JOGJA - Trah Soeharto dan Soekarno mewarnai persaingan kampanye Pemilu Legislatif 2014 kemarin (17/3). Siti Hardijanti Rukmana (Tutut) dan Siti Hediati Hariyadi (Titiek), dua anak mantan Presiden Soeharto, mewakili Cendana menggalang kekuatan dengan berkampanye di Jogja. Titiek memang tercatat sebagai calon anggota legislatif (caleg) DPR nomor urut 1 Partai Golkar mewakili daerah pemilihan (dapil) DIJ.
Sementara itu, keluarga Presiden Pertama RI Soekarno menurunkan kekuatan full dalam kampanye PDIP di Surabaya. Selain putri sulung Soekarno, Megawati Soekarnoputri, juru kampanye nasional (jurkamnas) yang hadir adalah Guruh Soekarnoputra dan Puan Maharani Guruh yang juga anak Soekarno memang tercatat sebagai caleg DPR nomor urut 1 PDIP di dapil Jawa Timur 1 (Surabaya-Sidoarjo).
Di dua kota tersebut, kehadiran mereka dielu-elukan simpatisan dan anggota partainya. Maklum, Surabaya maupun Jogja masing-masing memiliki kedekatan sejarah dengan sosok Soekarno dan Soeharto.
Kampanye di Jogja seolah menjadi nostalgia para pejabat Orde Baru. Tutut dan Titiek sengaja menghadirkan loyalis-loyalis Soeharto untuk menyemarakkan kampanye. Mereka antara lain Haryono Suyono (mantan menteri kependudukan dan kepala BKKBN), Subiakto Tjakrawerdaja (eks menteri koperasi dan UKM), dan Akbar Tandjung (mantan Menpora). Mereka menjadi vote getter (pendulang suara) untuk mencoblos nama Titiek pada pemungutan suara 9 April mendatang.
Kehadiran pejabat era Orde Baru benar-benar menjadi magnet. Hujan deras yang mengguyur Kota Jogja tak menyurutkan semangat ratusan kader dan simpatisan Partai Golkar untuk mengikuti kampanye terbuka di Alun-Alun Selatan Jogja. Ratusan kader dan simpatisan dari segala usia mulai memadati acara kampanye sekitar pukul 11.00. Bahkan, banyak orang dewasa yang mengajak anak-anaknya dan balita untuk sekadar menyaksikan orasi politik para jurkam.
Dalam orasinya, Titiek mengajak warga Jogja mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai negara lumbung pangan seperti pada masa pemerintahan Soeharto, sang presiden kedua RI. Syaratnya, masyarakat Jogja harus memenangkan Partai Golkar. \"Ayo kita wujudkan swasembada pangan seperti masa kepemimpinan Soeharto. Sembako murah, bensin murah, irigasi pertanian terjamin, dan tidak ada sekolah roboh,\" teriak Titiek.
Di Surabaya, Megawati juga mengajak simpatisan dan kader PDIP mengulang romantisme era Orde Lama. Dia sengaja memulai kampanye dengan napak tilas dari sebuah rumah di Jalan Pandean IV/40, Surabaya. Rumah itu adalah tempat proklamator RI yang juga sekaligus ayahanda Megawati, Soekarno, lahir. Mega dan fungsionaris PDIP seolah melewati lorong waktu untuk mengingat nilai-nilai perjuangan Bung Karno. Di rumah kuno itu Mega dan rombongan selama satu jam melihat-lihat beberapa benda peninggalan Soekarno. Selanjutnya, mereka menuju Gelora Pantjasila, lokasi kampanye terbuka.
Bedanya, di Surabaya, Megawati tidak menghadirkan jurkamnas utama mereka, yakni Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi. Padahal, Jokowi diandalkan sebagai pendulang suara untuk pemilih di Surabaya. PDIP lebih mengandalkan kehadiran Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang kebetulan popularitasnya makin naik daun. Selain Risma, terlihat pula mantan Kapolri Da\'i Bachtiar dan Ketua DPD PDIP Jatim Sirmadji Tjondropragolo.
Berbeda dengan Titiek, Puan Maharani dalam orasinya tidak mengandalkan kejayaan pemerintahan Soekarno. Puan lebih banyak mengusung isu pencapresan Jokowi. Puan yang juga ketua bidang politik DPP PDIP menyampaikan perintah harian Ketua Umum Megawati yang isinya mendukung pemenangan Jokowi sebagai presiden.
Sementara itu, Megawati mengajak sekitar 5.000 peserta kampanye untuk tidak terjebak dalam money politics yang sekarang menjadi tren.
Selain di PDIP, sebenarnya ada anggota keluarga Soekarno yang aktif di Partai Nasdem. Dia adalah Rachmawati Soekarnoputri. Anak ketiga Soekarno itu menjabat ketua Dewan Pertimbangan Partai Nasdem. Dalam kampanye di Jombang kemarin, Rachmawati tidak terlihat. Pengurus DPP yang tampak adalah Ketua Umum Surya Paloh. (mar/ful/git/ano/JPNN/c9/agm)