ARGA MAKMUR, BE - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bengkulu Utara (BU), H M Ikhsan SKM MKes mengatakan, pemberian obat masal pencegahan filariasis atau penyakit kaki gajah kepada pasien melalui puskesmas tidak dipungut biaya. Program tersebut, katanya memang dirancang gratis oleh pemerintah kabupaten (Pemkab).
Dikatakannya, pemberian obat secara masal yang diberikan itu merupakan pemberian tahun ke empat untuk masyarakat kabupaten BU diperuntukkan terhadap usia 2 tahun hingga 65 tahun yang dianggap rentan akan munculnya penyakit kaki gajah. Obat tu diberikan tiga tablet, yakni jenis Albendazol, Paracetamol, dan Deece yang harus diminum setiap kali pemberian obat pencegahan kaki gajah.
\"Obat yang diberikan ini gratis untuk tiga tablet kepada masyarakat BU usia 2 tahun hingga 65 tahun, program pemberian obat masal secara gratis ini merupakan pembagian tahun keempat,\" jelas Ikhsan.
Sementara kasi pengendalian penyakit menular Panzir SKM mengatakan penyebab penyakit kaki gajah itu disebabkan melalui nyamuk yang menggigit manusia melalui cacing Microfolia serta perilaku tidak sehat juga bisa menyebabkan timbulnya penyakit gajah akibat gigitan nyamuk yang tidak diketahui asal muasalnya. Sehingga pencegahan penyakit kaki gajah ini diberikan tiga jenis obat tersebut secara gratis.
\"Penyebab kaki gajah ini dari bentol gigitan nyamuk yang berasal dari cacing microfolia dan ini bisa saja menular dari gigitan nyamuk yang sudah mengigit pengidap penyakit kaki gajah, makanya untuk pencegahan ini kita berikan obat secara masal yang harus diminum setiap tahunnya, mencegah lebih baik daripada mengobati,\" jelasnya.
Untuk pembagian obat tersebut akan diberikan dibulan November dan Desember mendatang dengan jumlah mencapai ratus ribuan untuk ribuan penduduk dikabupaten BU melalui puskesmas ketiga
jenis obat itu bisa diambil. Untuk dikabupaten BU sebelumnya ada enam kasus kaki gajah, namun empat diantaranya sudah sembuh, dan dari data tahun 2011 hingga 2014 ada dua warga pengidap kaki gajah yakni di Kecamatan Lais dan Kelurahan Gunung Alam yang masih dalam proses pengobatan. (117)