BENGKULU, BE - Setelah sukses menjadi tuan rumah memperingatai Hari Pers Nasional (HPN) yang berakhir 10 Februari lalu, Provinsi Bengkulu kembali mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah hajatan bertaraf nasional lainnya, yakni Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Nasional Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
Acara tersebut akan di buka pukul 08.00 WIB pagi ini oleh Menteri Lingkungan Hidup RI, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, M.B.A yang dihadiri seluruh Kepala BLH dan Kepala UPTD laboratorium tingkat provinsi se-Indonesia. Acara Rakernis ini dipusatkan di Grage Horizon Bengkulu yang berlangsung selama hingga besok (25/3).
Sekitar pukul 15.00 sore kemarin, Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya beserta rombongan telah tiba di Bengkulu, dan mendapat sambutan hangat dari Gubernur Bengkulu H Junaidi Hamsyah dan jajaran saat tiba di Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu.
\"Kedatangan pak menteri ini dalam rangka menghadiri Rakernis KLH di Bengkulu,\" kata Kepala BLH Provinsi Bengkulu, H Iskandar ZO SH MSi.
Ia mengtakan, Rakernis Nasional KLH ini kali ini akan merumuskan kebijakan nasional dalam pengelolaan air, baik air permukaan maupun air di bawah permukaan. Selain itu, dalam Rakernis ini juga akan memberikan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) laboratorium Provinsi Bengkulu menuju laboratororium terakreditasi.
\"Selain menghadiri Rakernis, pak menteri juga akan meletakkan batu pertama pembangunan IPAL Komunal untuk mengelola limbah domestic yang bersumber dari limbah tinja rumah tangga menjadi biogas. IPAL Komunal tersebut digunakan sebagai sumber api kompor gas dan bio elekterik dijadikan sumber listrik yang digerakkan dari mesin genset. Sebagai proyek percontohan, BLH akan membangun ipal komunal tersebut di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu.
\"Proyek ini dalam rangka mengendalian pencemaran limbah rumah tangga dan upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dengan mengurangi pemakaian bahan bakar minya (Bensin, solar, mintak tanah,red) dan LPG, maka pemerintah Provinsi Bengkulu melalui BLH akan membangun IPAL Komunal,\" jelasnya.
Dipilihnya Pondok Pesantren Pancasila sebagai tempat pembangunan Ipal Komunal itu, karena jumlah santi di pesantren tersebut cukup banyak sehingga sehingga menghasilkan kototan tinja yang banyak pula. Selain, selama ini cara memasak di pesantren tersebut masih sistem manual, yakni menggunakan kayu bakar sehingga banyak dampak yang ditimbulkan, seperti polusi udara, ruangan menjadi hitam, dan menggeluarkan biaya yang cukup besar untuk mendapatkan kayu bakar tersebut.
Menurutnya, banyak keuntungan dengan adanya Ipal Komunal tersebut, yakni santri Pesantren Pancasila tidak perlu lagi memasak menggunakan kayu bakar, tapi cukup memanfaatkan limbah atau kotoran tinja tersebut. (400)