Ijazah Penjaskes Unib Tak Diakui

Jumat 25-01-2013,12:48 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

RATU SAMBAN, BE -  Puluhan lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan (Penjaskes) Universitas Bengkulu (Unib) menggelar aksi demo, Rabu lalu (23/1). Mereka mendatangi gedung FKPI membentang berbagai spanduk bertuliskan kecaman dan kekecewaan. Ini menyusul tidak diakuinya ijazah ratusan lulusan Penjaskes di Badan Kepegawaian Nasional (BKN).

\"Kami meminta untuk penyesuaian ijazah (konversi) ijazah oleh Unib. Kami  alumni  merasa sangat dirugikan. Kami berkeinginan melanjutkan pendidikan ke S2. Ironisnya, saat ini jangankan untuk melanjutkan pendidikan, ijazah S1 kami saja tidak diakui oleh BKN,\" tandas Koordinator Lapangan (Korlap) Heri Marlinda.

Keberadaan jurusan S1 Penjaskes ini, kata dia, merupakan kelas jauh atas kerjasama Universitas Bengkulu dengan Universitas Negeri Padang (UNP).\"Banyak kendala yang kami rasakan. Setelah diangkat menjadi PNS, kita tidak bisa  melakukan kenaikan pangkat. Saat ini  para alumni yang telah diangkat sebagai pegawai masih mengandalkan ijazah D2-nya,\" ucapnya.

Mereka pun meminta kejelasan nasib status ijazah tersebut. Sebab bila tak segera disikapi  para alumni  sangat dirugikan dan tidak bisa banyak berbuat apa-apa dengan ijazah tersebut. \"Saat ini jumlah alumni Penjaskes  yang ijazahnya belum bisa digunakan  mencapai 500 orang. Karena  kerjasama ini  terbentuk dari tahun 2008 hingga saat ini,\" katanya.

Dinilai Janggal Massa unjuk rasa  juga mencurigai  kerjasama  yang dilakukan Unib dan UNP  terkait membuka program kelas jauh Penjaskes ilegal. Pasalnya  sesuai dengan  surat edaran Dikti Perguruan Tinggi  tahun 2007, perihal  larangan  pembukaan kelas jauh. Namun selang hampir satu tahun tepatnya pada 12 September 2008 FKIP Unib  dengan UNP meneken MoU dan membuka  kelas jauh. Saat itu Dekan FKIP Unib dijabat Dr Syafnil. \"Padahal SE dari Dikti sudah dilarang, kok tahun 2008 masih dilaksanakan,\" terangnya.

Kejanggalan juga diketahui pembayaran uang  semester yang disetorkan, tambah Heri,jumlahnya bervariasi antar jenjang. Disetor ke rekening pribadi salah satu oknum  pejabat di Prodi. Padahal jika ini lembaga maka uang itu semestinya disetor  atas nama rekening lembaga. Besaranya saat itu Rp 1,3 juta per semester ditambah Rp 600 ribu untuk biaya transport.

Para alumni sudah kerap mempertanyakan  status tersebut. Namun tak pernah diseriusi. \"Orang tua kami sudah mengeluarkan biaya cukup besar untuk  pendidikan ini. Lebih menyedihkan lagi mereka yang berkeluarga sudah banyak berkorban,  nyatanya ijazah tidak bisa digunakan, \" bebernya seraya mengancam akan melakukan aksi  unjuk rasa besar-besaran  jika tuntutanya itu tak direalisasikan.

 Diberi 5 Opsi Setelah melakukan berbagai orasi,  puluhan massa unjuk rasa kemudian  melakukan longmarch di sepanjang jalan menuju  gedung Rektorat Unib. Mereka berencana bertemu Rektor Unib Prof Ir H. Zainal Muktamar MSc PhD. Setelah melakukan berbagai lobi akhirnya massa unjuk rasa ditemui Pembantu Rektor IV, Drs Azhar Marwan MSi.  Massa kemudian berkumpul di ruang Rapat I Rektorat Unib. Dalam pertemuan itu  pengunjuk rasa ditemui Dekan FKIP Unib, Rambat Nur Sasongko dan Pembantu Dekan III, Syafrizal.

Dalam pertemuan  itu, Rambat Nur Sasongko bersama Syafrizal mengakui  kalau ijazah yang telah diajukan ke BKN  tidak diakui. BKN memiliki interpretasi tersendiri dalam penerapan pembukaan kelas jauh. Yakni dengan jarak 60 Km. \"Pak Syafnil telah ke BKN. Mereka (BKN)  tetap bersi kukuh tidak mengakui  ijazah itu,\" ungkapnya.

Untuk memutuskan  konversi bukan  kewenangan fakultas. Pun begitu, Rambat mengaku berempati dan prihatin atas kejadian ini. Ia pun memberikan 5 opsi bagi alumni Penjaskes. Pertama Unib memberikan surat keterangan telah berkuliah di Bengkulu di program kelas kerjasama UNP di FKIP Unib. Kedua meminta BKD dan BKN memberikan tafsiran penyelenggaraan program  kerjasama.

Ketiga meminta pada UNP untuk  membuat surat keterangan kerjasama. Keempat konversi ijazah namun butuh waktu dan biaya untuk dimasukkan dalam  program reguler. Dan kelima  para alumni dimasukkan dalam  program kesetaraan guru dalam jabatan  kerjasama dengan Unila dan menunggu proses akreditasi.

Atas penawaran itu  para alumni meminta  untuk konversi ijazah. Karena program S1 Penjaskes  tahun ini sudah akan melakukan wisuda  pada April mendatang. Dengan begitu tidak   harus menunggu waktu hingga lama. Pertemuan itu belum ditemukan kata sepakat dan akhirnya pendemo pun membubarkan diri. (247)

Tags :
Kategori :

Terkait