Dari Lokakarya Wartawan \'\'Meliput Perubahan Iklim\'\' Mahkluk hidup di bumi terancam dengan terus meningkatnya gas rumah kaca. Gas rumah kaca bersumber dari emisi yakni karbondioksida (CO2). Jika emisi karbondioksida sudah banyak dikeluarkan, efeknya terjadi pemanasan global dan akhirnya menyebabkan risiko bencana. Dan itu sudah terjadi saat ini. GIRINDRA (24), akhir-akhir ini merasakan udara yang sangat panas. Sehingga, ia harus melepas baju pada malam hari. Pria ini baru bisa merasakan nyaman setelah menghidupkan kipas angin di rumahnya, yang berada di tengah Kota Bengkulu itu. Rasa gerah atau panas itu cenderung sering dirasakan saat ini. Sebagai orang awam, dia tentu tak mengetahui penyebab terjadinya perubahan iklim tersebut. Koordinator Divisi Administrasi Umum Dewan Nasional Perubahan Iklim Murni Titi Resdiana, dalam lokakarya wartawan \"Meliput Perubahan Iklim\" kerja sama Lembaga Pers Dr. Soetomo dan Kedubes Norwegia di Hotel Santika, Bengkulu, Selasa (25/2) menjelaskan, perubahan iklim akibat efek gas rumah kaca sangat memprihatinkan. \"Perubahan iklim akibat efek gas rumah kaca ini perlu penanganan serius. Karena bisa menyebabkan bencana,\" ujar Titi. Titi menuturkan emisi memberikan efek rumah kaca. Gas rumah kaca bersumber dari emisi yakni Karbon dioksida (CO2). Jika emisi karbon dioksida sudah banyak dikeluarkan efeknya terjadi pemanasan global dan akhirnya menyebabkan risiko bencana. Kenaikan karbondiaoksida yang merupakan sejenis senyawa kimia berbentuk gas ini biasanya disebabkan oleh adanya pembakaran bahan bakar minyak, batu bara, pembahan hutan, lahan gambut, serta bahan bakar organik lainnya. Sehingga tumbuh-tumbuhan dan laut tak mampu menyerapnya. \"Perubahan iklim terjadi akibat semakin banyak emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan penduduk bumi. Meskipun dengan gas rumah kaca atau karbon dioksida suhu bumi rata-rata 14 derajat Celcius dan membuat penduduk dunia hangat untuk berkehidupan,\" jelas dia. Diungkapkan Titi, karbon dioksida itu terlalu banyak dilepaskan ke udara. Bahkan dari penilitian UNEP berdasarkan indikator emisi Co2 trend emisi gas meningkat, dimana masyarakat global melepaskan 40 miliar ton Co2 ke udara per tahunnya. \"Jika tidak dilakukan upaya pengurangan, maka bukan tidak mungkin 70 miliar ton Co2 dilepas ke udara tiap tahunnya. Inilah yang kemudian dapat meningkatkan suhu udara bumi sebesar 2 derajat celcius pertahunnya,\" jelas Titi. Dipaparkan Titi, tahun 2013 konsentrasi Co2 yang dimonitor sudah mencapai 400 PPM. Padahal kondisi global yang paling jelek, konsentrasi tidak boleh mencapai 450 PPM. Jika sampai mencapai titik maksimum, berarti suhu dibumi akan meningkat 2 derajat C pertahunnya. \"Jika sampai terjadi peningkatan suhu seperti itu, maka bencana mengancam manusia dan makluk lainnya. Tentu sangat mengerikan,\" jelasnya. Dia menjelaskan, pemanasan global yang ia maksud telah berdampak pada bencana alam seperti abrasi, longsor, banjir. Sehingga telah banyak menimbulkan kerugian harta benda dan jiwa. Lebih parah lagi, telah terjadi kenaikan suhu secara terus menerus. \"Peningkatan suhu merupakan dampak dari terus bertambahnya emisi karbon. Kondisi ekstrem, misalnya, telah diproyeksikan terjadi di Jakarta pada 2029. Diprediksi suhu dingin tahun itu merupakan suhu terpanas pada tahun-tahun sebelumnya,\" tutupnya.(100)
Makhluk Hidup di Bumi Terancam
Kamis 27-02-2014,12:52 WIB
Editor : Rajman Azhar
Kategori :