Keadaan tersebut menyulitkan Pemdes untuk mengajak orang berkerja membangun infrastruktur di masing-masing desa. Kondisi ini diakui Miswanto, Plt Camat Tebat Karai. \"Beberapa desa yang tekendala dengan tenaga kerja untuk memulai pembangunan dari Dana Desa (DD) tahun ini. Sebab warganya banyak memilih menjadi pemetik lada saat ini,\" ujar Miswanto.
Menurutnya, alasan warga lebih memilih untuk menjadi buruh petik lada, karena danya selisih jumlah upah yang ditetapkan di Pemdes sebesar Rp 60 ribu.
\"Warga ini kalau ada penghasilan yang lebih besar mengapa tidak mereka memilih pindah tempat kerja,\" ucapnya.
Miswanto juga mengkhawatirkan, tenggang waktu pembangunan infrastruktur fisik desa dari DD 2016 yang sudah semakin mempet hingga Desember mendatang. Pihaknya meminta Kepala Desa (Kades) di wilayah Tabat Karai yang terkendala dengan tenaga kerja segera mencarikan solusi, agar DD dapat terserap dengan sempurna. (320)