MESKI ada aborsi dilakukan karena keadaan medis tertentu yang membahayakan. Namun, kenyataannya aborsi saat ini memang lebih dikenal di kalangan masyarakat karena kehamilan tidak diinginkan, terutama terjadi kepada mereka yang masih berstatus pacaran dan hamil. Maka salah satu caranya untuk menghindari sanksi masyarakat dengan melakukan aborsi. Banyak cerita dan pengalaman seputar aborsi, terutama wanita pernah mengalaminya. Perasaan bersalah dan penyesalan sering menghinggapi.
Sebut namanya A, warga Kota Bengkulu, bekerja disebuah perusahaan swasta, usia membaca berita investasi "Bisnis Gelap Obat Aborsi" di Harian Bengkulu Ekspress, Senin (23/5), dia mengaku prihatin. Terpanggil untuk berbagi pengalaman pahitnya.
Karena takut dan malu mengandung janin di luar nikah, A melakukan pijat dengan dukun beranak dan minum obat aborsi. Kejadian itu dia lakukan sekitar tahun 2009 lalu. Namun akibat perbuatannya, A mengaku menyesal hingga saat ini. Meski sudah menikah, tapi tidak bisa mengandung lagi. Ini karena rahimnya mengalami kerusakan.
A saat diwawancarai BE, mewanti-wanti tidak disebutkan identitasnya, menceritakan awal mula dirinya melakukan aborsi terhadap calon anak yang dikandungnya, hasil hubungan gelap dengan kekasihnya semasa kuliah.
Akibat pergaulan bebas dan jauh dari orang tua, A saat itu kuliah di salah satu universitas di pulau Jawa, membuat ia bebas mau berpergian kemana-mana, baik ke tempat diskotek, vila-vila yang ada di tempat objek wisata bersama teman-teman dan pacarnya.
Saat itu, dia menjalin hubungan dengan kekasihnya pada tahun 2007 lalu, pergi ke sebuah vila yang ada di salah satu objek wisata di kabupaten Malang, Jawa Timur, bersama teman-temannya. Suasana sangat mendukung, semua memiliki pasangan dengan ditemani minuman keras, baik A bersama pacar dan teman-temannya melakukan pesta hingga seluruhnya mabuk dan berujung melakukan hubungan layaknya suami istri. "Seingat saya, waktu itu kami semuanya mabuk dan tanpa sadar kami melakukan hubungan seperti suami istri," akunya kepada BE, Selasa (23/5).
Selanjutnya, hari demi hari antara A dan sang pacar sering melakukan hubungan intim dengan kekasihnya itu. Hingga kejadian tidak mereka inginkan tiba. A sudah 1 bulan lebih tidak mengalami haid (menstruasi), kerena penasaran A dan pacarnya memriksa ke salah satu dokter kandungan dan ternyata benar bahwa A sudah mengandung hasil hubungannya sekitar umur 2 bulan.
Mengetahui hal bahwa mengandung, baik A maupun pacarnya tidak ingin hal ini diketahui oleh kedua orang tua mereka. Sehingga mereka mencari informasi orang-orang yang telah melakukan aborsi dan didapatlah informasi dari temannya bahwa ada dukun beranak yang bisa membantunya.
"Karena kami takut diketahui oleh orang tua, akhirnya kami berdua memutuskan untuk menggugurkan janin dari hasil hubungan kami tersbeut," ujarnya dengan tampak raut kesedihan di dirinya.
Ketika tiba di tempat dukun beranak yang dimaksud, awalnya A disuruh untuk meminum ramuan yang rasanya sangat tidak enak, selanjutnya setelah beberapa jam sang dukun mulai mengurut perut A untuk mencoba mengeluarkan secara paksa dari rahimya, namun hal tersbeut gagal yang dilanjutkan hingga 3 kali pengurutan yang berujung ketidak sanggupan sang dukun untuk mengeluarkannya walaupun sudah dibayar sebesar Rp 1,2 juta.
"Seingat saya mbah itu mengurut tetapi gagal dan beberapa jam lagi setelah disuruh meminum ramuan kembali gagal hingga 3 kali meminum obat dan tidak kunjung keluar," akunya.
Merasa usaha melalui dukun beranak gagal, A pun kembali mencari informasi apa yang dapat menggugurkan kandunganya dan dapatlah info bahwa ada obat yang bisa membantu mengeluarkan janin.
A membeli obat tersbeut dengan harga Rp 1 juta, setelah mendapatkan obat dan diberikan petunjuk bagaimana penggunaanya. Pertama kali mengkonsumsi obat tersebeut, A merasa pusing dan kejang-kejang hingga membuat dirinya hampir kehilangan kesadaran, selanjutnya beberapa jam kemudian setelah mengkonsumsi obat, dirinya merasa sakit perut yang sangat amat sakit. "Ketika obat tinggal 4 biji lagi kalau saya gak salah, perut saya sangat sakit dan rasanya ingin mati saja," ujarnya.
Setelah menahan beberapa lama, janin yang dikandungnya dengan perlahan dipaksa keluar. Akan tetapi hal tersebut tidak berhasil bahkan membuat dirinya mersa sakit di bagian perut, melihat A sudah semakin lemas dan dikahwatirkan terjadi apa-apa, akhirnya dirinya dibawa oleh teman-teman serta pacarnya ke sebuah rumah sakit dan ketika diperiksa oleh dokter yang bisa membantu nyawanya hanyalah bila bersedia di lakukan kurek (operasi pengangkatan), karena janin mengalami masalah.
"Waktu RS, jalan satu-satunya saya harus di kurek (operasi) tetapi ga tau bagaimana hal tersebut bisa dilakukan, karena melakukan operasi harus ada persetujuan dari suami, itu yang saya ketahui," jelasnya.