Pupuk Bersubsidi Tak Dilirik Petani

Senin 19-12-2016,13:50 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

KOTA MANNA, Bengkulu Ekspress – Jika sebelumnya, para petani selalu bergantung pada pupuk urea bersubsidi. Sebab harganya jauh lebih murah dari harga pupuk urea non subsidi. Namun tahun ini, pupuk urea subsidi ini mulai ditinggalkan petani. Mereka lebih memilih pupuk urea non subsidi.

Yanto (39), salah satu petani sawah Seginim menuturkan, saat ini dirinya lebih memilih pupuk urea non subsidi. Sebab pupuk urea subsidi tidak lagi mampu meningkatkan produksi hasil panen. Pasalnya pupuk urea yang diberi zat pewarna itu reaksi yang diserap oleh tanaman sangat lamban. “Pertumbuhan padi juga lamban, sehingga kami tidak mengapa membeli pupuk urea non subsidi meskipun harganya lebih mahal, namun hasilnya maksimal,” ujar Yanto.

Sementara itu, Sis (35) salah satu pemilik Toko Pupuk Mandiri Tani di Desa Pasar Pino, Pino Raya membenarkan jika saat ini petani sudah meninggalkan pupuk urea bersubsidi dan beralih ke pupuk urea non subsidi.

Dikatakannya, meskipun pupuk urea bersubsidi dengan warga merah jambu yang harganya hanya Rp 90 ribu persak. Namun tidak diminati petani. Bahkan petani lebih memilih pupuk urea non subsidi dengan  warna putih tanpa zat pewarna. “Saat ini petani lebih memilih membeli pupuk urea non subsidi, sedangkan pupuk urea subsidi di gudang saya sepi pembelinya, bahkan saat ini pupuk urea subsidi menumpuk di gudang,” katanya.

Menurutnya, pupuk urea bersubsidi di gudangnya ada 30 ton yang didatangkannya sejak Oktober 2016 lalu. Namun sampai saat ini hanya beberapa sak saja yang terjual. Sehingga menumpuk. Akibatnya, hanya menjadi pajangan di gudang, sebab tidak dilirik petani. “Paling kalaupun terjual, hanya beberapa sak saja, namun kalau pupuk urea non subsidi, setiap datang selalu diserbu petani,” terang Sis.

Isza (41) yang juga pemilik Kios Tani Isza, Desa Bandar Agung,  Ulu Manna mengeluhan stok pupuk urea subsidi di gudangnya juga menumpuk. Dikatakannya, dirinya memasok uera subsidi sebanyak 20 ton. Namun peminatnya sepi. Bahkan warga berlomba-lomba membeli pupuk urea non subsidi.

“ lihat saja di gudang saya, pupuk urea subsidi masih menumpuk, kalau urea non subsidi laris,” terang Isza. (369)

Tags :
Kategori :

Terkait