ARGA MAKMUR, BE- Trauma itulah kondisi yang dialami oleh Pe salah seorang siswi kelas 5 SDN 2 Hulu Palik yang mengalami kekerasan oleh guru agama berinisial An menggunakan ujung pena. Hal ini pula membuat siswi ini takut untuk masuk sekolah. Akibatnya pihak keluarga terpaksa memindahkan Pe ke Kota Bengkulu ikut sanak keluarganya menyambung sekolah disana. Padahal Pe sebelum pindah akan melaksanakan ujian semester. Tentu ini tidak seimbang dengan apa yang dirasakan oknum guru agama tersebut yang masih dapat kembali mengajar disekolah tanpa ada rasa bersalah.
Tak hanya itu, Pe juga belum lama setelah mendapatkan kekerasan dari gurunya itu, kemudian ditinggal pergi oleh ibu nya untuk selama-lamanya. Bahkan salah satu penyebab meinggalnya sang ibu, juga dihubung-hubungkan warga sekitar dengan peristiwa kekerasan yang dialami anaknya (Pe, red). Tak hanya itu, berdasarkan keterangan tetangga sekitar ayah korban pun juga tak terima atas kekerasan yang menimpa anaknya serta masih shock karena ditinggal istrinya.
Bibi korban Sariana membenarkan hal tersebut. Usai kejadian itu, Pe yang ketika itu pulang kerumah dengan isak tangis yang tersedu-sedu menyebutkan tak ingin kembali bersekolah di SDN 2 Hulu Palik. Sehingga berdasarkan kesepakatan keluarga, akhirnya Pe ikut tinggal bersama keluarga di Pagar Dewa Kota Bengkulu guna meneruskan pendidikannya. Padahal, Pe ketika itu akan menghadapi ujian semester.
\"Anaknya (Pe, red) sudah tidak sekolah disana (SDN 02 Hulu Palik, red) lagi. Anaknya takut masuk sekolah,\" ujarnya kepada Bengkulu Ekspress (BE) saat ditemui dirumah kediaman Pe biasa tinggal di Desa Pematang Balam.
Sariana juga mengakui bengkak dan luka lecet yang dialami keponaannya itu lantaran terkena ujung pena oleh oknum guru agama tersebut. Bahkan korban hingga pulang ke rumah masih menangis menahan kesakitan. Bahkan luka lecet yang dialami korban lebih dari panjang telunjuk tangan orang dewasa. \"Ya lecet lah. Ada benjolan bengkak juga dikeningnya,\" ungkapnya.
Sedangkan ayah korban ketika ditanyakan kepada Sariana sedang berada di sawah. Ia juga membenarkan kalau ibu korban baru saja meninggal dunia beberapa hari lalu. Dan ayah korban mengalami tekanan batin. \"Ayahnya gak ada, sedang di sawah,\" terangnya.
Sementara itu, sang guru agama masih dapat mengajar seperti biasanya di sekolah. Berbeda jauh dengan apa yang dialami Pe yang mengalami trauma dan harus mengikuti ujian semester ditempat sekolah yang baru. Tak hanya itu muncul juga informasi bahwa sang guru agama merupakan famili Kepala SDN 2 Hulu Palik. Sehingga guru agama tidak diberikan sanksi dan kekerasan itu tidak dilaporkan kepada UPTD Pendidikan setempat.
Menanggapi hal ini Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bengkulu Utara (BU) Eka Hendriyadi MH menyebutkan pihaknya baru mengetahui usai diberitakan oleh media. Sehingga ia telah meminta langsung pihak UPTD Pendidikan setempat melakukan krosscek dan membuat laporan secara resmi. Tak hanya itu, mengenai dugaan adanya hubungan famili kepsek dan sang guru yang merupakan pelaku kekerasan, ia berjanji juga akan menelusurinya lebih jauh. \"Kita sudah minta UPTD cek dulu. Buat laporan secara tertulis ke kita. Dan dalam kasus ini, kita akan tindak secara tegas,\" tuturnya.
Sementara itu, mengenai kekerasan yang terjadi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Arga Makmur, Kasubbag Tata Usaha Kementerian Agama (Kemenag) BU Samsir Alamsah MAg menyampaikan pihaknya sudah melakukan pemanggilan terhadap oknum guru yang telah melakukan kekerasan terhadap siswa ketika pelaksanaan ujian tersebut.
Menurutnya sang guru itu telah khilaf dan mengakui semua kesalahannya. Dan pihaknya baik segenap jajaran Kemenag BU sekaligus pihak MAN Arga Makmur telah mendatangi rumah korban dan meminta maaf secara resmi. Bahkan selaku Kemenag siap bertanggung jawab mengurusi korban hingga sembuh total. \"Ini sebesarnya merupakan kesalahan. Karena tidak boleh adanya kekerasan di dalam pendidikan. Namun namanya manusia, tentu ada khilafnya,\" paparnya saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin.
Mengenai sanksi lebih lanjut, Alamsah menyebutkan telah memberikan teguran kepada guru yang bersangkutan agar tidak mengulangi perbuatan tersebut. tak hanya itu, agar aksi kekerasan ini tak terjadi lagi dalam pelaksanaan pendidikan.
\"Sebenarnya kita mengetahui sang guru itu orangnya sangat taat agama. Apalagi guru itu juga merupakan pembina keagamaan dan spiritual di sekolah. Jadi kita sangat menyayangkan hal ini dapat terjadi. Semoga menjadi pembelajaran kedepannya,\" terangnya.
Disinggung mengenai pelaksanaan ujian siswa tersebut, Alamsah mengatakan tidak ada persoalan. Karena pihak sekolah yang akan mengatur ulang pelaksanaan ujian susulan bagi siswa itu. ??Beberapa hari kedepan siswa ini kita minta istirahat dahulu. Mengenai ujian, nanti akan dibuatkan ujian susulan dari sekolah,\" pungkasnya.(cw5)