JPNN.com - Lalu lintas di Kota Chiayi, Taiwan, Selasa (3/1) siang lalu macet parah. Iring-iringan pemakaman salah seorang politikus flamboyan di Taiwan Tung Hsiang, menarik perhatian banyak orang.
Bukan karena Tung adalah sosok yang dicintai publik, kemacetan lalin itu sesungguhnya lebih dipicu karena kehadiran 50 pole dancer alias penari tiang di sana.
Para penari berpakaian minimalis tersebut menari-nari di atap sejumlah mobil yang dimodifikasi menjadi semacam panggung bagi mereka. Dengan satu tangan di tiang yang terpancang di atap mobil, mereka meliak-liukkan tubuh dengan luwes. Untuk beberapa menit, publik dibuat lupa bahwa para penari itu merupakan bagian dari prosesi pemakaman.
”Memang seperti itu yang diinginkan. Sebelum meninggal, dia berwasiat kepada kami untuk menggelar acara tersebut dua hari sebelum dimakamkan,” kata Tung Mao-hsiung, saudara laki-laki mendiang Tung, kepada media.
Semasa hidup, Tung memang dikenal sebagai politikus yang flamboyan. Dia suka kumpul-kumpul bersama kolega dan kerabat untuk sekadar bersenang-senang.
Sejak Selasa lalu, publik Taiwan heboh membahas prosesi pemakaman Tung yang unik tersebut. Selain membuat lalu lintas kota kecil itu macet, ada banyak mobil iring-iringan yang menghadirkan 50 penari seksi. Konon, jumlahnya mencapai 200. Sebab, selain 50 jip yang mengusung 50 penari, ada seratus mobil mewah yang mengangkut para pemangku adat serta parade.
Kendati prosesi pemakaman Tung itu memantik kontroversial, South China Morning Post menyatakan bahwa kehadiran penari seksi ataupun penari tiang dalam pemakaman bukan hal baru. Politikus yang meninggal dalam usia 76 tahun itu disebut-sebut hanya meneruskan tradisi yang ada sejak zaman nenek moyang. Sebab, dalam masyarakat kuno Taiwan, ritual semacam itu adalah hal yang biasa.
Kehadiran penari seksi merupakan bagian dari kepercayaan bahwa mereka yang meninggal pun butuh dihibur. Selain itu, penari seksi berfungsi menarik perhatian orang agar ikut dalam iring-iringan pemakaman. Sebab, di tengah masyarakat yang supersibuk, mengikuti iring-iringan pemakaman bukanlah hal yang menarik.
Sejumlah gadis di Taiwan mengakui menjadikan tarian kematian (miao hui) dalam prosesi pemakaman atau ritual kuil tersebut sebagai profesi.
Salah satunya adalah Li Yi-ting. ”Kami menari untuk para dewa. Itulah bentuk syukur kami atas karunia dan penyertaan para dewa,” kata gadis 21 tahun tersebut.(afp/bbc/southchinamorningpost/hep/c16/any/jpnn)