Komisi III DPRD Provinsi Bengkulu yang dipimpin oleh Ketua Tim H.Edi Sunandar, bersama 3 orang anggota Komisi III yakni H.Hery Alfian,SE,Ak,M.Si.Marwan,S.Sos dan Slamet Riyadi,S,Sos pada melakukan inspeksi mendadak (Sidak) Rabu (8/3/2017) pengerukan alur Pelabuhan Pulau Baai. Mereka Disambut oleh General Manager PT Pelindo Drajat Sulistyo.
Dikatakan Edi Sunandar, sidak dilakukan untuk melihat kesiapan kapal keruk bermerek Delaverous Luxembrung dari Afrika Selatan yang disewa oleh PT Rukindo selaku rekanan. Akan melakukan pekerjaan pengerukan selama 45 hari untuk kedalaman 10-13 meter LWS (Low Water Spring) titik air surut terendah.
\"Kita melakukan sidak ke PT Pelindo, melihat langsung kapal keruk Rukindo, dan peralatan keruk sudah masuk. Dan tanggal 10 pagi tadi sudah mulai dilakukan pengerukan. Semua instansi terkait saat itu hadir, dan pengerjaan pengerukan dilakukan selama 45 hari, dengan target kedalaman 10-13 Meter LWS,\" ujar Edi Sunandar.
Ia berharap PT Pelindo bisa bekerja dengan baik, demi kemajuan pelabuhan Pulau Baai Bengkulu dan untuk mengatasi pendangkalan selama ini.
Politisi Nasdem Provinsi Bengkulu, menambahkan anggaran APBN yang dikucurkan Rp 40 miliar untuk pengerukan hendaknya digunakan sebaik mungkin, dan jangan sampai melakukan pengerukan berulang-ulang.
\"Dari pertemuan terebut sudah ada jalan keluarnya akan melakukan desain dan sebagainya, sehingga pendangkalan alur bisa diatasi dan tidak temporer, ada efisiensi penghematan uang negara dalam pengerukan,\" terangnya.
Sementara itu General Manager PT Pelindo II Bengkulu, Drajat Sulistyo membenarkan kunjungan Komisi III, dan PT Pelindo akan melakukan pengerukan 1,5 bulan untuk kedalaman minus 10 Meter LWS.
\"Kapasitas kapal itu mampu mengeruk 12000 meter kubik pasir perhari. Ini diharapkan dapat mengeruk sektiar 540 hingga 600 ribu ton kubik selama 45 hari, dan ini diharapkan lebih cepat. dan proses pelayanan di Pulau Baai tetap berjalan dan tidak ada yang berhenti,\" terangnya.
Dijelaskannya untuk pengerukan pasir dibuang ke daerah abrasi dibelakang Pertamina, melaui pipa. Pengerjaan disedot kemudian disemburkan ke daratan,\" mudah-mudahan lebih cepat. Permasalahan anggaran terbatas sehingga hanya 10 Meter LWS saja itu yang disetujui, nanti tahap kedua baru 3 meter lagi. Minimal kita mengerjakan di minus 10, kapasitas kapal muatan 25000 ton sudah bisa masuk,\" paparnya.
Pengerukan kali ini adalah perawatan bukan seperti tahun 2012 lalu yaitu membuka alur. Kapalnya yang mengerjakan tetap kapal yang disewa Rukindo, kapal ini spefsifik untuk penyedotan material di Pulau Baai, dan memang sfesifik dibanding di pelabuhan lain.
\"Pengerukan serupa tahun 2011-2012 itu kapal yang mengunakan spfesifik kapital cunter, kalau sekarang berbeda. Kapal ini memang lebih mahal. ini perawatan mengembalikan ke posisi semula. Yang lainnya sudah minus diatas 12, dan yang dikeruk itu 2.300 meter, dan 300-500 meter ini bermasalah, bentuknya ini seperti orang hamil saja,\" jelasnya.
Pengerukan yang dilakukan oleh kapal Rukindo tidak menetap tapi berjalan, dan tidak mempengaruhi kapal masuk, setelah penuh pasir baru bergeser.(Dil/PRW)