Lokasi Transmigrasi di Kecamatan Hulu Palik, 8 Tahun Berdiri Tidak Ada Kemajuan

Sabtu 02-01-2016,12:38 WIB

Lokasi transmigrasi Dusun III, Desa Batu Raja R, yang masuk dalam Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten Bengkulu Utara (BU) sudah ada sejak 8 tahun silam. Tepatnya tahun 2007, sekitar 100 KK dari berbagai daerah seperti DKI Jakarta, Jogjakatra, Pekanbaru dan Lampung ditempatkan dilahan seluas 200 hektar. Sejak berdiri sampai sekarang tidak ada kemajuan mencolok di desa transmigrasi ini, rumah penduduk belum ada dipugar masih rumah asli transmigrasi, meski ada tiang listrik tetapi belum dialiri listrik, akses jalan yang sangat buruk, ekonomi masyarakat buruk berdampak banyak transmigran yang meninggalkan lokasi transmigrasi dan lokasi transmigrasi yang berupa perbukitan, sehingga rawan longsor, terbukti sudah ada dua rumah dan satu masjid terkena longsor. Bagaimana kondisi lokasi transmigrasi ini, Berikut Laporannya

RIZKY SOERYA TAMA, Hulu Palik

Jarak menuju Desa Transmigrasi ini bisa ditempuh dengan waktu 45 menit dari Desa Batu Raja R menggunakan kendaraan.Kondisi jalan sendiri bisa dibilang parah, terdiri dari koral dan batu besar yang diserak, sehingga butuh kewaspadaan jika menggunakan sepeda motor, jika tidak dipastikan terpeleset dan jatuh. Terlebih lagi dari Batu Raja R jalan terus menanjak, hal ini wajar mengingat lokasi transmigrasi berada di bukit, tepatnya dibawah Bukit Barisan. Sebelum sampai di lokasi transmigrasi, terlebih dulu melintasi bendungan dan aliran irigasi peninggalan belanda, dimana sungai yang dibendung merupakan sungai yang terdapat air terjun batu cincin atau limo nakau yang merenggut tiga remaja asal Bengkulu belum lama ini. Sesampainya dilokasi transmigrasi langsung disuguhi dengan rumah warga yang ambruk akibat longsor. Menurut Kadun Dusun III, Paidi, longsor sudah lama terjadi, bahkan masih ada tujuh titik longsor lain. Setidaknya ada dua rumah dan satu masjid sudah tidak bisa digunakan akibat longsor.

\"Mereka yang rumahnya terkena longsor menumpang dirumah saudaranya, sedangkan masjid terpaksa tidak bisa digunakan karena tanahnya sudah masuk kedalam masjid. Untuk bantuan hanya ada dari dinas terkait berupa peralatan masak, sandang dan pangan. Untuk perbaikan sampai sekarang belum ada, hanya dibiarkan,\" jelas Paidi yang beristeri dua ini. Masih kata Paidi, awalnya ada 100 KK yang tinggal di lokasi transmigrasi, namun karena faktor ekonomi, lokasi transmigrasi yang jauh dan sulit dijangkau kendaraan banyak transmigran yang meninggalkan lokasi transmigrasi. Saat ini hanya tingal 50 persen dari 100 KK tersebut.

\"Mungkin mereka tidak betah mas, disini sangat susah jika tidak mahir berkebun, sementara warga disini ada yang dari Jakarta, Pekanbaru mungkin mereka kurang ahli jika bekebun. Kebanyakan masyarakat disini mendapat hasil dari kebun sawit dan palawija jatah lahan dari pemerintah,\" imbih Paidi. Kades Batu Raja R, Suparman mengatakan, bahkan untuk pendidikan, anak-anak SD desa transmigrasi ini harus berjalan 3 kilo meter kedesa sebelah, Desa Batu Layang, untuk SMP lebih jauh lagi. Untuk masyarakat yang meninggalkan lokasi transmigrasi, diakui Suparman memang ada yang menjual tanah miliknya. Hanya saja saat dikonfirmasi mereka menampik jika menjual, melainkan pindah tangan.

\"Dulu sebelum transmigrasi ini ditempati, 100 KK katanya diambil dari warga yang terkena lumpur lapindo, tetapi kenyataanya malah ada yang dari Jakarta, Joga, Pekanbaru dan Lampung. Warga yang menjual tanahnya karena faktor ekonomi dan tidak betah tinggal di lokasi ini,\" jelas Suparman. Nominal kerugian yang ditimbulkan akibat longsor sekitar 30 juta, namun sampai saat ini tidak ada perhatian dari pemerintah. Kebanyakan masyarakat transmigrasi ini ingin lokasi transmigrasi diperhatikan, adanya program bantuan bedah rumah atau program lain yang membantu mereka memperbaiki rumah.

\"Ada satu orang warga terpaksa menempati rumahnya, padahal rumahnya sudah terkena longsor, dapurnya sudah roboh. Memang perbukitan ini rawan longsor, saya orang asli disini jadi tahu kondisi persis bukit ini sebelum dijadikan lokasi transmigrasi. Tanahnya rawan jika musim hujan, sementara pembuatan transmigrasi ini di perbukitan, rumah warga berada dibawah bukit, kita semua berharap tidak terjadi buruk,\" jelas Paidi lagi.

Baik Kades, Kadun dan masyarakat sekitar berharap penuh kepada pemerintahan baru di Kabupaten BU nanti. Mereka ingin diperhatikan, jangan sampai semua warga meninggalkan lokasi transmigrasi, hanya karena tidak ada perhatian. Bahkan ada wacana dari Kades, ia ingin menyampaikan kepada Bupati terpilih terkait rumah yang ditinggalkan, boleh atau tidak jika ditempati warga lain yang belum memiliki rumah. (**)

Tags :
Kategori :

Terkait