Takut Kandas, Muatan Dibatasi
BENGKULU, BE - Pelabuhan Pulau Baai mengalami persoalan serius. Pasalnya, kapal bermuatan di atas 50 ribu ribu ton ternyata tak bisa keluar dari Pelabuhan Pulau Baai. Hanya kapal bermuatan 33 ribu ton saja yang bisa keluar ke pelabuhan tersebut.
Kondisi jelas mempengaruhi aktivitas ekonomi pelabuhan dan menjadi keluhan pengguna jasa angkutan kapal. Sebab, kapal tidak mampu mengisi secara maksimal muatan sesuai kapasitasnya.
Seperti diungkapkan Kepala Operasional PT Core Mineral Indonesia Bengkulu (CMI), Wisuadas, kalau sekadar masuk pelabuhan, kapal dengan kapasitas muatan 100 ribu ton bisa masuk, tapi dalam keadaan kosong. Bila dilakukan pengisian muatan maksimal 33 ribu ton yang bisa keluar. Lebih dari itu tidak bisa keluar dan bisa dipastikan kandas.
Menurutnya pengisian muatan 33 ribu ton tersebut sesuai dengan perhitungan yang ditetapkan oleh kapten kapal maupun Kantor Kesahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Pulau Baai Bengkulu. Namun PT Pelindo mengisyaratkan untuk melakukan pengisian hingga 35 ribu ton. Bahkan para pengusaha batu bara pernah diminta untuk mengisi sebanyak 50 ribu ton, karena menurut Pelindo sudah layak. Namun saat diminta pertanggungjawaban jika nanti kapal kandas, Pelindo justru lepas tangan alias enggan bertanggung jawab.
\"Perhitungan yang dilakukan Kapten Kapal tersebut sudah sesuai dengan standar internasional dengan menggunakan alat yang mutakhir. Dan kapten kapal lebih mengutamakan segi keselamatan,\" tambahnya.
Kecilnya tonase yang bisa diangkut dari Pelabuhan Pulai Baai dikarenakan kondisi kedalaman alur, dermaga maupun kolam di pelabuhan kebanggaan masyarakat Bengkulu tersebut belum maksimal sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pengisian lebih dari 33 ribu ton batu bara. Dampaknya adalah para pengusaha melakukan transhipment di kawasan Pulau Tikus untuk memenuhi tonase kapal mereka yang berbobot sekitar 58 ribu ton.
\"Kita juga sebenarnya tidak mau transhipment di Pulai Tikus, karena biaya yang kita keluarkan bertambah selain biaya di pelabuhan juga ditambah biaya muat di kawasan Pulau Tikus,\" jelasnya.
Selain dengan masalah kedalaman para pengusaha batu bara juga mengeluhkan fasilitas di pelabuhan Pulau Baai khususnya di pelabuhan batu bara. Salah satunya adalah mesin muat batu bara yang hanya berjumlah 2 unit serta tambatan kapal yang terkadang tidak mampu untuk kapal besar.
Mesin muat batu bara kondisinya saat ini kurang baik bahkan dalam beberapa hari belakang salah satunya rusak. Akibatnya memakan waktu yang cukup lama untuk muat batubara. Ia juga menambahkan mesin yang ada tidak seperti pelabuhan pada umumnya, yaitu mesin yang bergerak. Namun di Bengkulu justru kapal yang bergerak sehingga saat melakukan pengisian kapal beberapa kali melakukan kegiatan maju mundur. \"Itu sebenarnya tidak diizinkan secara internasional karena menyangkut keselamatan,\" keluhnya.
Sementara itu Kasi Lala dan Kepelabuhan KSOP Pulau Baai Bengkulu, Afriyon Putra mengungkapkan dengan tegas tidak membatasi tonase batu bara yang dimuat di kapal. Apa yang dilakukan pihaknya hanya menyesuaikan dengan standar yang ada.
\"Kita tidak pernah membatasi berapa muatan yang akan dilakukan, tapi muatannya yang disesuaikan dengan standar dan keselamatan,\" jelasnya.
Ia juga tak menampik tidak penuhnya muatan kapal di dermaga yang selama ini yang menjadi pemicu terjadinya transhipment di kawasan Pulau Tikus. Lebih lanjut ia pun menjelaskan, kondisi alur, kolam maupun dermaga juga ikut menjadi penyebab tidak penuhnya muatan kapal besar.
\"Kita juga baru melakukan pengecekan kedalaman alur. Namun kita belum berani mempublikasikan hasilnya karena akan kita laporkan terlebih dahulu. Namun berdasarkan kesimpulan sementara saat ini belum ada sikronisasi antara alur, kolam dan dermaga sehingga kapal-kapal yang bertonase besar hanya bisa masuk namun tidak bisa diisi penuh,\" pungkas Afriyon.(251)