kedua orangnya tidak tau dimana tempatnya, bahkan Mamat sendiri belum tau seperti apa raut wajah orang tuannya. \"Ngak tau orang tua saya dimana. Saya diantar kakak kesini (panti),\" ungkapnya.

Orang tua Mamat saat itu, diketahui melahirkan Mamat di Arab Saudi, saat ibunya menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW). Bahkan Mamat sendiri tidak tau siapa nama Ibu dan Bapaknya. Namun Mamat sendiri tidak berkecil hati, meskipun rasa rindu terus menyelimuti. Wajar masa Mamat di usia 6 tahun menjadi masa mendapatkan kasih sayang lebih dari orang tua.

\"Pangen ketemu, tapi tidak bisa,\" kata Mamat sembari menunduk.

Ikut kakeknya yang ada di Kelurahaan Panorama Kota Bengkulu, juga menjadi pilihan kurang tempat bagi Mamat. Selain sepi, beda dengan panti yang rame dengan tempat-temannya. Ekonomi Kakeknya juga pas-pasan. Mamat tetap memilih untuk hidup berjuang bersama teman-teman panti lainnya. Terlebih Mamat sendiri sudah mulai masuk Sekolah Dasar (SD). Kini Mamat sudah kelas 1 di SD Negeri 27 Kota Bengkulu. Dirinya akan berjuang menjadi Mamat yang siap mengabdi untuk bangsa dan negara. Cita-cita Mamat sendiri sangat mulia, menjadi prajurit Tentara Negara Indonesia (TNI). \"Kalau sudah besar nanti, mau jadi TNI. Bawak tembak (senjata),\" ungkapnya dengan polos.

Kisah Mamat juga juga dialami oleh, Ririn (12). Anak perempuan yang kini duduk di bangku kelas 6 SD N 27 Kota Bengkulu ini, juga akan berjuang keras menjadi orang sukses. Ririn sudah lebih dari 4 tahun tinggal di Panti Asuhan milik Ibu Nurhayati (55) dan sang suami Ali Sadikin (60). Ibu Ririn bernama Nurbaiti sudah meninggal sejak tanggal 5 Mei 2012. Sementara sang ayah bernama Mulyadi saat ini tinggal di Lintang Sumatera Selatan (Sumsel). \"Pernah diajak pulang, tapi kalau sama bapak, disitu sepi. Karena di kebun, jadi tidak ada teman,\" ungkap Ririn.

Ririn memilih untuk tetap tinggal di panti dan bisa melanjutkan pendidikan, bersama 60 anak panti lainnya. Cita-cita Ririn sendiri ingin menjadi guru. Wajar, di sekolah Ririn sendiri tergolong anak pintar. Selama sekolah, sejak kelas 4 SD, dirinya terus mendapatkan peringkat. Mulai peringkat 2 sampai kelas 6 ini Ririn masih mendapatkan peringkat 4 dari banyaknya sisiwa lainnya.

\"Jadi guru, biar bisa ngajar di sekolah,\" paparnya.

Pemilik panti asuahan, Nurhayati menuturkan, anak-anak yang tinggal di panti asuahan ini terjamin hidupnya. Terutama makan dan pendidikan. Baginya Nurhayati, anak yang tinggal bersamanya sudah seperti anak kandungnya. Dirinya tidak membedakan antara anak satu dengan anak lainnya. \"Alhamdulliah, belum pernah anak-anak tidak makan. Setiap pagi sarapan, minum teh hangat walupun tidak bisa susu. Karena dengan teh hangat akan menjaga stamina tubuhnya,\" ujar Nurhayati.

Termasuk pendidik, bagi Nurhayati dirinya bersama suaminya masih tetap sanggup untuk memberikan pendidikan melalui jalur pendidikan formal dan non formal. Ketika di panti asuhan, belajar ngaji dan berdoa, serta menjalankan salat 5 waktu menjadi hal wajib yang dilakukan oleh semua anak panti.

\"Setiap pagi wajib bangun, salat subuh dan ngaji. Lalu siap-siap ke sekolah. Ini yang menjadi tugas kami untuk merawat anak-anak. Karena kita tidak pernah tau, amal ibadah kita bukan harta yang kita bawa, tapi perbuatana baik di dunia. Keyakanan ini yang membuat kami kuat untuk bertahan,\" pungkasnya. (**)

 
Tags :
Kategori :

Terkait