Kota Bengkulu ============== ISNAWATI (22), warga Jalan raya Pasar Pedati, Kecamatan Pondok Kelapa, Bengkulu Tengah (Benteng), hanya bisa pasrah, saat dokter memvonisnya mengidap kanker tulang. Vonis tersebut membuatnya tak bisa beraktvitas banyak, termasuk bekerja. Ditambah dengan TBC yang semakin hari semakin mengakar, membuatnya hanya bisa diam di rumah sambil mengasuh anaknya yang baru berusia 10 bulan. \"Sehari-hari, cuma bisa di rumah dan mengasuh anak,\" ungkapnya. Kanker tulang itu, diidapnya sejak tahun 2007 lalu. Awalnya, dia hanya merasa seperti keram, dianggapnya itu hal yang biasa. Dengan itulah, dia tak begitu menghiraukan rasa sakitnya.Namun, semakin hari, sakit tersebut makin menjadi. Akhirnya, dia berupaya medis dan baru tahu kalau mengidap kanker tulang. Puncak sakit, saat dia mau melahirkan anaknya tahun 2013 lalu. Diceritakannya, saat itu proses persalinan tak bisa dilakukan secara normal. \"Anak saya lahir secara cesar, karena keberadaan kanker ini\", sambungnya. Ibu dari satu anak ini makin shock saat dokter mengharuskannya untuk melakukan operasi demi kesembuhannya. Pasalnya, dia tak punya biaya untuk operasi. Meskipun, dia telah mengupayakan peminiman biaya dengan kartu Jamkesmas. Namun, pihak Rumah Sakit M Yunus (RSMY) hanya bisa menggratiskan biaya obat dan penginapan, sementara biaya alat sepenuhnya ditanggung oleh pasien. \"Untuk biaya tersebut minimal Rp 22 juta harus ada\", jelasnya lebih lanjut. Malang, Suaminya Ahmad (26) hanya seorang sopir sales yang tak punya cukup uang sebesar itu. Kini, dia hanya bisa menggunakan obat penahan rasa sakit yang dijual bebas di apotek. Sementara, saat obat tersebut habis, dia tak bisa bergerak karena kanker tulangnya akan kambuh. \"Kalau sedang kambuh, bergerak pun saya tak bisa,\" jelasnya. Dia sangat berharap, ada dermawan yang bersedia membantu biaya operasi kanker tulang dan penyembuhan TBC-nya. \"Semoga saja ada dermawan yang bersedia membantu pengobatan saya\", harapnya. (cw5)