Terkait hal itu, RS (34), salah satu warga sekaligus pekerja BLHKP RL mengungkapkan, empat mobil dumtruk tersebut merupakan armada dengan pengadaan tahun 2010 dan 2011. Diduga, kendaraan yang rusak tersebut tidak dilakukannya perbaikan dan perawatan.
\"Pada tahun 2011 lalu, terdapat dana anggaran pemeliharaan dan perbaikan senilai Rp. 893 juta berasal dari APBD 2011. Kita heran dengan anggaran perbaikan besar seperti itu tidak satupun kendaraan dumtruk bisa digunakan. Bahkan, kendaraan tersebut terkesan dibiarkan rusak di bengkel Tasikmalaya hingga saat ini,\" ujar RS.
Dijelaskan RS, kucuran dana pemeliharaan dan perawatan tahun anggaran 2011 tersebut ternyata tidak berhenti sampai disitu saja. Pasalnya, pada pembahasan APBD perubahan 2011, dana perawatan tersebut ditambah nilainya hingga lebih dari Rp. 100 juta. \"Rincian dana perawatan sejumlah Rp. 893 juta tersebut terbagi menjadi 4 item, diantaranya, Rp. 43 juta untuk belanja jasa service, Rp. 296 juta untuk belanja penggantian suku cadang, Rp. 546 juta belanja BBM, serta Rp. 7,5 juta untuk belanjan Surat Tanda Nomor Kendaraan,\" ujar RS.
Terkait kabar tersebut, mantan Kepala BLHKP RL Elwan Efendi SH, selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) kegiatan tersebut tahun anggaran 2011 lalu, hingga berita ini diturunkan belum bisa ditemui sejumlah wartawan. Bahkan, saat akan dilakukan upaya konfirmasi atas informasi miring tersebut, yang bersangkutan tidak dapat ditemui di ruang kerjanya.
\"Bapak ada, tetapi sedang salat, pintu ruangannya dikunci dari dalam,\" ujar salah satu Staf Bappeda RL, tempat saat ini yang bersangkutan menjabat, Selasa (22/1).
Pantauan wartawan, di lokasi bengkel perawatan dan perbaikan kendaraan kerja BLHKP RL Desa Tasikmalaya Kecamatan Curup Utara, terdapat 8 unit kendaraan angkutan sampah dump truk dan 1 unit Carry yang rusak. Rinciannya, 3 unit dump truk rusak tahun 2011, 1 unit tahun 2012 dan 4 unit kendaraan yang rusak pada tahun anggaran 2010.
Di bagian lain, Arif (35) warga Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Tengah mengeluhkan dengan pelayanan armada pengangkut sampah, yang dinilai kurang maksimal melakukan pengambilan sampah yang dijumpulkan warga di pinggir jalan. \"Kebetulan di daerah kami tidak ada kotak sampah khusus, jadi sampah rumah tangga kami kumpulkan di kantong platik dan diletakkan di pinggir jalan. Kok tidak diambil oleh armada pengangakut sampah,\" sesalnya.
Sedangkan hujan, sambung Arif, terus terjadi di Kota Curup membuat sampah yang dikumpulkan warga hanyut oleh air hujan. \"Kadang sampah ini dibawa hujan, bahkan bau karena tidak setiap hari sampah di jemput oleh armada pengangkut sampah. Kami berharap ada perbaikan atau penambahan armada sampah sehingga setiap hari sampah rumah tangga yang dikumpulkan warga bisa diangkut,\" tutup Arif. (999)